Di kalangan orang Daik-Lingga ada sebuah upacara yang disebut sebagai "basuh lantai". Secara etimologis nama upacara ini terdiri atas dua kata, yaitu basuh yang berarti "mencuci atau membersihkan" dan lantai yang berarti "alas rumah atau lantai". Jadi, secara keseluruhan basuh lantai berarti "membersihkan lantai". Bisa jadi, ini ada kaitannya dengan keadaan yang sesungguhnya, yaitu membersihkan lantai dari percikan darah pada saat seseorang melahirkan, karena upacara ini sangat erat kaitannya dengan daur hidup (lingkaran hidup individu), khususnya yang berkenaan dengan kelahiran. Lepas dari itu, yang jelas orang Daik-Lingga mempercayai bahwa lantai ada penghuninya. Untuk itu, jika terkena darah, khususnya darah perempuan yang sedang melahirkan, lantai tersebut harus "dibersihkan" dengan cara disiram dengan air, diminyaki, dibedaki, dan disisiri. Pendek kata, diperlakukan bagaikan manusia. Jika tidak, makhluk halus yang menempati lantai akan mengganggu, tidak hanya orang yang membantu...
Suku Biak mempunyai dua cara dalam melamar calon pengantin. Pertama, Sanepen atau perjodohan di mana proses lamaran dilakukan oleh kedua belah pihak orang tua sejak kedua calon pengantin masih berusia anak. Kedua, Fakfuken adalah proses pinangan yang dilakukan setelah calon pengantin berusia di atas 15 tahun. Awalnya, pihak laki - laki akan mendatangi pihak perempuan dalam proses pinangan secara resmi. Dalam acara pinangan, pihak laki - laki membawa kaken (kalung atau gelang yang terbuat dari manik - manik) sebagai simbol perkenalan, apabila pinangan tersebut disetujui maka pihak perempuan juga memberikan kaken sebagai simbol penerimaan. Setelah proses pinangan diterima dan disetujui, kedua pihak calon pengantin kemudian berunding untuk menentukan mas kawin dan hari pernikahan. Kamfar menjadi mas kawin pada tradisi adat pernikahan Papua jaman dahulu, yaitu berupa gelang yang terbuat dari kulit kerang hingga perahu. Kini, mas kawin bisa berupa roibena, gelang perak, atau bahkan por...
Puput Puser adalah ritual saat lepasnya tali pusar bayi yang baru lahir . Biasanya setelah satu minggu setelah kelahiran bayi. Istilah lain dari puput puser ialah coplok puser.Tali pusar yang lepas tersebut kemudian dibersihkan dan dibungkus dengan kain putih, kemudian terdapat dua macam perlakuan : Pertama, tali pusar diberi rempah-rempah lalu disimpan baik-baik dengan maksud sebai penolak bala, maksudnya agar bayi terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Kedua, tali pusar tersebut disimpan dalam periuk tanah liat, diberi bunga-bungaan agar sang bayi kelak menjadi anak teladan yang dapat mengharumkan namanya, diberi tulisan surat Al-Fatihah atau Al-Ikhlas agar sang bayi menjadi anak yang shaleh/shalehan dan taat pada ajaran agama.
Tradisi Grebek Suro merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan di kawasan lokawisata Baturaden, Kabupaten Banyumas. Tradisi ini merupakan tradisi untuk menyambut bulan Suro yang dianggap suci oleh masyarakat setempat. Setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Banyumas ikut meramaikan dengan menampilkan kesenian khas mereka. Para peserta akan berjalan sambil menampilkan kesenian mereka sampai garis finish yaitu di lokawisata Baturaden. Puncak dari tradisi ini adalah pengunjung saling berebut untuk mengambil apasaja yang ada di nasi tumpeng yang berukuran besar atau biasa disebut gunungan. Pengunjung menganggap mereka akan berkah jika berhasil mendapat hasil dari gunungan tersebut. Saat ini tradisi ini diselenggarakan setiap tahun dan berhasil menjadi acara tahunan yang menarik banyak wisatawan dan media.
Kegiatan Tahunan jamasan pusaka kalibening Desa Dawuhan Banyumas akan dilaksanakan bertepatan dengan tanggal 13 Robiul Awal. prosesi budaya yang menjadi daya tarik wisatawan sebagai pembuka program visit jateng 2013 di kota lama banyumas. dengan ditetapkannya kalibening sebagai desa wisata religi budaya akan menjadi destinasi wisata yang menarik.
Perkenalan bujang gadis terjadi dirumah si gadis, apabila bujang ingin berkenalan dengan si gadis, bujang harus kerumah si gadis dan terlebih dahulu diterima oleh orang tua sang gadis, untuk mengenali lebih dekat gadis pujaanya, bujang harus merayu orangtuanya dengan bahsa yang halus ”perambak” selain dengan kata-kata yang halus harus pula merendahkan diri. Apabila bujang sudah mendapatkan hati sang orang tua maka orang tua tersebut akan segera “membangunkan” anak gadisnya, yang biasanya sudah terlebihdahulu mengintip dari balik kain pintu. Gadis akan segerakeluar apabila dia ada hati dengan tamunya, tetapi apabila si gadis tidak tertarik pada si bujang maka si gadis tidak akan keluar dari kamarnya. Maka berkenalanlah mereka pada malam itu dan apabila mereka setuju akan meneruskan hubungan mereka hingga ke pelaminan.
Sistem adat ini merupakan gagasan adat yang digariskan oleh Datuk Perpatih Nan Sebatang. Sistem adatnya merupakan antitesis terhadap sistem adat Koto Piliang dengan menganut paham demokrasi yang dalam istilah adat disebut sebagai "yang membersit dari bumi, duduk sama rendah, berdiri sama tinggi". Sistem adat ini banyak dianut oleh suku Minang di daerah Lima Puluh Kota. Cirinya tampak pada lantai rumah gadang yang rata.
MENGANGKAT TULANG-TULANG, CARA ORANG KARO MENGHORMATI LELUHURNYA Orang Karo sangat beradat dan menghargai leluhur sehingga secara khusus memilki kebudayaan mengumpulkan kembali tulang-tulang leluhur yang telah lama meninggal dunia. Cara ini dikenal dengan Nampeken TULAN-TULAN (Nampeken = mengambil dalam arti mengumpulkan kembali , Tulan-tulan = Tulang/ skeletons). Dalam bahasa sederhananya dikatakan MUAT TULAN-TULAN (MUAT= MENGUMPULKAN). Muat tulan-tulan merupakan satu dari sekian banyak upacara adat karo,sebagai wujud penghormatan kepada orang tua dan leluhur. Biasanya acara seperti ini dilakukan di JAMBUR. Jambur adalah Rumah tempat penyelengaraan kegiatan adat suku Karo yang lebih besar dari sebuah pesta perkawinan. Bayangkan saja sejumlah anak beranak empat hingga lima keturunan berkumpul bersama untuk acara ini. Yang bertugas mengali kuburan adalah anakberu,semua tulang-tulang yang di ambil lalu di cuci bersih,lalu di mandikan denga...
passiliran adalah tradisi penguburan bayi yang meninggal sebelum tumbuh gigibayi. Berbeda dengan penguburan orang-orang dewasa yang biasanya dikuburkan di tebing-tebing, bagi bayi yang meninggal sebelum tumbuh gigi ini di kuburkan di tubuh sebuah pohon yang memiliki diameter cukup besar (sekitar 800 hingga 100 cm) yaitu pohon Tarra. Pohon Tarra sendiri di pilih karena pohon ini disamping memiliki diameter cukup besar juga memiliki getah yang berlimpah yang diyakini penduduk setempat sebagai pengganti air susu ibu bagi si bayi yang meninggal. Lebih jauh dari itu, . Dengan menguburkan bayi di pohon Tarra, orang Toraja menganggap bayi ini seperti dikembalikan lagi ke rahim ibunya. Makanya, lubang tempat meletakkan mayat bayi di tubuh pohon Tarra ini pun dibuat sedemikian rupa hingga memiliki kemiripan dengan rahim, dan si mayat bayi diletakkan begitu saja tanpa dibungkus kain apapun sehingga benar-benar seperti bayi yang berada di kandungan ibunya. Setelah sang may...