Ritual
Ritual
Kepercayaan Papua Biak
Wor
- 17 September 2014

Wor diselenggarakan setiap keluarga batih/inti dengan melibatkan kerabat suami istri yang bertujuan memohon atau meminta kepada penguasa agar melindungi anak-anak mereka yang hidup di dunia. Oleh karena itu, Wor dilakukan dalam lingkaran hidup (life cycle rites) orang Biak, yaitu dilakukan untuk mengiringi pertumbuhan fisik anak dari sejak anak dalam kandungan ibu, lahir, hingga pada masa tua dan kematian.

Wor merupakan suatu upacara yang sangat sakral. Dikatakan sakral karena Wor berhubungan erat dengan kepercayaan tradisional mereka. Dalam Wor mereka selalu berhubungan atau berkomunikasi dengan Manggundi  (penguasa tertinggi) yang mereka sembah. Selain itu, mereka percaya bahwa dalam  penyelenggaraan Wor melibatkan orang hidup dan yang mati, artinya mengikut-sertakan arwah-arwah nenek moyang dan kerabat-kerabat mereka yang telah meninggal dunia.

Hal demikian dapat diketahui dalam ucapan orang tua mereka yang mengemukakan, bahwa  “ngo wor ba ido nari ngo mar”. Ucapan ini mengandung makna yang sangat penting dalam kehidupan orang Biak, karena wor mempunyai hubungan erat dengan objek-objek yang mereka sembah, seperti Manggundi, karwar (arwah-arwah), roh-roh halus lainnya, serta sesama kerabatnya yang dianggap masih hidup dalam alam tidak nyata.

Wor menjadi suatu kewajiban bagi setiap keluarga batih/inti orang Biak sehingga apabila tidak dilakukannya, akan mengakibatkan ketidakstabilan dalam kehidupan keluarga mereka, yaitu akan mendatangkan gangguan atau penyakit bagi keluarga yang lalai melakukannya. Selain itu, Wor orang Biak mempunyai beberapa fungsi:

  1. merupakan suatu sarana untuk mendekatkan diri kepada penguasa/Manggundi
  2. sarana untuk mengatasi krisis
  3. sarana untuk pengendalian sosial
  4. sarana untuk mempererat hubungan sosial antara kerabat yang sudah ada
  5. mengikat solidaritas dalam kelompok dalam hal memupuk rasa kebersamaan hidup kelompok orang Biak.

Wor dalam lingkaran hidup Orang Biak, terdiri atas 17 jenis yang dibagi dua; (a) 12 Wor siklus hidup; dan (b) lima Wor insidental. Terdapat beberapa tahap dalam penyelenggaraan Wor. Pertama, Wor dilakukan pada masa (fafisu) Awow (janin). Pada masa ini, orang tuanya melakukannya

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam Wor lingkaran hidup orang Biak terdiri atas tiga kegiatan, yaitu Fanfan (memberi makanan) dan Munsasu (membayar kembali), Ararem (mas kawin), Tari dan Nyanyi.

Kegiatan Fanfan dan munsasu merupakan suatu kegiatan yang tidak bisa lepas dari Wor terutama wor siklus/daur hidup. Kegiatan ini sangat menentukan wibawa atau status seseorang atau  keret (klen) dalam suatu kelompok komunitas. Fafan adalah salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pihak keluarga dan kerabat suami terhadap pihak keluarga dan kerabat isteri dalam proses Wor, yaitu keluarga suami dan kerabatnya memberi bahan makanan kepada keluarga dan kerabat istri berupa sagu tuman, umbi-umbian hasil kebun, dan hasil penangkapan ikan sebelum upacara diselenggarakannya Wor.  

Munsasu adalah kegiatan yang dilakukan oleh keluarga dan kerabat istri untuk membayar bahan-bahan makanan yang telah diterima sebelum penyelenggaraan Wor. Munsasu dilakukan pada saat upacara puncak dilakukan. Alat bayarnya menggunakan samfar (gelang terbuat dari siput/kerang), sarak (gelang terbuat dari perak), dan ben (piring porselin cina). Pada kegiatan Fanfan dan munsasu terlihat apa yang dikemukakan oleh Malinowski dan Marcel Mauss pada masyarakat Melanesia di Trobian, Samoa, dan Fiji, yaitu tentang resiprositas atau sistem tukar-menukar pemberian yang melibatkan kelompok-kelompok dan masyarakat-masyarakat yang bersangkutan secara keseluruhan.

Ararem adalah harta maskawin yang harus diberikan oleh pihak calon suami kepada pihak calon istri sebelum Wor farbakbuk (upacara kawin) diselenggrakan. Kegiatan pemberian maskawin ini merupakan suatu kegiatan yang melibatkan semua kerabat dari calon suami, dan sebaliknya mereka (keret/kerabat calon istri) yang menerima mas kawin juga memperhatikan secara baik siapa yang berhak menerima mas kawin.

Menurut keyakinan mereka, apabila ada anggota keluarga yang lalai dalam memperhatikan kewajiban-kewajiban tersebut, anggota keluarga tersebut akan mendapat sanksi dari Manggundi dan arwah-arwah nenek moyang mereka. Selain itu, karena harta maskawin adalah pengganti seorang wanita, maka posisi letak harta maskawin secara tradisonal merupakan simbol dari seorang wanita.

Tari dan Nyanyi, merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari Wor, karena tari dan nyanyi dalam wor merupakan media penyampaian maksud dan tujuan dari Wor yang bersifat relegius itu. Misalnya syair dari nanyian adat (wor) berisi permohonan atau ucapan syukur kepada Manggundi dan arwah-arwah nenek moyang. Selain itu, tari dan nyanyi juga menunjukkan kehebatan suatu keluarga batih atau suatu keret (klen).

Keramaian dan suguhan-suguhan berupa makanan dan hiburan-hiburan pada pelaksanaan wor sangat menentukan status seseorang, suatu keluarga batih atau suatu keret dalam kelompok komunitas.

 

Sumber: http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1103/upacara-wor-suku-biak

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya
Gambar Entri
Prajurit Pemanah Kasultanan Kasepuhan Cirebon Di Festival Keraton Nusantara
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
Kirab agung milad ke 215 kesultanan kacirebonan
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
PANURUNG: Pasukan Pengawal Keraton Sumedang Larang
Senjata dan Alat Perang Senjata dan Alat Perang
Jawa Barat

Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
sate ayam madura
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Timur

soto ayam adalah makanan dari lamongan

avatar
Sadaaaa