Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Berdasarkan sejarah lisan masyarakat lokal, kawasan tersebut dahulu berupa pegunungan kapur yang gersang hingga muncul seorang tokoh bernama Kyai Jala Ijo, yang diyakini mampu memunculkan mata air di daerah tersebut. Sejak saat itu, Goa Ngerong menjadi kawasan yang dikenal dengan sumber airnya yang melimpah dan keberadaan ikan-ikan yang dianggap memiliki kekuatan mistis. Keyakinan masyarakat terhadap ikan di Goa Ngerong melahirkan sebuah mitologi tentang ikan keramat yang tidak boleh diganggu atau ditangkap. Mitos ini menjadi bentuk perwujudan kearifan lokal yang berfungsi menjaga keseimbangan ekosistem air. Christensen (2008) menjelaskan bahwa mitos merupakan cerita informal yang diwariskan secara turun-temurun dan mencerminkan nilai-nilai, norma, serta hubungan manusia dengan lingkungannya. Senada dengan itu, Angeline (2015) menegaskan bahwa mitos memiliki peran penting karena mengandung kebijaksanaan, pengalaman, dan nilai budaya yang diwariskan antargenerasi. Dengan demikian, mitologi ikan keramat tidak hanya merepresentasikan keyakinan spiritual masyarakat, tetapi juga berperan dalam membentuk perilaku ekologis kolektif untuk melestarikan sumber air Goa Ngerong. Dalam konteks ini, konservasi air berbasis kearifan lokal memiliki keterkaitan erat dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG) ke-6, yaitu menjamin ketersediaan dan pengelolaan air bersih serta sanitasi bagi semua. Rahadiani et al. (2014) menegaskan bahwa konservasi sumber daya air mencakup upaya pemanfaatan air secara efisien untuk memenuhi kebutuhan manusia sekaligus menjaga keseimbangan lingkungan. Upaya pelestarian air melalui nilai-nilai budaya dan praktik lokal, seperti yang terdapat di Goa Ngerong, menjadi bentuk konkret implementasi prinsip SDG 6. Hal ini sejalan dengan pandangan Sholihah (2024) bahwa pengelolaan air yang bijaksana tidak hanya meningkatkan kesejahteraan manusia saat ini, tetapi juga menjamin keberlanjutan ekosistem bagi generasi mendatang. Lebih jauh, partisipasi masyarakat menjadi kunci utama dalam menjaga keberlanjutan konservasi air berbasis kearifan lokal. Nikmah (2019) menyatakan bahwa keterlibatan masyarakat merupakan landasan penting dalam upaya pelestarian sumber daya alam. Pada konteks Goa Ngerong, partisipasi ini terlihat dalam bentuk penghormatan terhadap mitologi ikan keramat yang memunculkan perilaku kolektif masyarakat untuk menjaga kelestarian air dan lingkungannya.
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang