×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Upacara Adat

Provinsi

DI Jogjakarta

Labuhan

Tanggal 16 Sep 2014 oleh Oase .

9cb6fc4019f9d87159190d30f09ba548.jpg

Upacara labuhan merupakan salah satu upacara adat yang sejak jaman kerajaan Mataram Islam pada abad ke XIII hingga sekarang masih diselenggarakan secara teratur dan masih berpengaruh dalam kehidupan sosial penduduk di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Masyarakat meyakini bahwa dengan upacara labuhan secara tradisional akan terbina keselamatan, ketentraman dan kesejahteraan masyarakat dan negara. Meskipun yang menyelenggarakan upacara labuhan adalah keraton, namun dalam pelaksanaannya di lapangan, rakyat juga turut serta. Masyarakat merasa ikut memiliki upacara adat itu dan menganggap upacara labuhan adalah suatu kebutuhan tradisional yang perlu dilestarikan.

Salah satu upacara kraton yang dilaksanakan oleh para Sultan se¬jak Sultan Hamengkubuwono I adalah upacara adat yang dalam isti¬lah Jawa disebut labuhan. Upacara ini biasanya dilaksanakan di em¬pat tempat yang letaknya berjauhan. Masing-masing tempat itu mempunyai latar belakang sejarah tersendiri sehingga pada. masing-masing tempat tersebut perlu dan layak dilakukan upacara labuhan

  • Tempat yang pertama ialah Dlepih, disebut juga Dlepih Kahyangan, terletak di Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah.
  • Tempat yang kedua adalah Parangtritis, di sebelah selatan kota Yogyakarta, di tepi Lautan Indonesia (Laut Selatan).
  • Tempat yang ketiga ialah di Puncak Gunung Lawu, di perbatasan Surakarta dan Madiun, yang membatasi daerah Jawa Tengah dan dae¬rah Jawa Timur.
  • Tempat yang keempat adalah di Puncak Gunung Merapi, letak¬nya termasuk wilayah Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Upacara labuhan tersebut merupakan pemberian atau persembahan (pisungsung-Jw) yang dilakukan di tempat-tempat tertentu, sesuai dengan kepercayaan bahwa di tempat tersebut pernah terjadi peristiwa penting yang berkenaan dengan para leluhur raja
 
Upacara pemberian atau persembahan yang dikaitkan dengan para leluhur dan makhluk-makhluk halus tersebut jelas merupakan kultus leluhur, animisme dan dinamisme. Pada prakteknya kemudian upacara itu dipadukan dengan unsur-unsur agama Islam, yaitu dengan diiringi doa dan selawat. Ada mantera-mantera yang diucapkan dalam bahasa Arab dan menurut kaidah-kaidah yang berlaku. Ada pula yang dibacakan dengan ucapan yang bercampur baur antara bahasa Jawa dan Arab.
 
 Upacara labuhan yang bersifat religius ini hanya boleh dilakukan atas titah serta atas nama raja sebagai kepala kerajaan, kepala pemerintahan dan pemangku adat keraton. Tahap-tahap persiapan yang dilakukan di dalam kraton, segala sesuatunya hanya dikerjakan oleh para sanak keluarga saja, dibantu oleh para punggawa kraton. Pada pelaksanaan di luar kraton sampai ditempat-tempat upacara labuhan, harus dengan tata cara protokoler yang ketat. Juru kunci adalah pelaksana yang bertindak atas nama raja. Ia juga adalah punggawa kraton yang diangkat dari kalangan rakyat setempat. Juru kunci diberi hak untuk memiliki benda-benda yang telah selesai dilabuh, tatapi seringkah juga benda-benda tersebut diperebutkan oleh para pembantu juru kunci tersebut.
 

Menurut tradisi Kraton Kesultanan Yogyakarta, upacara labuhan dilakukan secara resmi dalam rangka peristiwa-peristiwa sebagai berikut:

  •  Penobatan Sultan; 
  • Peringatan hari Ulang Tahun Penobatan Sultan yang disebut "Tingalan Panjenengan" atau "Tingalan Dalem Panjenengan" atau "Tingalan Jumenengan"; 
  • Peringatan hari "windo" hari ulang tahun penobatan Sultan. "Windon" berarti setiap delapan tahun.

Selain dari ketiga rangka peristiwa di atas, upacara labuhan dapat juga diselenggarakan untuk memenuhi hajat tertentu dari Sri Sultan, misalnya apabila Sri Sultan menikahkan putera-puterinya.

Beberapa hari menjelang pelaksanaan upacara labuhan, Sri Sultan menyerahkan guntingan-guntingan kuku dan guntingan-guntingan rambut untuk ditanam di tempat-tempat tertentu di pantai Parangtritis. Pakaian-pakaian bekas Sri Sultan harus ditanam di tempat itu.
Benda-benda dan bahan-bahan lain yang dipersiapkan untuk: kemenyan, bahan kosmetika tradisional, 'konyoh' minyak wangi, rokok klobot wangi, tikar, nampi, bubuk dupa (cupu), pundi-pundi (kampek), mata uang dan beberapa tempat khusus untuk minyak wangi, atau bubuk dupa. Selain benda-benda ini masih banyak lagi benda kelengkapan lain yang menyertai persiapan suatu upacara labuhan, seperti benda-benda sesaji dan pusaka-pusaka kraton.

Tidak mengherankan jika upacara tradisional yang langka ini banyak menarik minat wisatawan untuk menyaksikannya. Suasana khidmat upacara, keberanian para pembantu juru kunci melaksanakan labuhan di lautan serta keramaian masyarakat memperebutkan benda-benda labuhan, semakin membuat acara labuhan menjadi menarik disaksikan.


Upacara labuhan tidak saja telah memenuhi ketentuan tradisi yang dijunjung tinggi, tetapi sekaligus juga merupakan obyek wisata yang sangat dikagumi oleh para wisatawan.

 

Sumber: http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1129/upacara-labuhan-kesultanan-yogyakarta

 

DISKUSI


TERBARU


Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

Refleksi Realit...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Refleksi Keraton Yogyakarta Melalui Perspektif Sosiologis

Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adanya manusia menjadi penyebab munculnya kebudayaan. Kebudayaan sangat penting dalam k...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...