Ritual
Ritual
Ritual Adat Nusa Tenggara Timur Kabupaten Flores Timur
Upacara Ho’in Hoka’ Wekin Wolo
- 26 Desember 2018

Upacara Ho’in Hoka’ Wekin Wolo atau upacara penyembuhan orang sakit dilakukan oleh tetua kampung atau pemangku adat yang biasa disebut ata kelake.

 

Pihak-pihak yang terlibat dalam upacara ini adalah tetua adat/ ata kelake sebagai pemimpin upacara, keluarga besar sebagai simbol persatuan lahir batin, dan tuan tanah sebagai kunci utama dalam upacara adat.

Jika si penderita sakit yakin penyakitnya disebabkan perseteruan, maka orang yang terlibat perseteruan itu turut hadir pada saat upacara dilangsungkan. Upacara Ho’in Hoka’ Wekin Wolo dilangsungkan di rumah orang yang menderita sakit.

Upacara ini dilaksanakan dalam dua tahap.

Pertama, acara Depa Dua (rentangan tangan- tombak) yang bertujuan untuk melihat penyebab orang tersebut menderita sakit.

Penduduk wilayah Lewotala yakin bahwa bencana atau musibah yang dialami seperti penyakit yang tak kunjung sembuh, gangguan hama tanaman dan kekeringan yang panjang merupakan hukuman atau kemarahan dari roh-roh penguasa alam.

Diyakini sakit penyakit dan bencana ini disebabkan oleh pelanggaran atau kesalahan yang dilakukan manusia terhadap sesamanya, terhadap roh halus, dan terhadap nenek moyang.

Pelanggaran tersebut dapat diketahui melalui sebuah upacara devinasi yang biasa disebut upacara depa dua  (rentangan tangan-kayu pembentuk tombak).

Proses acara berlangsung ditentukan oleh pertanyaan-pertanyaan akan kesalahan yang menyebabkan sakit. Tua adat mengulangi setiap pertanyaan dengan singkat, lalu berhenti dengan gerakannya sendiri.

Acara “Depa Dua” dilakukan oleh seorang tetua adat yang diyakini betul mempunyai karisma. Karisma ini biasanya didapat dari warisan leluhur.

Tahap kedua adalah upacara inti penyembuhan orang sakit, Ho’in Hoka’ Wekin Wolo. Acara inti dalam upacara ini terjadi dalam lima bagian.

Bagian pertama adalah memanggil roh para leluhur, guna dewa ‘roh pelindung kampung’, dan ‘Rera Wulan Tana Ekan’.

Bagian kedua, upacara persatuan roh leluhur, guna dewa, Tuhan dan kerabat atau orang yang terlibat dalam upacara.

Bagian ketiga ialah memberikan sesajian di tempat-tempat yang dipercayai dihuni oleh makhluk gaib.

Bagian keempat yaitu pemecahan 6 butir telur sebagai simbol memberi silih untuk menghapus kesalahan-kesalahan yang dilakukan orang sakit. Kemudian dilanjutkan pemotongan hewan kurban (babi) sebagai simbol pemurnian jiwa dan penambah darah si penderita agar panjang umurnya.

Proses pelaksanaan pada tahap kedua ini dimulai dengan pemanggilan roh para leluhur, guna dewa ‘roh pelindung kampung’, dan Rera Wulan Tanah Eka ‘Wujud Tertinggi’ yang dilakukan oleh salah satu dari tetua adat yang telah dipercayakan.

Dalam proses ini, tetua adat yang dipercayakan dinamakan kaka bapa yang berarti ‘orang tua /tetua’. Tetua adat yang dipercayakan ini masih kerabat dekat dari orang sakit dan berstatus ayah.

Bahan yang disiapkan adalah satu buah sirih pinang dan satu kain sarung adat yang diletakkan dalam nyiru.

Proses pemanggilan ini dilakukan dengan cara berjalan keluar rumah menuju arah matahari terbit seraya menengadahkan nyiru yang berisi sirih pinang dan sarung adat ke arah matahari sambil mengucapkan doa permohonan dalam bahasa adat.

Proses selanjutnya adalah tahap pemberian sesajian kepada roh-roh halus di tempat-tempat yang diyakini oleh warga setempat dihuni oleh roh-roh halus.

Setelah pemberian sesajian, dilanjutkan dengan tahap pemecahan 6 butir telur dan pemotongan hewan kurban yakni babi.

Keenam telur dan hewan kurban mempunyai fungsinya masing-masing.

Telur pertama disebut Leba Wangu Gawuk Lean berfungsi menghapus kesalahan.

Telur yang kedua disebut Bawa Let Tuber Manger berfungsi memanggil roh orang sakit masuk ke dalam rumah bersatu dengan tubuh orang sakit.

Telur yang ketiga disebut Suku Sobah berfungsi memohon ampun atas kesalahan yang telah dibuat oleh orang yang sakit baik kepada roh halus, leluhur, Tuhan maupun terhadap sesamanya, baik secara sengaja maupun tanpa sengaja.

Telur keempat, Buka Tali Honge Gorah berfungsi membuka tali pada roh orang sakit yang diikat oleh roh halus.

Telur yang kelima disebut Hodik Padak simbol persatuan lahir batin orang sakit dengan sesama.

Telur yang keenam disebut Ho’in Laga berfungsi membersihkan jiwa orang sakit.

Darah binatang kurban berfungsi menambah darah orang sakit sebagai simbol panjang umur yang dalam bahasa adat disebut Pota Mei, Hore Worak.

Sesi terakhir upacara ini dilakukan pembersihan jiwa dan raga orang sakit yang dinamakan Gelowa Wekin Wolo atau dalam bahasa setempat (Lamaholot) adalah Nilu dengan menggunakan cairan dari buah kemiri yang dikunyah oleh kepala pemangku adat yang adalah tuan tanah setempat. Kemiri disebut sebagai kemi’e.

Penggunaan kuma tonu (kunyit) untuk menyebut kemiri karena keduanya (kunyit dan kemiri) memiliki fungsi yang sama dalam budaya masyarakat Lewotala, yaitu sebagai sarana penyembuhan.

Makna Figuratif dalam Upacara Ho’in Hoka’ Wekin Wolo

Pilihan kata Hoin Hoka’ Wekin Wolo ‘membersihkan mencabut jiwa raga’ menunjukkan konsepsi masyarakat mengenai kesehatan.

Kata hoin dan hoka (membersihkan-mencabut) adalah sebuah istilah yang diambil dari khazanah masyarakat petani, yakni mencabut rumput liar yang mengganggu atau menghambat pertumbuhan tanaman.

Penyakit atau gangguan kesehatan dikiaskan sebagai rumput liar yang harus dibersihkan dan dicabut agar seseorang yang menderita sakit kembali sehat.

Kata wekin dan wolo ‘jiwa dan raga’ menunjukkan bahwa dalam konsepsi masyarakat Lewotala, kesehatan itu mencakup kesehatan jasmani dan kesehatan rohani.

Keduanya tidak dapat dipisahkan. Sama halnya penyakit pun mencakup penyakit/gangguan terhadap tubuh jasmani dan rohani.

Pandangan masyarakat Lewotala tentang Wujud Tertinggi, tampak dalam sapaan terhadap Wujud Tertinggi: Kaka Go Ratu Tua Rera WulaAma Go Nini Mete Tana Eka.

Bagi masyarakat Lewotala, alam raya terbagi dalam oposisi kembar, yakni pihak alam atas dan pihak alam bawah.

Sebagaimana tampak dalam sapaan terhadap Wujud Tertinggi: Kaka Go Ratu Tua Rera Wula, Ama Go Nini Mete Tana Eka.

Pilihan kata Rera-Wula (matahari-bulan) dan Tana-Eka (tanah-bumi) menunjukkan bahwa alam raya dilihat dalam dualisme, yakni: pihak alam atas diwakili oleh kata Rera-Wula dan pihak alam bawah diwakili oleh Tana-Eka.

Masyarakat Lewotala mempercayai adanya karma, hal ini dapat dilihat dalam tuturan: Dei Kala Tape Unga, Sadik Kala Taro Kelawi secara harafiah berarti berdiri bersama (seperti) gelang, mengobati luka lama.

Pilihan kata Dei Kala Tape Unga dalam kalimat ini, menunjukkan bahwa masyarakat Lewotala dituntut untuk selalu hidup berdampingan dan bersatu padu seperti gelang.

Pilihan kata Sadik Kala Taro Kelawi, menunjukkan masyarakat Lewotala mempunyai pandangan bahwa sakit merupakan akibat dari suatu kesalahan yang dilakukan di masa lalu karena siklus hidup manusia dipandang berputar membentuk sebuah lingkaran. Apa yang terjadi pada saat ini merupakan rangkaian sebab-akibat dari perbuatan yang terjadi pada masa lampau.

sumber :https://voxntt.com/2018/11/18/ritual-hoin-hoka-wekin-wolo-cara-orang-lewotala-sembuhkan-penyakit/36901/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya