×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Budaya

Elemen Budaya

Cerita Rakyat

Asal Daerah

Karangasem, Bali

Kearifan Lokal Pada Tradisi Mekare-Kare di Desa Adat Tenganan Pegringsingan

Tanggal 16 Mar 2025 oleh Artawan .

Setiap Kabupaten yang ada di Bali memiliki corak kebudayaan yang berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lainnya. Salah satunya Desa Adat Tenganan Pegringsingan yang letaknya di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Sekitar 56 menit dari pura lempuyang yang menjadi ikon wisata karangasem

Desa Adat Tenganan Pegringsingan memiliki berbagai kearifan lokal yang mampu menarik kunjungan wisatawan, salah satunya Tradisi Perang Pandan atau yang juga dikenal dengan tradisi Mekare-Kare.

Tradisi Perang Pandan adalah tari perang yang tidak menentukan kalah dan menang, diobati atau tidak diobati tidak pernah menimbulkan inpeksi. Tradisi Perang Pandan ini bertujuan untuk menghormati Dewa Indra sebagai Dewa Perang dan Dewa kesuburan.

Dewa Indra juga merupakan Dewa yang tertinggi bagi masyarakat Desa Adat Tenganan Pegringsingan, karena beliau di percaya oleh warga masyarakat setempat yang menganugrahkan tanah yang begitu luas untuk di tempati oleh warga masyarakat Desa Tenganan Pegringsingan itu sendiri.

Tradisi Perang Pandan diadakan pada sasih kelima.

Tradisi Mekare-Kare atau Mekare sampai saat ini masih terus dilaksanakan oleh masyarakat Desa Adat Tenganan Pegringsingan sebagai suatu keharusan yang tidak boleh dilanggar, karena dengan dilaksanakannya Mekare-Kare tersebut akan mendatangkan kebaikan, kesuburan, dan kemakmuran pada Desa Adat Tenganan Pegringsingan. Menjadi salah satu atraksi wisata di bali timur yang menjadi incaran para wisatawan eropa.

Mekare-Kare ini biasanya dilakukan oleh anak dengan anak, dewasa dengan dewasa, dan orang tua dengan orang tua juga. Mekare-Kare ini dilaksanakan didepan Bale Agung, kemudian didepan Bale Patemu Kelod, selanjutnya didepan Bale Patemu Kaje, dan yang terakhir (paling meriah ) dilakukan Di Bale Patemu Tengah.

Mekare-Kare di Bale Patemu Tengah diselenggarakan dengan penambahan fasilitas yaitu penambahan fasilitas panggung agar para wisatawan atau penonton lebih mudah untuk menyaksikan atau menonton Mekare-Kare tersebut.

Peserta dan Peraturan.

Mekare-Kare merupakan suatu kegiatan perang yang dilakukan oleh dua orang laki – laki, dengan mempergunakan senjata berupa pandan berduri dan memakai perisai yang disebut dengan Tamyang. Mekare-Kare ini secara umum dilakukan oleh laki – laki baik anak – anak (dari umur 5 tahun), dewasa (dari umur 17 tahun ke atas) maupun orang tua (bagi yang sudah menikah).

Dalam penentuan peserta perang ini tidak ditentukan mengenai persyaratan dan ketentuan secara khusus. Dalam Mekare-Kare atau Mekare ini ada tiga orang sebagai pemisah yang disebut tukang belas dan umbul –umbul (terdiri dari Teruna yang akan memimpin permainan perang dan bertugas mencarikan lawan yang pantas baik orang yang berasal dari Desa Adat Tenganan Pegringsingan maupun orang yang berasal dari luar desa). Tukang Belas ini adalah orang yang cukup usia dan biasanya adalah orang yang di hormati di Desa Adat Tenganan Pegringsingan.

Mekare-Kare ini betul – betul didasarkan atas sukarela dan bertujuan untuk menghindari permusuhan. Peserta perang ditentukan dengan melihat keadaan lawannya, misalnya orang tua dengan orang tua, orang dewasa dengan orang dewasa dan anak – anak dengan anak – anak.

Mengenai aturan main dalam Mekare-Kare atau Mekare ini terdapat beberapa peraturan yang harus ditaati oleh para peserta perang, antara lain :

  • Dilarang menggores muka lawan
  • Pada waktu melaksanakan Mekare-Kare atau Mekare dilarang membawa keris, pisau atau senjata tajam lainnya.
  • Dilarang meruket atau bergumul dengan lawan dalam artian bahwa para beserta dilarang sampai menjatuhkan lawan.
  • Dilarang memakai baju. Selain aturan tersebut diatas, biasanya diantara mereka sendiri telah mengadakan suatu perjanjian dengan mengatakan “edengenen mua“ yang artinya jangan mengenai muka

Makna Tradisi Mekare-Kare di Desa Adat Tenganan Pegringsingan

Memiliki makna religi dalam arti luas mencakup berbagai bentuk pemujaan, spiritualitas, serta praktik hidup yang telah bercampur dengan budaya. Upacara keagamaan merupakan unsur pokok dari religi. Melalui upacara, manusia menyandarkan diri pada kekuatan alam untuk memenuhi kebutuhan serta tujuan hidupnya, baik material maupun spiritual. Dalam upaya ini, upacara dipandang sebagai simbol untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.

Masyarakat Tenganan Pegringsingan, yang dikenal sebagai masyarakat Bali Aga atau Bali Kuno, memiliki berbagai unsur upacara dalam aktivitas mereka, salah satunya adalah Tradisi Mekare-Kare. Tradisi ini berfungsi untuk menguji ketabahan dan keberanian. Mekare-Kare disebut juga sebagai tari perang, karena kata “kare” diartikan sama dengan “kale”, yang berarti perang.

Tradisi ini digolongkan sebagai tari sakral karena hanya dilaksanakan pada saat upacara desa adat. Meskipun pada hari ketiga dan keempat orang luar diperbolehkan ikut serta, ada beberapa tahapan dalam pelaksanaannya yang hanya boleh dilakukan oleh warga Desa Adat Tenganan Pegringsingan.

Tradisi Mekare-Kare memiliki makna religius yang sangat kental dan menjadi simbol rasa syukur kepada Dewa Indra. Bagi masyarakat Tenganan Pegringsingan, tradisi ini adalah ritual sakral yang mengandung kekuatan spiritual, mempererat hubungan masyarakat, serta menjaga keharmonisan desa. Kepercayaan terhadap kekeramatan upacara ini didasarkan pada keyakinan bahwa Mekare-Kare mampu menjaga keseimbangan antara alam dan manusia, sekaligus menjadi ritual penolak bala untuk melindungi desa dari bahaya dan wabah penyakit.

Selain itu, penghormatan kepada Dewa Indra sebagai Dewa Perang juga menjadi bagian penting dari tradisi ini. Unsur religi dalam Mekare-Kare dapat dilihat dari penggunaan mantra-mantra serta persiapan daun pandan yang digunakan dalam atraksi perang. Hal ini sesuai dengan teori Interaksi Simbolik, di mana setiap simbol dalam atraksi Mekare-Kare memiliki makna dan menjadi bagian dari proses penyampaian nilai spiritual bagi masyarakat Tenganan Pegringsingan.

Sumber : https://balitravelguides.com/tenganan-bali-age-village/

Sumber : https://triponnews.com/tradisi-perang-pandan-di-desa-tenganan-pegringsingan/
sumber : https://triponnews.com/tradisi-perang-pandan-di-desa-tenganan-pegringsingan

DISKUSI


TERBARU


Kearifan Lokal...

Oleh Artawan | 16 Mar 2025.
Budaya

Setiap Kabupaten yang ada di Bali memiliki corak kebudayaan yang berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lainnya. Salah satunya Desa Adat Tenga...

Mengenal Sejara...

Oleh Artawan | 16 Mar 2025.
Budaya

Pura Lempuyang merupakan salah satu tempat persembahyangan umat hindu Bali tertua dan paling suci di Bali. Terletak di lereng Gunung Lempuyang, di Ka...

Resep Layur Bum...

Oleh Masterup1993 | 24 Jan 2025.
Makanan

Ikan layur yang terkenal sering diolah dengan bumbu kuning. Rasa ikan layur yang dimasak dengan bumbu kuning memberikan nuansa oriental yang kuat...

Bakso Titoti Wo...

Oleh Deni Andrian | 10 Jan 2025.
Makanan

Bakso titoti wonogiri gitu gaes ya hahahahhahahahahah

Tempong khas Te...

Oleh Deni Andrian | 10 Jan 2025.
Makanan

Bahan-bahan 12 porsi 1 papan tempe besar 1 genggam daun kemangi Bumbu Halus: 3 siung bawang putih 5 buah bawang merah 5 buah cabai rawit merah (op...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...