|
|
|
|
![]() |
Tradisi Parebut Seeng Tanggal 12 Feb 2015 oleh Muhammad Arif Nurrohman17. |
Samar-samar rampag gendang terdengar dari 50m jalan utama menuju area Kampung Budaya Sindangbarang (KBS). Bergegas saya menapaki jalan tanah berbatu, di depan gerbang sudah terlihat kerumuman para penonton dan barisan dongdang, seekor kambing serta iring-iringan pengantin di tengah Alun-alun Tanjung Salikur.
Prosesi diawali dengan beradu pantun, aleutan pengantin pria membawa seserahan yang terdiri dari berbagai jenis hasil panen yang diusung dalam dongdang serta seekor kambing untuk diserahkan kepada orangtua calon mempelai wanita. Acara kemudian dilanjutkan dengan menampilkan para pendekar cilik penerus seni bela diri.
Budaya parebut se’eng dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 22 Mei 2011 ini sebagai bentuk nyata pelestarikan budaya sunda, dahulu kala atraksi parebut se’eng di gelar dalam menampilkan kegagahan seorang pria dalam mempersunting seorang wanita, lelaki yang mampu merebut se’eng dari lawan tarungnya dianggap sebagai lelaki yang pantas mempersunting calon istri
Empat tahun terakhir acara parebut se’eng di gelar secara rutin oleh pihak kampung budaya sindang barang, seperti tahun-tahun sebelumnya, tiap tahun pula saya tak pernah absen ikut menyaksikan, entahlah acara ini bagi saya begitu sangat sayang untuk dilewatkan, walau yang ditampilkan selalu sama, namun setiap tahun memiliki nuansa acara yang berbeda-beda, munculnya para peserta baru dan peningkatan teknik-teknik bela diri ini semakin memperkaya seni bela diri Cimande.
Bincang-bincang santai saya sambil berteduh di antara rimbunnya pohon bambu bersama Pak Wahyu, salah seorang dari 3 juri dalam atraksi parebut se’eng kali ini, bahwa penilaian meliputi 4 macam, yaitu WIRAGA penilaian berdasarkan keluwesan gerakan namun terlihat tetap gagah/jantan, WIRASA berdasarkan kreativitas keindahan gerakan, WIRAHMA menilai kesempurnaan jurus dan WIRACIPTA kemampuan mengkombinasikan gerak dengan alunan musik pengiring. Seni parebut se’eng ini sendiri bukan sekedar mengambil/merebut se’eng yang terikat di badan lawan, namun sikap kesatria, sportifitas juga masuk dalam penilaian, tangan di tangkis dengan tangan, kaki ditangkis dengan kaki, para pesilat tidak boleh memukul badan lawan, dan menggunakan alat-alat bantu lainnya. Namun tahun ini ada peserta yang menggunakan senjata kayu dan alat tajam, hal ini menjadi catatan bahwa untuk event tahun depan bisa lebih di perbaiki lagi agar seni bela diri ini tetap kembali pada kaidah awal yaitu menggunakan tangan kosong, begitu ujar pak Wahyu.
![]() |
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
![]() |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
![]() |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
![]() |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |