|
|
|
|
![]() |
Tawek Tanggal 20 Mar 2018 oleh Deni Andrian. |
Tawek adalah gong besar terbuat dari kuningan, berukuran tinggi 20 cm, garis tengah 60 cm, ada yang berukir relief ular naga dan yang biasa polos tanpa dekorasi. Gong yang berukuran lebih kecil disebut angkong, tinggi 8 cm, garis tengah 40 cm. Kedua gong tersebut berfungsi secara berbeda dalam tata ruang, tata bunyi dan saat-saat berbeda pula. Tawek dahulu dan sampai sekarang masih barang paling berharga. Pelaku pelanggaran terhadap aturan-aturan adat diwajibkan bayar denda berupa gong. Gong besar biasanya adalah pusaka yang diwariskan, dan hanya mungkin dimiliki oleh golongan bangsawan (paren). Tawek sebagai benda berharga tinggi, tetapi tidak dikeramatkan. Fungsinya sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari terutama disaat kematian warga dan musibah kebakaran, dan juga untuk mengumpulkan warga desa pada waktu kegiatan gotong royong (ru-yung) atau berkumpul untuk menyambut kedatangan tamu penting atau pejabat pemerintahan.
Tawek dibunyikan dengan alat tabuh dari jenis kayu keras, seperti kayu ulin. Variasi bunyi yang berselang tempo diam yang berbeda menandakan berita macam apa yang sedang disiarkan. Berita kematian disampaikan dengan cara tiga kali bunyi berselang tempo diam : ooo - ooo...............ooo penabuh gong sambil berkeliling desa. Bunyi tawek yang demikian, menurut informan seorang pria berusia 60 tahun menyatakan mampu menyentuh perasaan sedih warga desa, sampai ada yang mengucurkan air mata sebelum tahu persis siapa orangnya yang meninggal itu.
Tanda kebakaran rumah dibunyikan dengan cara menabuh cepat dan waktu bunyi panjang: ooooooooooooooo...............OOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO..........oooooooooooooooooooooooo. Tanda bunyi demikian akan membangkitkan warga desa bergegas keluar rumah sambil bawa parang, galah, ember berlari-lari menuju lokasi musibah menolong dan menyelamatkan yang belum terbakar dengan cara meruntuhkan sam bungan-sambungan tiang dan atap yang terbakar. Air hanya diarahkan untuk menyiram barang-barang pemilik. Mengingat sumber pengam bilan air berada jauh di sungai. Kebiasaan menggali dan menggunakan air sumur tidak membudaya di kalangan suku bangsa Kenyah. Air yang tidak mengalir disebut "air mati".
Panggilan berkumpul, gong ditabuh secara santai berulang-ulang dan bunyi tidak tetap, penabuh sambil berkeliling desa, dan menun jukkan di mana tempat berkumpul dan untuk keperluan apa. Gong besar tidak hanya mampu berfungsi sebagai alat komunikasi yang me nyampaikan pesan lisan-bunyi (aural-oral messages), tetapi juga ber fungsi sebagai juru bahasa bisu (silent language) pada saat upacara perkawinan adat Kenyah, kedua mempelai wajib duduk di atas dua buah gong besar, dengan demikian secara tersirat menyatakan sahnya hubungan kedua insan tersebut sebagai suami-istri. Tak peduli sudah atau belum beresnya prosedur lainnya misalnya persetujuan pihak agama dan urusan surat nikah dari pihak administrator pemerintahan. Reaksi warga Desa Rukun Damai terhadap kasus perkawinan amal gemi antara seorang keturuan Cina dari Surabaya dengan gadis Kenyah pada bulan Juli 1991, secara tersirat menyatakan demikian, bahwa mereka sudah bersanding di atas taweh. Sudah sah sebagai suami-istri. Kedua mempelai karena perbedaan agama, maka tidak diberkati pernikahan mereka di gereja.
Sumber: Konsep Tata Ruang Suku Bangsa Dayak Kenyah di Kalimantan Timur – Edi Sedyawati, EKM. Masinambow, Gunawan Tjahyono
![]() |
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
![]() |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
![]() |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
![]() |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |