Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Sejarah Jawa Tengah Kota Semarang
Sejarah Pemerintah Kota Semarang

SEJARAH PEMERINTAH KOTA SEMARANG

 

Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah. Kota Semarang terhitung sebagai kota besar dengan jumlah penduduk hampir mencapai 1,6 juta jiwa dengan luas wilayah 373,67 km2 terbagi menjadi 16 kecamatan dan 177 kelurahan. Dari masa ke masa berbagai fasilitas sarana dan prasarana dibangun terus menerus. Kota ini memiliki pelabuhan besar yang telah dibangun oleh kolonial Belanda sejak tahun 1900 yaitu Pelabuhan Tanjung Mas, terminal udara yang megah Bandara Ahmad Yani, dan beberapa terminal angkutan darat di wilayah Mangkang, Genuk, dan Banyumanik.

Untuk memudahkan penjelasan sejarah tentang berdirinya Kota Semarang, kita dapat bagi sejarah ini menjadi tiga bagian berdasar pada pola kepemerintahan, yaitu: kepemerintahan kerajaan, kepemerintahan asing (era kolonial), dan kepemerintahan Indonesia.

  1. Kepemerintahan Kerajaan

Pada abad ke 6 Masehi, Semarang merupakan daerah milik kerajaan Mataram Kuno. Di masa ini, peradaban masih belum maju, namun mayoritas penduduk sudah beragama Hindu atau Budha.

Pada abad ke 15, dari kesultanan Demak, Ki Made Pandan dan anaknya berjalan ke arah  barat dan memutuskan untuk berhenti di sebuah tempat yang kemudian sekarang dikenal dengan nama Kanjengan area Pasar Johar. Di tempat tersebut, Ki Made Pandan membangun padepokan yang mengajarkan dan bertujuan untuk menyebarkan agama Islam. Seiring berjalannya waktu, Ki Made Pandan menjadi terkenal dan dipercaya oleh penduduk setempat. Sepeninggal Ki Made Padan, anaknya, Ki Pandan Aran I melanjutkan kerja ayahnya dan mulai membangun Semarang. Keaktifan beliau disambut baik sehingga beliau juga menjalin hubungan baik dengan Sultan Hadiwijaya dari kerajaan Pajang. Ki Pandan Aran I juga memiliki mimpi utuk membuat Semarang sebagai suatu Kadipaten, namun sayangnya beliau meninggal sebelum mendapat surat kekancingan. Ki Pandan Aran I lalu dimakamkan di Mugas. Hal ini secara otomatis menurunkan kekuasaannya kepada anaknya Ki Pandan Aran II.

Surat Kekancingan pun terbit, ini menandakan berdirinya Semarang sebagai sebuah Kadipaten dengan Ki Pandan Aran II menjadi Adipati pertamanya. Di bawah pemerintahan Ki Pandan Aran II, pembangunan Semarang berjalan lancar dan Semarang pun bertumbuh dengan pesat. Namun dari kejayaan tersebut, Ki Pandan Aran II mendapat perintah dari Sunan Kalijaga untuk meninggalkan tahtanya dan menjauh dari kehidupan duniawi. Hal ini tentu dilakukan oleh Ki Pandan Aran II. Beliau bersama istrinya meninggalkan Semarang menuju arah selatan, melewati Salatiga dan Boyolali hingga sampai ke bukit Jabalekat di daerah Klaten. Di sana, beliau mengajarkan ilmu Islam. Dengan ini, Ki Pandan Aran II mendapat gelar Sunan Tembayat. Setelah pengunduran diri Ki Pandan Aran II, kekuasaan terhadap Semarang dikembalikan kepada Kesultanan Pajang, yang kemudian dengan persetujuan segala pihak, kekuasaan ini diserahkan pada Raden Ketib.

Semarang di bawah kekuasaan Kesultanan mendekati akhir pada saat Sultan Amangkurat II memutuskan untuk bersekutu dengan VOC demi mengalahkan Turnojoyo pada September 1677. Turnojoyo adalah seorang pemberontak yang melepaskan diri dari Kerajaan Mataram pada masa kekuasaan Sultan Amangkurat I. Motif Turnojoyo untuk memberontak adalah karena Sultan Amangkurat I berpihak kepada VOC, padahal ayahnya, Sultan Agung, pernah memerangi VOC demi menguasai Pulau Jawa.

Ketika Sultan Amangkurat II meminta bantuan kepada VOC, VOC setuju untuk membantu dengan syarat dibayar sebanyak dua juta gulden dan Sultan Amangkurat II pun setuju. Tetapi, karena Sultan Amangkurat II kesulitan dalam menggalang dana sebanyak dua juta gulden, beliau memutuskan untuk memberi sebagian daerah kekuasaannya, yaitu untuk daerah pesisir pantai Jawa seperti Jepara dan Semarang. Perjanjian baru pun terbentuk, pada 15 Januari 1678 Sultan Amangkurat II memberikan Kekuasaan pesisir Semarang dan Jepara kepada VOC.

VOC pun mengirim 1500 pasukannya untuk menduduki Surabaya, mengalahkan pasukan Turnojoyo, dan menekan terus ke selatan. Akhirnya pada tanggal 27 Desember 1679, Turnojoyo menyerah kepada VOC di Gunung Kelud. Lalu sehari setelah libur tahun baru 1680 Turnojoyo dihukum mati.

  1. Kepemerintahan Era Kolonial

Serah terima kekuasaan atas daerah pesisir Jawa seperti Semarang dan Jepara terjadi pada 15 Januari 1678 oleh Sultan Amangkurat II kepada VOC. Ini menandai awal pemerintahan VOC terhadap Semarang.

Pemerintahan VOC atas Semarang belum membawa perubahan yang signifikan sampai Semarang dijadikan kantor utama VOC untuk daerah pantai timur Jawa bersamaan dengan selesainya pembangunan Benteng De Vijfhoek (segilima) pada tahun 1708. Kemudian pada tahun 1743 barulah Semarang ada dibawah kepemerintahan VOC secara langsung, yang kemudian membuat semarang menjadi pusat pembangunan demi kinerja kepemerintahan VOC. Pada masanya, VOC berhasil membangun Gereja Blenduk dan kompleks villa-villa Belanda di sepanjang jalan Bojong dan Randusari, namun VOC harus berhenti beroperasi pada 31 Desember 1799 karena maraknya korupsi yang berujung kepada kebangkrutan VOC.

Tepat setelah kebangkrutan VOC, pihak Belanda mengambil alih pemerintahan seluruh Indonesia, termasuk Semarang, menggantikan posisi VOC mulai 1 Januari 1800. Kepemerintahan Belanda sedikit terganggu dari Perang Diponegoro dan Perang Jawa yang terjadi pada awal abad ke 19, sehingga track record dari kepemerintahan Belanda ini sedikit diketahuinya pada awal sampai pertengahan abad ke 19.

Pemerintah Belanda bekerja keras untuk membangun semarang, hal ini dibuktikan dari banyaknya pembangunan yang dilakukan mulai dari tahun 1864, yaitu mulai dibangunnya Het Groote Huis (Gedung Papak) bersamaan dengan dibangunnya rel kereta api pertama Indonesia dibawah perusahaan perusahaan besar Belanda yang kemudian diberi nama Nederlandsch Indische Spoorwagen Maastcapij (NISM). Dilanjutkan oleh pembangunan pelabuhan Semarang dengan pengembangan Niuewe Havenkanaal atau Kali Baroe pada 1872 dan juga pembangunan mercusuar pada 1884. Dan pada akhir dari Abad ke 19, Semarang terkenal sebagai penghasil gula terbanyak ke 2 di dunia. Pelabuhan Semarang juga mendapati kapal dari berbagai penjuru dunia (lebih dari 100 negara) masuk ke pelabuhan Semarang.

Awal abad ke 20, tepatnya tahun 1904, perkantoran NISM di Lawang Sewu dibangun. Kemudian tidak lama setelah itu, pada 1906, berdasarkan Stadblad tahun 1906 S.O 120 dibentuklah pemerintahan kota yang membagi Semarang menjadi 2, yaitu Kabupaten Semarang yang dipimpin oleh Bupati dan Kotapraja semarang yang dipimpin oleh seorang Burgemeester.

Semarang ini kemudian menjadi salah satu kota tujuan urban seiring majunya perdagangan dan perindusrian dalam kota. Maraknya pendatang menyebabkan keaikan diversitas etnis di kota Semarang terutama etnis Jawa, Tionghoa, Arab, Melayu, India, dan Eropa. Pada sensus penduduk tahun 1930, terdapat total 217.796 jumlah penduduk Semarang  meliputi 80,5% Pribumi, 12,6 Tionghoa, 5,8% Eropa, dan 1,1% Timur Asing.

Kemajemukan penduduk Semarang pada masa itu dihadapi pemerintah dengan kebijakan Wijkenstelsel yang mengelompokkan tempat tinggal penduduk sesuai etnisnya. Pada tahun 1915 kebijakan ini digantikan oleh konsep baru Thomas Karsten, yang mengusung tema garden city dan mengelompokkan penduduk sesuai dengan status ekonominya. Sisa sisa pengelompokan ini masi dapat ditemui sampai sekarang, sisa-sisa Wijkenstelsel masih dapat ditemui di kawasan Pecinan Semarang.

Keberagaman etnis ini tetap bukanlah suatu halangan bagi masyarakat untuk bersosial dan berbudaya. Masyarakat yang bermukim di perkampungan memiliki kebiasaan kerja bakti yang kuat dan baik untuk lingkungan. Keberagaman etnis dan agama juga mendukung adanya akulturasi kebudayaan. Seperti tradisi Dugderan yang ada setiap menjelang bulan Ramadhan. Dugderan ini pertama kali diselenggarakan pada tahun 1881 dibawah perintah Bupati KRMTA Purbaningrat. Acara ini kemudian ditutup dengan arak-arakan Warak Ngendog yang merupakan hasil akulturasi budaya Jawa, Arab, dan Tionghoa.

Pada tahun 1942, bersamaan dengan turunnya H.E. Boissevain  dari jabatan Burgermeester, Jepang masuk ke Indonesia dan menggantikan posisi Belanda di bawah komando Shinco. Kepemerintahan Jepang terhadap Semarang dapat dikatakan relatif singkat dibandingkan kepemerintahan Belanda, hanya 2 tahun lamanya.

Pada 15 Oktober 1945 pecahlah Pertempuran 5 Hari Semarang. Pertempuran ini diprovokasi oleh kematian Dr. Kariadi ditangan Jepang saat beliau ingin memeriksa Reservoir Siranda. Pertempuran ini berlangsung sampai tanggal 20  Oktober 1945 dan memakan 2.000 jiwa warga semarang dan 850 tentara Jepang. Dari pertempuran inilah kemudian dibangun monumen Tugu Muda yang dibangun pada 10 November 1950 dan diresmikan pada 20 Mei 1953.

  1. Kepemerintahan Indonesia

Kepemerintahan Indonesia terhadap Semarang ditandai oleh Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 yang kemudian diklaim oleh warga Semarang sendiri pada 20 Oktober 1945 sesaat setelah warga Semarang mengalahkan tentara tentara Jepang yang masih menduduki Kota Semarang.

Kota Semarang dibawah kepemerintahan Indonesia pertama kali dikepalai oleh Walikota Mr. Moch. Ichsan. Selama masa jabatannya, beliau telah mengalami beberapa pergeseran kekuasaan, karena hasil-hasil perjanjian Indonesia-Belanda yang walau berujung pada kemenangan Indonesia, tetapi Belanda tetap sulit melepaskan keinginannya untuk memiliki kembali bekas daerah jajahan mereka. Ini membuat ketidakstabilan pemerintahan pada awal dari kepemerintahan Indonesia di Semarang.

Sepanjang kepemerintahan Indonesia, batas-batas wilayah Kota Semarang diubah sebanyak dua kali, yaitu pada tahun 1976 dan tahun 1992. Di bawah kepemimpinan walikota ke-9 Semarang, Kolonel Hadijanto, wilayah Semarang diperluas, dari yang awalnya hanya mencakup 5 kecamatan menjadi 9 kecamatan. Wilayah Semarang berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 mencangkup Mijen, Gunungpati, Tembalang di sebelah Selatan, Genuk di sebelah Timur, dan Tugu di sebelah Barat. Kemudian terjadi perubahan ke-2, yaitu pada tahun 1992 di bawah kepemimpinan Walikota Kol. H. Soetrisno Soeharto, dari 9 kecamatan menjadi 12 kecamatan. Kebijakan ini ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kecamatan Wilayah Kabupaten-Kabupaten Daerah Tingkat II Purbalingga, Cilacap, Wonogiri, Jepara dan Kendal serta Penataan Kecamatan di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang dalam Wilayah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah.

Kini (tahun 2018), Kota Semarang dipimpin oleh Walikota Hendrar Prihadi. Banyak hal yang dapat diharapkan untuk perkembangan kota semarang, mengingat seberapa jauh Kota Semarang sudah bertahan dan berkembang. Dengan lokasi yang strategis, di jalur pantai utara yang menjadi simpul regional dan nasional. Secara nasional terhubung dengan Ibukota Jakarta melalui jalur udara Bandar Udara Ahmad Yani. Secara regional menjadi daerah belakan yang meliputi daerah Kedungsampur (Kendal, Demak, Ungaran, dan Purwodadi) yang merupakan simpul strategis. Ungaran sebagai menyangga air bersih, Demak dan purwodadi sebagai penyangga pemukiman dan penyedia tenagakerja kegiatan industry di kawasan Tugu, Genuk, maupun di sekitar Kaligawe. Ini membuktikan besarnya potensi Semarang untuk menjadi kota yang lebih besar lagi.

 

Daftar Pustaka

Literatur:

Amalia, Rizky, 2016, Kampongverbetering dan Perubahan Sosial Masyarakat Gemeente Semarang Tahun 1906-1942, Semarang.

Purwanto, L.M.F., Kota Kolonial Lama Semarang, Semarang.

Zanki, Nurudin, 2013, Perpindahan Ibukota Pemerintahan Kabupaten Semarang dari Kota Semarang ke Kota Ungaran, Semarang.

Internet:

http://manusiadansejarah.blogspot.co.id/2014/11/manusia-dan-sejarah.html

https://www.sekolahpendidikan.com/2017/02/manfaat-sejarah-dalam-kehidupan.html#

http://pamboedifiles.blogspot.co.id/

https://www.semarangarea.com/penjelasan-lengkap-asal-usul-dan-sejarah-kota-semarang/

http://wisatajateng.com/semarang

http://wartasejarah.blogspot.co.id/2013/07/dominasi-kekuasaan-kolonial-belanda-ddi.html

https://id-id.facebook.com/notes/welcome-to-semarang-indonesia/nostalgia-kota-lama-semarang/392822970735/

http://satupedang.blogspot.co.id/2015/02/sejarah-gedung-lawang-sewu.html#

https://sejarahsemarang.wordpress.com/zaman-belanda/

http://www.juraganles.com/2017/01/sejarah-kedatangan-belanda-di-indonesia-dan-pembentukan-voc.html

http://herlinaherli.blogspot.co.id/2013/12/awal-kedatangan-belanda-di-indonesia.html

https://sendhysaputro90.wordpress.com/2010/01/06/sejarah-kota-semarang/

http://poestahadepok.blogspot.co.id/2017/11/sejarah-semarang-13-sejarah.html

http://sejarahlengkap.com/indonesia/sejarah-kota-semarang

http://pariwisata.semarangkota.go.id/index.php/tentang-semarang/sejarah

https://sitidearakhmania.wordpress.com/2011/10/04/sejarah-pertumbuhan-dan-perkembangan-kota-semarang/

http://semarangkota.go.id/content/slides/pdf/Sejarah_2014-06-23_23-19-29.pdf

https://dimassuryo.wordpress.com/2014/07/09/hikayat-jatuhnya-semarang-ke-tangan-voc/

http://semarangkuto.blogspot.co.id/2015/04/kota-semarang-berdasar-sejarah.html

http://semarangkuto.blogspot.co.id/2015/04/pertempuran-5-hari-di-semarang-sejarah.html

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya