|
|
|
|
Sejarah Pemerintah Kota Semarang Tanggal 12 Aug 2018 oleh OSKM18_16718213_Nanda Nanda Yulanda. |
SEJARAH PEMERINTAH KOTA SEMARANG
Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah. Kota Semarang terhitung sebagai kota besar dengan jumlah penduduk hampir mencapai 1,6 juta jiwa dengan luas wilayah 373,67 km2 terbagi menjadi 16 kecamatan dan 177 kelurahan. Dari masa ke masa berbagai fasilitas sarana dan prasarana dibangun terus menerus. Kota ini memiliki pelabuhan besar yang telah dibangun oleh kolonial Belanda sejak tahun 1900 yaitu Pelabuhan Tanjung Mas, terminal udara yang megah Bandara Ahmad Yani, dan beberapa terminal angkutan darat di wilayah Mangkang, Genuk, dan Banyumanik.
Untuk memudahkan penjelasan sejarah tentang berdirinya Kota Semarang, kita dapat bagi sejarah ini menjadi tiga bagian berdasar pada pola kepemerintahan, yaitu: kepemerintahan kerajaan, kepemerintahan asing (era kolonial), dan kepemerintahan Indonesia.
Pada abad ke 6 Masehi, Semarang merupakan daerah milik kerajaan Mataram Kuno. Di masa ini, peradaban masih belum maju, namun mayoritas penduduk sudah beragama Hindu atau Budha.
Pada abad ke 15, dari kesultanan Demak, Ki Made Pandan dan anaknya berjalan ke arah barat dan memutuskan untuk berhenti di sebuah tempat yang kemudian sekarang dikenal dengan nama Kanjengan area Pasar Johar. Di tempat tersebut, Ki Made Pandan membangun padepokan yang mengajarkan dan bertujuan untuk menyebarkan agama Islam. Seiring berjalannya waktu, Ki Made Pandan menjadi terkenal dan dipercaya oleh penduduk setempat. Sepeninggal Ki Made Padan, anaknya, Ki Pandan Aran I melanjutkan kerja ayahnya dan mulai membangun Semarang. Keaktifan beliau disambut baik sehingga beliau juga menjalin hubungan baik dengan Sultan Hadiwijaya dari kerajaan Pajang. Ki Pandan Aran I juga memiliki mimpi utuk membuat Semarang sebagai suatu Kadipaten, namun sayangnya beliau meninggal sebelum mendapat surat kekancingan. Ki Pandan Aran I lalu dimakamkan di Mugas. Hal ini secara otomatis menurunkan kekuasaannya kepada anaknya Ki Pandan Aran II.
Surat Kekancingan pun terbit, ini menandakan berdirinya Semarang sebagai sebuah Kadipaten dengan Ki Pandan Aran II menjadi Adipati pertamanya. Di bawah pemerintahan Ki Pandan Aran II, pembangunan Semarang berjalan lancar dan Semarang pun bertumbuh dengan pesat. Namun dari kejayaan tersebut, Ki Pandan Aran II mendapat perintah dari Sunan Kalijaga untuk meninggalkan tahtanya dan menjauh dari kehidupan duniawi. Hal ini tentu dilakukan oleh Ki Pandan Aran II. Beliau bersama istrinya meninggalkan Semarang menuju arah selatan, melewati Salatiga dan Boyolali hingga sampai ke bukit Jabalekat di daerah Klaten. Di sana, beliau mengajarkan ilmu Islam. Dengan ini, Ki Pandan Aran II mendapat gelar Sunan Tembayat. Setelah pengunduran diri Ki Pandan Aran II, kekuasaan terhadap Semarang dikembalikan kepada Kesultanan Pajang, yang kemudian dengan persetujuan segala pihak, kekuasaan ini diserahkan pada Raden Ketib.
Semarang di bawah kekuasaan Kesultanan mendekati akhir pada saat Sultan Amangkurat II memutuskan untuk bersekutu dengan VOC demi mengalahkan Turnojoyo pada September 1677. Turnojoyo adalah seorang pemberontak yang melepaskan diri dari Kerajaan Mataram pada masa kekuasaan Sultan Amangkurat I. Motif Turnojoyo untuk memberontak adalah karena Sultan Amangkurat I berpihak kepada VOC, padahal ayahnya, Sultan Agung, pernah memerangi VOC demi menguasai Pulau Jawa.
Ketika Sultan Amangkurat II meminta bantuan kepada VOC, VOC setuju untuk membantu dengan syarat dibayar sebanyak dua juta gulden dan Sultan Amangkurat II pun setuju. Tetapi, karena Sultan Amangkurat II kesulitan dalam menggalang dana sebanyak dua juta gulden, beliau memutuskan untuk memberi sebagian daerah kekuasaannya, yaitu untuk daerah pesisir pantai Jawa seperti Jepara dan Semarang. Perjanjian baru pun terbentuk, pada 15 Januari 1678 Sultan Amangkurat II memberikan Kekuasaan pesisir Semarang dan Jepara kepada VOC.
VOC pun mengirim 1500 pasukannya untuk menduduki Surabaya, mengalahkan pasukan Turnojoyo, dan menekan terus ke selatan. Akhirnya pada tanggal 27 Desember 1679, Turnojoyo menyerah kepada VOC di Gunung Kelud. Lalu sehari setelah libur tahun baru 1680 Turnojoyo dihukum mati.
Serah terima kekuasaan atas daerah pesisir Jawa seperti Semarang dan Jepara terjadi pada 15 Januari 1678 oleh Sultan Amangkurat II kepada VOC. Ini menandai awal pemerintahan VOC terhadap Semarang.
Pemerintahan VOC atas Semarang belum membawa perubahan yang signifikan sampai Semarang dijadikan kantor utama VOC untuk daerah pantai timur Jawa bersamaan dengan selesainya pembangunan Benteng De Vijfhoek (segilima) pada tahun 1708. Kemudian pada tahun 1743 barulah Semarang ada dibawah kepemerintahan VOC secara langsung, yang kemudian membuat semarang menjadi pusat pembangunan demi kinerja kepemerintahan VOC. Pada masanya, VOC berhasil membangun Gereja Blenduk dan kompleks villa-villa Belanda di sepanjang jalan Bojong dan Randusari, namun VOC harus berhenti beroperasi pada 31 Desember 1799 karena maraknya korupsi yang berujung kepada kebangkrutan VOC.
Tepat setelah kebangkrutan VOC, pihak Belanda mengambil alih pemerintahan seluruh Indonesia, termasuk Semarang, menggantikan posisi VOC mulai 1 Januari 1800. Kepemerintahan Belanda sedikit terganggu dari Perang Diponegoro dan Perang Jawa yang terjadi pada awal abad ke 19, sehingga track record dari kepemerintahan Belanda ini sedikit diketahuinya pada awal sampai pertengahan abad ke 19.
Pemerintah Belanda bekerja keras untuk membangun semarang, hal ini dibuktikan dari banyaknya pembangunan yang dilakukan mulai dari tahun 1864, yaitu mulai dibangunnya Het Groote Huis (Gedung Papak) bersamaan dengan dibangunnya rel kereta api pertama Indonesia dibawah perusahaan perusahaan besar Belanda yang kemudian diberi nama Nederlandsch Indische Spoorwagen Maastcapij (NISM). Dilanjutkan oleh pembangunan pelabuhan Semarang dengan pengembangan Niuewe Havenkanaal atau Kali Baroe pada 1872 dan juga pembangunan mercusuar pada 1884. Dan pada akhir dari Abad ke 19, Semarang terkenal sebagai penghasil gula terbanyak ke 2 di dunia. Pelabuhan Semarang juga mendapati kapal dari berbagai penjuru dunia (lebih dari 100 negara) masuk ke pelabuhan Semarang.
Awal abad ke 20, tepatnya tahun 1904, perkantoran NISM di Lawang Sewu dibangun. Kemudian tidak lama setelah itu, pada 1906, berdasarkan Stadblad tahun 1906 S.O 120 dibentuklah pemerintahan kota yang membagi Semarang menjadi 2, yaitu Kabupaten Semarang yang dipimpin oleh Bupati dan Kotapraja semarang yang dipimpin oleh seorang Burgemeester.
Semarang ini kemudian menjadi salah satu kota tujuan urban seiring majunya perdagangan dan perindusrian dalam kota. Maraknya pendatang menyebabkan keaikan diversitas etnis di kota Semarang terutama etnis Jawa, Tionghoa, Arab, Melayu, India, dan Eropa. Pada sensus penduduk tahun 1930, terdapat total 217.796 jumlah penduduk Semarang meliputi 80,5% Pribumi, 12,6 Tionghoa, 5,8% Eropa, dan 1,1% Timur Asing.
Kemajemukan penduduk Semarang pada masa itu dihadapi pemerintah dengan kebijakan Wijkenstelsel yang mengelompokkan tempat tinggal penduduk sesuai etnisnya. Pada tahun 1915 kebijakan ini digantikan oleh konsep baru Thomas Karsten, yang mengusung tema garden city dan mengelompokkan penduduk sesuai dengan status ekonominya. Sisa sisa pengelompokan ini masi dapat ditemui sampai sekarang, sisa-sisa Wijkenstelsel masih dapat ditemui di kawasan Pecinan Semarang.
Keberagaman etnis ini tetap bukanlah suatu halangan bagi masyarakat untuk bersosial dan berbudaya. Masyarakat yang bermukim di perkampungan memiliki kebiasaan kerja bakti yang kuat dan baik untuk lingkungan. Keberagaman etnis dan agama juga mendukung adanya akulturasi kebudayaan. Seperti tradisi Dugderan yang ada setiap menjelang bulan Ramadhan. Dugderan ini pertama kali diselenggarakan pada tahun 1881 dibawah perintah Bupati KRMTA Purbaningrat. Acara ini kemudian ditutup dengan arak-arakan Warak Ngendog yang merupakan hasil akulturasi budaya Jawa, Arab, dan Tionghoa.
Pada tahun 1942, bersamaan dengan turunnya H.E. Boissevain dari jabatan Burgermeester, Jepang masuk ke Indonesia dan menggantikan posisi Belanda di bawah komando Shinco. Kepemerintahan Jepang terhadap Semarang dapat dikatakan relatif singkat dibandingkan kepemerintahan Belanda, hanya 2 tahun lamanya.
Pada 15 Oktober 1945 pecahlah Pertempuran 5 Hari Semarang. Pertempuran ini diprovokasi oleh kematian Dr. Kariadi ditangan Jepang saat beliau ingin memeriksa Reservoir Siranda. Pertempuran ini berlangsung sampai tanggal 20 Oktober 1945 dan memakan 2.000 jiwa warga semarang dan 850 tentara Jepang. Dari pertempuran inilah kemudian dibangun monumen Tugu Muda yang dibangun pada 10 November 1950 dan diresmikan pada 20 Mei 1953.
Kepemerintahan Indonesia terhadap Semarang ditandai oleh Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 yang kemudian diklaim oleh warga Semarang sendiri pada 20 Oktober 1945 sesaat setelah warga Semarang mengalahkan tentara tentara Jepang yang masih menduduki Kota Semarang.
Kota Semarang dibawah kepemerintahan Indonesia pertama kali dikepalai oleh Walikota Mr. Moch. Ichsan. Selama masa jabatannya, beliau telah mengalami beberapa pergeseran kekuasaan, karena hasil-hasil perjanjian Indonesia-Belanda yang walau berujung pada kemenangan Indonesia, tetapi Belanda tetap sulit melepaskan keinginannya untuk memiliki kembali bekas daerah jajahan mereka. Ini membuat ketidakstabilan pemerintahan pada awal dari kepemerintahan Indonesia di Semarang.
Sepanjang kepemerintahan Indonesia, batas-batas wilayah Kota Semarang diubah sebanyak dua kali, yaitu pada tahun 1976 dan tahun 1992. Di bawah kepemimpinan walikota ke-9 Semarang, Kolonel Hadijanto, wilayah Semarang diperluas, dari yang awalnya hanya mencakup 5 kecamatan menjadi 9 kecamatan. Wilayah Semarang berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 mencangkup Mijen, Gunungpati, Tembalang di sebelah Selatan, Genuk di sebelah Timur, dan Tugu di sebelah Barat. Kemudian terjadi perubahan ke-2, yaitu pada tahun 1992 di bawah kepemimpinan Walikota Kol. H. Soetrisno Soeharto, dari 9 kecamatan menjadi 12 kecamatan. Kebijakan ini ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kecamatan Wilayah Kabupaten-Kabupaten Daerah Tingkat II Purbalingga, Cilacap, Wonogiri, Jepara dan Kendal serta Penataan Kecamatan di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang dalam Wilayah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah.
Kini (tahun 2018), Kota Semarang dipimpin oleh Walikota Hendrar Prihadi. Banyak hal yang dapat diharapkan untuk perkembangan kota semarang, mengingat seberapa jauh Kota Semarang sudah bertahan dan berkembang. Dengan lokasi yang strategis, di jalur pantai utara yang menjadi simpul regional dan nasional. Secara nasional terhubung dengan Ibukota Jakarta melalui jalur udara Bandar Udara Ahmad Yani. Secara regional menjadi daerah belakan yang meliputi daerah Kedungsampur (Kendal, Demak, Ungaran, dan Purwodadi) yang merupakan simpul strategis. Ungaran sebagai menyangga air bersih, Demak dan purwodadi sebagai penyangga pemukiman dan penyedia tenagakerja kegiatan industry di kawasan Tugu, Genuk, maupun di sekitar Kaligawe. Ini membuktikan besarnya potensi Semarang untuk menjadi kota yang lebih besar lagi.
Daftar Pustaka
Literatur:
Amalia, Rizky, 2016, Kampongverbetering dan Perubahan Sosial Masyarakat Gemeente Semarang Tahun 1906-1942, Semarang.
Purwanto, L.M.F., Kota Kolonial Lama Semarang, Semarang.
Zanki, Nurudin, 2013, Perpindahan Ibukota Pemerintahan Kabupaten Semarang dari Kota Semarang ke Kota Ungaran, Semarang.
Internet:
http://manusiadansejarah.blogspot.co.id/2014/11/manusia-dan-sejarah.html
https://www.sekolahpendidikan.com/2017/02/manfaat-sejarah-dalam-kehidupan.html#
http://pamboedifiles.blogspot.co.id/
https://www.semarangarea.com/penjelasan-lengkap-asal-usul-dan-sejarah-kota-semarang/
http://wisatajateng.com/semarang
http://wartasejarah.blogspot.co.id/2013/07/dominasi-kekuasaan-kolonial-belanda-ddi.html
http://satupedang.blogspot.co.id/2015/02/sejarah-gedung-lawang-sewu.html#
https://sejarahsemarang.wordpress.com/zaman-belanda/
http://www.juraganles.com/2017/01/sejarah-kedatangan-belanda-di-indonesia-dan-pembentukan-voc.html
http://herlinaherli.blogspot.co.id/2013/12/awal-kedatangan-belanda-di-indonesia.html
https://sendhysaputro90.wordpress.com/2010/01/06/sejarah-kota-semarang/
http://poestahadepok.blogspot.co.id/2017/11/sejarah-semarang-13-sejarah.html
http://sejarahlengkap.com/indonesia/sejarah-kota-semarang
http://pariwisata.semarangkota.go.id/index.php/tentang-semarang/sejarah
http://semarangkota.go.id/content/slides/pdf/Sejarah_2014-06-23_23-19-29.pdf
https://dimassuryo.wordpress.com/2014/07/09/hikayat-jatuhnya-semarang-ke-tangan-voc/
http://semarangkuto.blogspot.co.id/2015/04/kota-semarang-berdasar-sejarah.html
http://semarangkuto.blogspot.co.id/2015/04/pertempuran-5-hari-di-semarang-sejarah.html
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |