Seperti daerah lainnya, warga Bengkulu mempunyai makanan khas Lebaran yang disebut Gelamai atau di Betawi disebut dodol.
Seperti daerah lainnya, warga Bengkulu mempunyai makanan khas Lebaran yang disebut Gelamai. Proses pembuatannya memerlukan waktu setengah hari. Kelapa yang sudah diambil santannya kemudian dimasak.
Setelah dua jam, tepung ketan dan gula merah dimasukkan ke dalam santan itu.
Adonan itu kemudian diaduk selama delapan jam. Bila tak diaduk, maka akan rusak dan masaknya tak merata. Gelamai yang berwarna kecoklatan lalu dimasukkan dalam wadah hingga keras dan siap dinikmati.
Terbukti ada acara tradisi “Ngidak Gelamai” Jelang Lebaran Hari Raya Idul Fitri. Gelamai merupakan kue khas dari wilayah Bengkulu Bagian Selatan , meliputi Kabupaten Seluma, Kabupaten Bengkulu Selatan hingga Kabupaten Kaur. Gelamai hampir menyerupai kue dodol, namun rasa dan bentuknya agak berbeda. Sementara kata “ngidak” berasal dari bahasa Bengkulu Selatan yang artinya “mengaduk”, karena dalam pembuatan gelamai harus selalu diaduk agar adonan matang sempurna. Dodol atau gelamai yang siap dibungkus dengan kulit pinang atau plastik.
Gelamai populer di kalangan masyarakat desa, makanan ini marak dibuat saat menjelang lebaran Idul Fitri maupun Idul Adha terutama di daerah manna pino raya. Gelamai juga dihidangkan saat perayaan hari besar atau acara pernikahan, bila tak ada gelamai maka jamuan belumlah lengkap. Tidak semua orang mampu membuat gelamai, karena memerlukan keterampilan dan resep khusus. Saat ini keahlian membuat gelamai hanya dikuasai para tetua saja. Karena sulit dibuat, adonan gelamai pembuatan gelamai biasanya dalam porsi besar dan dikerjakan bergotong royong minimal 4-8 orang
Makanan yang bercita rasa legit ini terbuat dari bahan ketan, santan, gula merah (khusus) serta dimasak menggunakan api tungku yang besar. namun, proses pembuatannya tidak selegit rasanya, membutuhkan kesabaran ekstra dalam menghasilkan gelamai kualitas unggul. Butuh waktu berjam-jam duduk di depan tungku untuk mengacau (mengaduk) hingga menjadi masakan yang utuh. Dan ada gelamai rasa pisang dan durian bila di campur dengan 2 bahan tersebut.
Bahan dasar pembuatan gelamai adalah tepung beras padi arang (ketan hitam) atau tepung padi pulut (ketan putih), perbedaan bahan dasar akan berpengaruh pada warna gelamai. Bila menggunakan tepung padi arang, gelamai akan berwarna hitam pekat, sedangkan tepung padi pulut warna gelamai menjadi coklat tua
Bahan lain yang harus ada untuk pembuatan gelamai adalah gula merah, kelapa dan minyak. Takaran adonan gelamai yang biasanya digunakan adalah cupak, untuk lima cupak beras ketan gula merah yang digunakan empat kilogram dan 30 butir kelapa. Sedangkan minyak digunakan untuk melumuri pembungkus gelamai agar tidak lengket.
Waktu pembuatannya pun terbilang lama, yakni bisa mencapai delapan jam. Bila pembuatan dimulai jam 08.00 WIB, maka perkiraan selesai sekitar jam 16.00 WIB. Untuk membuat gelamai diperlukan peralatan khusus, belango (kuali) yang digunakan bukanlah belango aluminium melainkan belango besi yang 100 persen terbuat dari besi, tujuannya agar panasnya merata. Api yang digunakan pun berasal dari kayu bakar.
Sementara alat untuk mengidak adalah sendok kayu berukuran besar. Bila tidak menggunakan sendok besar, maka adonan dibagian bawah akan gosong, sedangkan dibagian atasnya belum matang. Sendok berukuran kecil juga rentan patah.
Sulitnya pembuatan gelamai ini, menciptakan analogi di tengah masyarakat yang berbunyi “Bukan mudah ngidak gelamai” artinya, suatu pekerjaan yang sedang dikerjakan amat berat, hingga sulit untuk diselesaikan.
Sumber:
1] http://gelamaikhasbengkuluselatan.blogspot.co.id/2017/06/gelamai-khas-bengkulu-selatan.html
2] http://news.liputan6.com/read/111992/gelamai-makanan-khas-warga-bengkulu-saat-lebaran