Seni Pertunjukan
Seni Pertunjukan
Tarian Jawa Tengah Purwokerto
Ebeg Janturan Purwokerto

Ebeg merupakan kesenian khas Banyumasan berupa tarian yang dilakukan beberapa orang dengan menggunakan kuda-kudaan yang terbuat dari anyaman bambu, dengan bagian kepala dan ekor diberi rambut dari ijuk atau tali rafia. Nama ebeg berasal dari bahasa Jawa, ebleg yang berarti lumping atau anyam-anyaman yang terbuat dari bambu. Tarian ebeg menggambarkan prajurit yang mau berperang dengan menunggang kuda. Kesenian ini mirip dengan kuda lumping, jathilan dan kuda kepang dari daerah lain. Kesenian ebeg ini biasanya diadakan pada perayaan-perayaan seperti 17an dan acara pernikahan.

Selain kelompok penunggang kuda lumping, ada karakter Cepet dan Barongan. Karakter ini dimainkan dengan menggunakan topeng yang terbuat dari kayu. Cepet ada 2 macam yaitu Penthul & Tembem. Penthul adalah topeng yang memiliki hidung panjang dan bergigi dua, biasanya berwarna putih. Sedangkan Tembem adalah topeng dengan wujud yang lebih menyeramkan dan berwarna hitam. Barongan adalah topeng yang menyerupai kepala singa atau ular yang dibagian atasnya diberi bulu atau rambut dan bagian belakangnya diberi kain (dimainkan oleh 2 orang). 

Kesenian ini dapat dimainkan oleh pria maupun wanita, biasanya ada 12 orang penari. Kesenian ebeg biasanya diiringi gamelan. Gamelan terdiri dari saron, gendhang, bendhe, terompet/ slompret & gong bumbung. Gong bumbung dibuat dari bambu besar. Lagu-lagu yang dinyanyikan dalam pertunjukan ebeg sebagian besar menggunakan bahasa Jawa Banyumasan atau biasa disebut Ngapak. Lagu-lagunya antara lain eling-eling, ricik-ricik, blendrong kulon, waru dhoyong, gudril dan ijo-ijo. 

Kesenian ebeg sering diwarnai dengan hal mistis/gaib. Tarian ebeg dilakukan dibawah pengawasan seorang “pimpinan supranatural” yang disebut "Penimbul", Penimbul memiliki kekuatan untuk mendatangkan & memulangkan roh atau bisa disebut juga dengan "Indang". Indang merupakan roh halus atau orang yang sudah meninggal. Penimbul biasanya memiliki ilmu gaib yang tinggi yang dapat mengembalikan kesadaran sang pemain setelah kerasukan atau dalam bahasa jawa disebut mendem. Menjadi penimbul biasanya diperoleh karena faktor keturunan. Penimbul harus sering berpuasa diantaranya  puasa ngasrep, mutih atau puasa total yaitu tidak makan & minum sama sekali selama berhari-hari (kadang berlangsung selama 1 minggu).

Dalam kesenian ebeg biasanya disediakan juga sesaji. Sesaji digunakan untuk persembahan kepada indang. Sesaji yang disediakan diantaranya bunga telon (mawar, melati, kanthil), pisang raja, pisang mas, kelapa muda, jajanan pasar, kemenyan, wedang & rokok lintingan. Minimal ada 9 jenis wedang / minuman yang disediakan pada saat memanggil indang, antara lain: kopi pahit, kopi manis, teh pahit, teh manis, air putih, juga arang-arang kambang (air bening yang diberi brondong beras), gembawukan (wedang kopi yang diberi santan), wedang jeruk (biasanya jeruk nipis), dan wedang jahe yang disajikan sesuai dengan selera indangnya.

Tarian ebeg memiliki beberapa tahap. Pertama, para penari menari menggunakan kuda lumping. Kedua, barongan (kepala singa/ular) mulai menari. Saat barongan mulai mendem, penari ebeg dalam posisi istirahat/ tidak menari. Ketika barongan dalam kondisi mendem, akan memakan makan yang serba mentah seperti padi, telur mentah, daun-daunan mentah, kembang menyan, degan (kelapa muda), dll. Kemudian penimbul membacakan mantra agar barongan sadar kembali. Saat barongan beristirahat, penari ebeg akan melanjutkan tariannya kembali.

Pada saat penari ebeg melakukan tariannya, penimbul mulai membacakan mantranya untuk memanggil indang agar ebeg dalam kondisi mendem / kesurupan. Saat berada dalam kondisi mendem penari ebeg biasanya akan memakan pecahan kaca (beling) – tanpa mengeluarkan darah, mengupas kelapa dengan gigi, makan padi dari tangkainya, memakan bara api dan lain-lain. Menurut mbah Kanjun dari Rejasari – Purwokerto yang kakek, ayah & adiknya merupakan penimbul, barang2 berbahaya yang dimakan ebeg seperti beling, bara api, padi, dll tidak akan sampai ke perut penari ebeg, hanya sampai di tenggorokannya dan setelah itu lenyap.

Penari ebeg yang masih mendem akan di jantur (dicambuk) & dibakari menyan untuk meningkatkan efek magis. Biasanya, dalam kondisi ini, ebeg akan semakin liar & dapat melakukan hal2 yang diluar nalar. Ebeg yang sudah kerasukan indang akan mengikuti sifat dan perilaku dari indangnya. Misalnya indang kera maka dia akan memakan pisang, mengeluarkan suara kera, dan lain-lain. Ketika 2 bambu besar dimasukkan ke dalam area tarian dan diberi tali, penari ebeg yang kerasukan indang kera akan memanjat/menaiki kedua bambu besar tersebut dan bermain-main diatas kedua bambu dan turun dengan posisi kepala dibawah seperti kera yang bergantung pada pohon. Masing2 penari akan kerasukan indang yang berbeda-beda. Setelah atraksi dirasa cukup, penimbul akan membacakan mantra untuk memulangkan masing2 indang agar penari ebeg sadar kembali.

Ditengah pertunjukan ebeg, biasanya ada laisan. Laisan dilakukan oleh 1 orang penari pria yang masih kesurupan kemudian diikat seluruh badannya. Badannya ditindih dengan lesung dan dimasukkan kedalam kurungan, biasanya kurungan ayam. Didalam kurungan disediakan pakaian dan alat2 kecantikan kemudian ditutup dengan kain2. Setelah dimatra-mantrai, kurungan dibuka, dan muncullah pria tersebut dengan mengenakan pakaian wanita dan sudah berdandan seperti lengger (penari). Laisan ini akan menari berkeliling arena sambil membawa tampah untuk mendapatkan sumbangan (pada pertunjukan ebeg komersil).

 

 

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline