×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Permainan

Provinsi

Jawa Tengah

Asal Daerah

Pemalang

Brendung

Tanggal 18 Apr 2016 oleh Bud9hartanto .

Mbak ayune si Brendung
Temuruna pumping sore
Widadari patang puluh
age-age padha ngranjinga
yen ngrajing padha pedhayana
yen wis pedhayan padhan jogeta…


Demikian sepenggal syair yang biasa dinyayikan dalam kesenian Brendung.Ya, kesenian tradisional daerah Kab. Pemalang, tepatnya milik masyarakat Desa Sarwodadi Kec. Comal, Kesenian Brendung itu sendiri merupakan permainan boneka yang terbuat dari tempurung kelapa dan tubuhnya dari bambu. Boneka tersebut dirias sedemikian rupa, termasuk didandani ala wanita cantik, kemudian ditancapkan pada alas tampah (nyiru). Boneka wanita cantik konon melambangkan bidadari, atau menurut istilah setempat Brendung.

 

 

Dalam permainan Brendung yang dibantu wanita sebanyak 4 sampai 6 orang sebagai penyanyi, seorang pemimpin yang dinamakan ‘mlandang’ memainkan boneka bidadari sebagai pemeran utama dalam lakon tersebut. Dalam pada itu para penyanyi ikut serta membantu memegang tali wanita cantik yang dilambangakan boneka bidadari itu keempat sisi bagian. Kalau wanita cantik atau ‘mbok’ Brendung sudah menari-nari, maka tali yang dipegangi itu jadi terasa berat sekali. Ini menunjukkan kalau permainan Brendung itu telah berhasil.

Memang kesenian Brendung ini mengandung permainan magic, sebab dalam setiap penampilannya selalu melibatkan roh halus yang dilakukan oleh seorang pemimpin yang disebut mlandang tadi. Apa bila mlandang itu telah memberi roh kepada boneka cantik tersebut dengan mahluk halus yang dipanggilnya, maka permainan Brendung akan benar-benar ramai dan seru. Hal itu setelah didendangkan lagu-lagu pujian dengan syair-syair yang terdengar ‘unik’ ditambah suara tetabuhan dua buah kendang yang ditutupi kain hingga menimbulkan bunyi yang aneh serta sebuah kencrek yang menambah suasana gemeresek.

 

 

 

Mbok Brendung itu akan mulai beraksi dimulai dengan gerakan-gerakan yang sangat lemah, lalu semakin lama semakin kuat yang seolah-olah bak seorang penari yang sedang dimabuk tariannya. Dan bila lagu-lagu yang disenandungkan berisi syair-syair yang memujinya, maka mbok Brendung jadi melonjak-lonjak girang. Syair-syair seperti ;

 

 

 

mbok Brendung temuruno / 

 

 

age-age mumpung sore /  
nggawahojatu karma /
 kramane sing anggawe / 
sing nggawe katah lare /
lare nang undang dewa… dsb, dst, 
itu nyanyian khas Brendung yang mereka alunkan.


Disamping lagu-lagu tersebut, untuk membangkitkan semangat kekuatan magic dalam boneka, juga dialunkan lagu-lagu yang sifatnya wangsalan/pantun sehingga pertunjukkan kian semarak. Kemudian ditawarkan kepada penonton, siapa yang akan atau berminat memegangi Brendung, dengan catatan jangan coba-coba menghina/mencaci maki boneka tersebut. Sebab, bila mengucapkan kata-kata yang bernada mengejek/menggodanya, meski pemeran utama itu hanyalah benda mati belaka, akan dapat menyerang dengan mengejar dan memukulinya.

GENERASI TAWI
Kesenian Brendung dilihat dari bentuknya memang dianggap kuno dan mengandung permainan magic. Karena dalam permainan kesenian tersebut memerlukan keahlian melibatkan roh halus kedalam boneka wanita yang melambangkan bidadari, agar sesuatu permohonannya dapat terkabul. Maksud dan tujuannya meminta kepada kekuatan ghaib, diantaranya sembuh dari penyakit, mendapatkan jodoh dan agar desa jauh dari marabahaya.

Sekarang kesenian Brendung dimainkan kadang-kadang saja, apabila dibutuhkan. Kesenian tradisional milik masyarakat Sarwodadi pada masa hidupnya dulu, merupakan hiburan masyarakat juga dan biasanya ditampilan sesudah musim panen.Terlebih pada zaman sekarang yang serba modern kesenian Brendung sudah dilupakan orang.

Memang bila dibandingkan dengan kesenian tradisional yang ada dan hidup di Kab. Pemalang seperti seni Kuntulan, Bolo Boso, Wayang Purnodan Tayuban, kesenian Brendung keadaannya lebih memprihatinkan. Kesenian yang sekilas mirip dengan seni Jaelangkung ini sekarang sudah tinggal dari peredarannya dan tak punya tempat lagi di hati masyarakat.

Hal ini disebabkan, disamping keadaan para tokoh sendiri sudah tidak ada, juga jumlahnya sudah hilang. Seperti mlandang Taban pada tahun 1990an adalah keturunan yang III dari pawang Tawi. Kesenian Brendung sendiri sudah ada sejak tahun 1800 dan ditemukan oleh seorang penduduk desa Sarwodadi yang bernama TAWI. Oleh masyarakat setempat kemudian Tawi dikenal sebagai pawang Brendung dan secara turun temurun generasi Tawi ini menjadi pawang Brendung.

Dalam memilih tempurung yang dilakukan oleh mlandang adalah kelapa yang besar dan bulat untuk dijadikan kepala mbok Bredung tidak sembarangan. Seorang mlandang bahkan harus bertapa segala dan memilih ‘cumplung’ (tempurung kelapa) yang jatuh pas pada malam jum’at Kliwon. Kemudian didandani cantik jelita bak bidadari, oleh pawang dibawa ketempat yang dianggap keramat dengan dilengkapi sesaji dan peralatan kecantikan, antara lain bedak, alat-alat make-up, kaca untuk berhias dll. Dengan dibacakan mantera-mantera sambil membakar kemenyan dengan maksud mendatangkan kekuatan magic yang  akan dapat memasuki  boneka tersebut.

Setelah dari tempat keramat, barulah pawang mementaskan Brendung yang diawali dengan meletakkan boneka tersebut di atas penampi/tampah dan ditemani lampu kecil (senthir). Menurut pawang Brendung kekuatan magic akan cepat memasuki boneka bila penyelenggaranya dilaksanakan pada waktu bulan purnama, tanpa sinar lampu yang menyoroti. Konon yang menjadi pantangan, apabila yang menjadi pawang bukan dari ahli waris Tawi akan banyak mendapatkan kesulitan dan gagal dalam penyelenggaraan kesenian tersebut karena sang boneka tidak mau menari-nari.

Kesenian Brendung di desa Sarwodadi merupakan satu-satunya kelompok kesenian Brendung yang ada di Kab. Pemalang kala itu dan pernah tampil di TVRI Yogyakarta dengan para pemainnya diwakili ibu-ibu PKK setempat yang didampingi Ny. Carmi, istri dari Pak Taban.


Sumber : Majalah Krida

http://fandialmizan.blogspot.co.id/2015/09/brendung-pemalang-kesenian-yang.html

DISKUSI


TERBARU


Ulos Jugia

Oleh Zendratoteam | 14 Dec 2024.
Ulos

ULOS JUGIA Ulos Jugia disebut juga sebagai " Ulos na so ra pipot " atau pinunsaan. Biasanya adalah ulos "Homitan" yang disimp...

Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...