|
|
|
|
Benteng Kastela Tanggal 26 May 2018 oleh Fennec_fox . |
Hampir di seluruh tempat bersejarah di Ternate, Provinsi Maluku Utara, mempunyai kaitan erat dengan para penjajah, kesultanan ternate, dan juga masyarakat lokal. Seperti halnya dengan benteng bernama Kastela ini. Sesuai dengan namanya, Benteng ini terletak di kelurahan Kastela, Kecamatan Pulau Ternate. Lokasi dari benteng ini berada tepat ditengah-tengah pemukiman dan bentuknya pun sudah tidak utuh lagi.
Di masa lalu, Benteng Kastela ini sebenarnya mempunyai kisah yang sangat luar biasa. Meskipun Benteng ini hanya mempunyai lahan seluas 2.724 meter persegi dan saat ini hanya tersisa tidak lebih dari setengahnya, tetapi di lokasi ini pernah terjadi peristiwa yang menjadi salah satu tonggak bersejarah dalam perjuangan kemerdekaan masyarakat Ternate. Kebanggaan tersebut terekam di dalam sejumlah dokumen serta bukti nyata dalam keberadaan Benteng Kastela.
Benteng yang dibangun dengan beberapa tahap dan dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun ini pada awalnya bernama "Nostra Senhora de Rosario" yang artinya adalah "Wanita Cantik Berkalung Bunga Mawar". Sampai sekarang ini belum diketahui secara pasti kenapa nama tersebut diberikan pada benteng yang dahulunya berfungsi sebagai pertahanan bangsa Portugis tersebut.
Benteng ini cukup besar dan juga menjadi salah satu benteng terpenting untuk kekuasaan bangsa Portugis di wilayah Ternate ketika itu. Seperti diketahui diberbagai kisah rakyat Ternate, hubungan antara para penguasa Portugis dengan rakyat lokal Ternate yang dipimpin oleh Sultan tidaklah begitu harmonis. Bangsa Portugis beserta dengan para tentaranya benar-benar menjalankan fungsinya, yaitu sebagai para penjajah dan sukses membuat masyarakat Ternate begitu sangat benci pada mereka.
Melalui tipu muslihatnya, yaitu pada tanggal 27 Februari 1570 para penjajah Portugis berhasil mengundang sang Sultan Ternate, yakni Sultan Khairun untuk datang ke Benteng Kastela. Sultan Khairun pun kemudian menyanggupi undangan tersebut tanpa memikirkan prasangka buruk dibaliknya. Ternyata undangan tersebut adalah akal licik bangsa Portugis untuk membunuh sang Sultan Ternate tersebut. Pada akhirnya, atas perintah dari Gubernur Portugis ke-18 yaitu Diego Lopez de Mesquita, sang sultan pun dibunuh secara sadis oleh Antonio Pimental di wilayah Maluku.
Baabullah, yaitu anak Sultan Khairun kemudian naik takhta dan menuntut pihak pemerintah kolonial Portugis untuk bertanggung jawab dengan cara menghukum Gubernur Lopez. Tetapi tuntutan tersebut tidak digubris dan hal inilah yang pada akhirnya membangkitkan emosi dari Sang Sultan Baabullah.
Sultan Baabullah beserta dengan rakyat Ternate mengepung Benteng Kastela yang saat itu juga dikenal dengan nama Benteng Gam Lamo (artinya kampung besar) selama 4 (empat) tahun dan mengultimatum supaya bangsa Portugis tersebut angkat kaki dari Ternate. Momentum inilah yang kemudian menjadi titik tolak perjuangan masyarakat Ternate didalam melawan penguasa dan para penjajah. Melalui peristiwa ini masyarakat Ternate belajar mengenai bagaimana pentingnya persatuan didalam mempertahankan apa yang telah menjadi hak mereka.
Ternate sendiri adalah tanah air mereka dan berbagai sumber daya alam yang terkandung di dalamnya layak untuk mereka perjuangkan. Pada akhirnya ditahun 1578 para penjajah Potugis pun resmi meninggalkan Ternate dan bangsa Spanyol serta bangsa Belanda pun telah menunggu giliran memasuki wilayah Ternate ini.
Benteng Kastela saat ini hanya tinggal puing-puing semata, tetapi semangat dalam melawan para penjajah masih terasa secara simbolis di bangunan ini. Setiap batu yang menyusun Benteng Kastela seolah-olah bercerita bahwa jiwa-jiwa para pemberani sudah ditakdirkan lahir di Tanah Ternate guna membela dan mempertahankan harga diri Kesultanan Ternate serta seluruh masyarakat Ternate. Meskipun kondisi benteng ini sudah tidak lagi utuh, tetapi semangat perjuangan masyarakat Ternate masih tetap utuh dan bertahan diseluruh bagian Benteng Kastela ini.
Source: https://www.kamerabudaya.com/2017/04/benteng-kastela-bangunan-bersejarah-di-ternate-maluku-utara.html
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |