Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adanya manusia menjadi penyebab munculnya kebudayaan. Kebudayaan sangat penting dalam kehidupan manusia sebab kebudayaan tidak hanya merupakan hasil olah budi dari intelektualitas manusia, tetapi juga memberi pelajaran melalui simbol-simbol (Permadi 2022). Manusia juga menjadikan kebudayaan sebagai pedoman dalam berperilaku dan beraktivitas individu maupun sosial sehingga dapat menciptakan identitas diri pada kelompok masyarakat (Kirom 2021). Indonesia, memiliki banyak sekali kebudayan, salah satu contoh kebudayaan yang masih eksis dan dilestarikan saat ini adalah Keraton Yogyakarta. Keraton Yogyakarta merupakan kompleks utama kerajaan Yogyakarta Hadiningrat yang dibangun oleh Hamengku Buwana I sebagai bentuk implementasi simbolisasi orang Jawa yang diserap dari agama Islam dalam bentuk spiritualitas Kejawaan. Sampai pada era sekarang (Sri Sultan Hamengku Buwana X), bangunan Keraton Yogyakarta masih dilestarikan karena memiliki peran yang penting dalam masyarakat dan bernegara. Keraton tersebut juga menjadi salah satu simbol penting budaya Jawa yang kaya akan tradisi, budaya, sejarah, dan spiritual. Namun seperti elemen budaya lainnya, Keraton Yogyakarta dapat dilihat melalui dua aspek, yakni dari aspek realitas Keraton Yogyakarta dan hiperrealitas yang ada pada Keraton Yogyakarta. Untuk memahami keduanya, pada tulisan ini akan dijelaskan bagaimana Keraton Yogyakarta berfungsi dalam konteks realitas dan bagaimana Keraton Yogyakarta direpresentasikan atau dikomodifikasi dalam konteks modern (hiperialitas).
a. Aspek Realitas pada Keraton Yogyakarta Realitas yang ada pada Keraton Yogyakarta dapat dilihat dari kompleks utama keraton sebagai kerajaan besar, yang di mana berperan penting dalam kehidupan masyarakat dan bernegara, seperti pertama, keraton difungsikan sebagai tempat kediaman raja beserta keluarganya. Kedua, keraton juga menjadi lokasi pelaksanaan upacara adat atau kenegaraan, seperti Grebeg, Sekaten, dan Tingalan Dalem Jumenengan. Selain itu, keraton juga menjadi media kerajaan untuk menujukkan kewibawaan kerajaan. Ketiga, keraton juga menggambarkan filosofis tentang manusia dan alam raya. Hal itu dapat dilihat dari pemilihan tata ruang, vegetasi, atau bangunan di Keraton Yogyakarta (Yudoyono 2017). Keraton yang menjadi titik pusat filosofis pendekatan seseorang kepada pencipta-Nya disimbolkan dengan satu lampu yang tidak pernah mati sejak era Sultan Hamengkubuwana I, yakni lampu Kyai Wiji. Jika merujuk pada kepercayaan Hindu, keraton juga menjadi titik pusat filosofis karena kompleks suci selalu berada diantara dua sungai. Berdasarkan kepercayaan tersebut, Keraton Yogyakarta sendiri dibangun diantara enam sungai di sisi timur dan baratnya serta di sisi utara diapit Gunung Merapi dan Laut Selatan di sisi Selatan. Lalu pembangunan keraton juga berlandaskan konsep Tri Hitta Karana , yakni keraton juga manifestasi dari pawongan yang harus bisa menghubungkan antara raja dengan alam sekitarnya.
b. Aspek Hiperrealitas pada Keraton Yogyakarta Aspek hiperrealitas yang ada pada Keraton Yogyakarta tidak lagi mengenai nilai dan peran tradisionalnya sebagai pusat kebudayaan dan spiritualitas, tetapi juga sebagai objek konsumsi wisata, media, dan komodifikasi budaya. Hal itu disebabkan adanya masifnya digitalisasi, modernisasi, dan globalisasi yang membawa generasi muda ke dalam dunia hiperrealitas yang pragmatis (Permadi dan Yantari 2023a). Berikut contoh bagaimana Keraton Yogyakarta menjadi bagian dari hiperrealitas:
Melalui karya dari Jean Baudrillad yang berjudul “Simulacra and Simulations” (1985), dapat diketahui bahwa terdapat dikotomi berbeda dalam melihat Keraton Yogyakarta. Perbedaan antara realitas dan hiperrealitas Keraton Yogyakarta mencerminkan bagaimana modernisasi, globalisasi, digitalisasi, dan media massa dapat mengubah pandangan kita tentang budaya tradisional. Dalam aspek realitas, Keraton Yogyakarta berperan penting sebagai pusat filososfis budaya, spiritual, dan politik dalam kehidupan masyarakat. Sebaliknya dalam aspek hiperrealitas, Keraton Yogyakarta telah menjadi bagian dari simulasi budaya yang direpresentasikan untuk konsumsi massa, baik dalam bentuk pariwisata maupun produk komoditas dan branding budaya. Hiperrealitas Keraton Yogyakarta membuat budaya yang seharusnya memiliki makna spiritual dan historis yang mendalam menjadi sesuatu yang sifatnya dangkal dan konsumtif. Jean Baudrillard melalui karyanya yang berjudul “Simulacra and Simulations” (1985) menyebut ini sebagai “Simulacra”, ialah kenyataan yang dimodifikasi menjadi simbol yang lebih dominan dari kenyataan aslinya itu sendiri. Dengan kata lain, proses representasi lebih penting dibanding objek itu sendiri. Dalam konteks ini, gambar keraton yang ada di media atau objek pariwisata telah menggantikan realitas sosial dan spiritual dari keraton menjadi komersial atau produk komoditas budaya.
Daftar Pustaka Asharudin, Ropip. “Analisis Pemikiran Jean Baudrillard Tentang Simulasi Dan Realitas Dalam Konteks Era Digital.” Gunung Djati Conference Series 24 (2023): 906–21. https://conferences.uinsgd.ac.id/index.php/gdcs/article/view/1682/1205. Kirom, Syahrul. 2021. “Menerapkan Nilai Kearifan Lokal Budaya Samin Dalam Pemerintahan di Indonesia.” Jurnal Tamaddun : Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam 9(1):139–64. doi: 10.24235/tamaddun.v9i1.8028. Permadi, Danur Putut, and Nur Kholis. “PUNJERING NGAURIP : Understanding the Yogyakarta Palace on the Philosophical Axis of the Yogyakarta Palace in the Perspective of Cultural Philosophy” 4668, no. 1 (2024): 322–43. Permadi, Danur Putut, dan Hanif Fitri Yantari. 2023a. “Hiperrealitas Generasi Z dan Peran Penting Agama Sebagai Kontrol Sosial.” Academic Journal of Islamic Principles and Philosophy 4(2). Permadi, Danur Putut. 2022. “Memoir of Kidung Rumekso Ing Wengi in the Frame of Symbolism.” Islah: Journal of Islamic Literature and History 3(1):39–58. doi: 10.18326/islah.v3i1.39-58. Yudoyono, Bambang. 2017. Jogja Memang Istimewa. Cet.1. Yogyakarta: Galangpress.
1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...
Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...
Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...