Barong Rampog berasal dari kata barong dan rampog. Barong berarti binatang buas. Rampog berasal dari kata rampongan atau rampog yang berarti ‘kerayah’ atau ‘berebutan’. Jika ditelaah lebih dalam lagi, barong rampog memang merupakan bentuk penggabungan dua budaya, antara budaya tari Barongan dan tradisi Rampogan Macan.
Rampogan Macan merupakan tradisi Blitar yang populer pada abad 18 – 19 M. Rampogan Macan jika diartikan secara bahasa artinya berebutan harimau. Tradisi ini biasanya dilakukan di alun-alun kota dengan mempertontonkan pertandingan antara harimau dan banteng. Yang kalah adalah hewan yang terbunuh. Dalam pertandingan ini, harimau kerap kali menjadi pihak yang kalah. Biasanya ia mati dengan luka di sekujur tubuhnya karena tertusuk tanduk banteng. Tidak cukup sampai di situ, saat macan sudah tergolek tidak berdaya, orang-orang yang ada di sana akan mengarahkan tombaknya ke tubuh harimau sampai mati. Tradisi Rampogan Macan pada awalnya merupakan tradisi para ningrat di Kesultanan Yogyakarta dan Kesultanan Surakarta. Kemudian tradisi ini lebih digemari oleh para bupati-bupati di daerah Jawa Timur. Blitar dan Kediri tercatat sebagai daerah yang paling sering mengadakan Rampogan Macan. Namun karena populasi macan Jawa yang semakin sedikit, akhirnya pada tahun 1905 tradisi Rampogan Macan tidak boleh lagi diadakan.
Menggabungkan Tari Barongan dan tradisi Rampogan Macan, Kholam Siharta seorang seniman asal Blitar peduli terhadap budaya rampogan macan dan ingin menampilkannya kembali dalam sajian yang berbeda. Ia mengkreasikannya menjadi tari Barong Rampog. Ia adalah pemuda asal Kelurahan Beru, Kecamatan Wingi, Blitar. Bukan hanya mengkreasikan tarian, tapi pemuda tersebut juga ingin menyampaikan pesan kepada para penikmat seni untuk mengingat kembali tradisi Rampogan Macan dan mengambil pelajaran agar saling menjaga sesama makhluk hidup. Jika pada umumnya topeng kepala barong menampilkan kepala harimau, dalam barong rampog, mempunyai hiasan leher berupa puluhan batang lidi yang menggambarkan tombak yang ditusukkan ke badan harimau. Melalui Barong Rampog, Kholam ingin menggambarkan bagaimana perasaan sang harimau saat disiksa oleh manusia-manusia yang menghunuskan tombak ke arah tubuhnya.
Tarian Barong Rampog menceritakan kisah kehidupan manusia yang diibaratkan sebagai barong, dari kelahirannya sampai masa dewasa, agar bisa hidup selaras dengan alam dan dapat membatasi egonya. Selain barong, terdapat berbagai penyimbolan lain dalam tarian ini, di antaranya godaan duniawi yang disimbolkan dengan empat penari tayub dan alam yang disimbolkan dengan empat penari merakan. Pada klimaksnya, muncul Dadak Merak, salah satu ikon Reog Ponorogo yang menyimbolkan bencana. Di akhir bagian, simbol cinta dan harmoni diwakili dengan seorang wanita yang menari di atas kendil.
Dalam menjalani kehidupan, seseorang diharuskan memilih keputusan, dalam tarian Barong Rampog ini, jika seseorang lebih mementingkan dan memilih hawa nafsu, maka yang akan timbul adalah kerusakan. Sebaliknya, jika seseorang mampu bertahan akan berbuah baik.
Sumber: https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/04/08/tarian-barong-rampog-ajarkan-manusia-selaras-dengan-alam
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kasultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda berwarna hitam. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam berupa golok dan pisau. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis namun ada juga yang memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce. QUIVER ( TEMPAT ANAK PANAH ): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock ana...
Pasukan pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI chapter dki jaya) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belakang.
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang