|
|
|
|
Asal Mula Hama Tanggal 25 Dec 2018 oleh Roro . |
Adalah suatu dongeng, yaitu mengenai Batara Siwa yang beristana di Gunung Mahameru. Beliau mempunyai tiga orang putera di Bali. Tabik pekulun 1) putera yang paling tua beristana di Gunung Agung putra yang kedua beristana di Andakasa. Putera yang ketiga atau yang terkecil di Pura Batur. Ketiga orang Putra yang bersaudara itu diberi nasehat oleh Betara Siwa.”Wahai putra-puteraku bertiga hendaklah kamu mengerti dan baik-baiklah kamu bersaudara di sini, di Bali. Kamu memerintah pulau Bali ini jangan sampai sekali –kali bertengkar antar saudara, Hendaklah kalian selalu rukun !”. Aku sekarang beristana di Gunung Semeru dan dari sanalah aku akan memperhatikan caramu memerintah pulau Bali ini”, demikian perkataan Batara Siwa. Lalu berkata ketiga putera beliau, “Ya,baiklah Betara, hamba akan menuruti sebagai yang Betara wejangkan. Hamba akan mengurus dan mengatur daerah Bali ini, demikian perkataan ketiga putera tersebut.
Sesudah itu Batara Siwa pergi ke Gunung Mahameru. Ketiga orang putera yaitu yang beristana di Gunung Agung,yang beristana di Andakasa dan yang beristana di Batur, masing masing mempunyai kesenangan pekerjaan yang berbeda. Yang beristana di Gunung Agung senang memelihara ternak, misalnya : kerbau, sapi, babi, kambing, dan ayam peliharaan. Batara di Andakasa senang memelihara semua ikan yang hidup di air. Itulah sebabnya Batara Andakasa yang menguasai laut di sekitar pulau Bali. Ia senang memelihara berjenis-jenis ikan. Batara di Batur, gemar menanam tumbuh-tumbuhan. Jadi beliau senang bercocok tanam, yaitu setiap tumbuh-tumbuhan yang mendatangkan hasil dan hasilnya dapat dimakan. Beliau bercocok tanam diantar oleh rakyatnya. Beliau hanya mengawasi dan mengatur saja. Sesudah beberapa lama, tanam-tanaman itu tumbuh dengan baik. Ada yang sudah berbuah cukup untuk dipetik, ada yang sedang berbunga, ada yang masih harus dipelihara dan diberi rabuk. Memang subur tanam-tanaman itu. Akan tetapi, tiba-tiba datang perusak yang merusak tanaman Batara di Batur seperti misalnya kambing, sapi, babi dan lain-lainnya.
Pendeknya banyak sekali yang merusakkan tanam-tanaman beliau. Akhirnya oleh rakyat yang disuruh oleh beliau bekerja di ladang dan di sawah dilaporkan. “Oh Batara milik Batara habis rusak, tumbuh-tumbuhan Batara dirusak oleh Babi, sapi,kambing, kerbau, Tidak dapat hamba menghalaunya, karena terlalu banyaknya,demikian perkataan rakyat beliau. Lalu Betara di Batur ke luar membawa senjata. Ketika terlihat semua bintang yang merusak milik beliau, menjadi marahlah beliau. Akhirnya banyak binatang-binatang yang merusakan tanam-tanaman tersebut dibunuhnya. Rakyat juga banyak yang turut mengamuk-ngamuk membunuh binatang itu. Dan yang masih hidup lari kembali ke Gunung Agung, karena binatang itu adalah milik dari Batara di Gunung Agung. Beliau memang senang memelihara binatang, sebagaimana sudah diceritakan tadi. Sesudah hari senja, karena cuma sedikit binatang peliharaannya yang kembali, heranlah Batara di Gunung Agung. “Wah ini mengapa hanya sekian binatang peliharanku yang kembali? Kemana gerangan lagi yang lain pergi ?, demikian pikir Batara di Gunung Agung. Lalu rakyat yang disuruh memelihara kerbau, yang disuruh memelihara sapi, yang disuruh memelihara babi, diperintahkan supaya menyelidiki. “Kemana lagi, mengapa hanya sekian yang datang ? Akhirnya pergilah rakyat yang diperintahkan itu menyelidiki. Ada yang mati terpenggal, ada yang mati tertombak di daerah Batur. Lalu setelah ditanya-tanyakan disana diketahuilah kalau binatang-binatang itu telah dibunuh oleh Batara di Batur bersama-sama dengan rakyat yang disuruh memelihara tanaman-tanaman. Demikian antara lain keterangan yang didapatkannya disana. Lalu rakyat yang menyelidiki milik Batara di Gunung Agung kembali melaporkan ke hadapan Batara di Gunung Agung, Demikian sembahnya “ Yang Mulia Batara, sekarang sudah hamba ketemukan binatang Paduka Batara banyak sekali yang mati disana,disekitar daerah Batur, Konon katanya adik Paduka Batara bersama-sama dengan rakyat belia yang membunuh.
Apa alasannya ! demikian sabda Batara di Gunung Agung.
Hamba tanyakan disana, dikatakan binatang tersebut bersalah merusak tanam-tanaman kepunyaan Batara di Batur.
Wah kalau demikian baiklah aku sekarang akan ke sana ke Batur koq sampai hati sekali adikku membunuh binatang peliharaanku demikian sabda Batara di Gunung Agung. Beliau lalu pergi ke Batur untuk menanyakan apa sebabnya binatang peliharaan beliau banyak yang terbunuh. Setibanya di Batur beliau lalu dipersilahkan duduk. Dan sesudah sama-sama duduk, mereka lalu berbincang-bincang, Demikian percakapannya. Sabda Batara di Gunung Agung, “Hai Adikku, aku bertanya kepadamu, siapakah yang membunuh binatang peliharaanku ! Babi, kerbau, sapi,Kambing, banyak sekali yang mati. Siapakah yang membunuhnya ? Apakah salahnya ? demikian sabda Batara di Gunung Agung. Lalu menjawab Batara di Batur, “ Kanda , adapun sebabnya hamba bunuh, kambing, babi dan kerbau itu karena mereka merusakkan tanaman-tanaman hamba yang sudah saat untuk dipetik hasilnya. Ada yang sedang berbunga mereka rusak. Hamba pikir bukanlah Kanda yang memilikinya. Itulah sebabnya hamba berani membunuh yang merusakkan tanam-tanaman hamba”, demikian kata batara di Batur. Karena sudah sama-sama panas hati beliau, lalu berkata lagi Batara di Gunung Agung “Kalau demikian bukanlah adik yang salah. Yang menyebabkan adik bersalah, karena dik senang memelihara tanam-tanaman, bercocok tanam supaya menghasilkan buah. Seharusnya dijaga dengan baik. Kamu harus membuat pagar ! Berilah pagar supaya jangan dirusak oleh binatang,demikian seharusnya setiap orang yang bercocok tanam! Demikian kata Batara di Gunung Agung. Karena Batara di Batur juga sudah marah dalam hatinya, lalu beliau menjawab, “Kanda kalau demikian janganlah kanda menyalahkan hamba saja yang bercocok tanam, kanda juga senang memelihara binatang, bukanlah harus juga dibuatkan pagar supaya jangan sampai merusakkan milik orang lain. Kalau sudah berpagar tentu mereka tidak bisa akan keluar untuk merusakkan kepunyaan orang lain. Nyatanya kanda belum membuatkan pagar “.
Wah baiklah, kalau tidak bisa diajak bertukar pikiran. Mengaku diri sendiri yang benar. Nah untuk ini akulah yang mengalah. Akan tetapi begini. Bangkai-bangkai binatang yang kamu bunuh, yang juga dibunuh oleh rakyatmu, semogalah berbau busuk dan amis !, demikian kutuk Batara di Gunung Agung. Akhirnya seketika bau busuk dan amis itu meliputi seluruh daerah Batur. Seluruh daerah bagian Batur diliputi oleh bau busuk dan amis karena terlalu banyak binatang yang mati ketika itu. Batara di Gunung Agung lalu kembali pulang.
Sekarang Batara di Batur sangat susah. Rakyat juga susah karena bau busuk dan amis sehingga orang-orang tidak bisa makan. Kemana saja beliau berpindah tempat tetap berbau busuk. Daerah itu sudah dikutuk, supaya daerah Batur diliputi oleh bau busuk. Sangat susah hati beliau lalu berfikir. “Hai rakyatku semua,supaya hilang bau busuk ini semua, ini ada sungai. Hanyutkanlah bangkai-bangkai itu di sungai. Kumpulkan di sungai bangkai-bangkai yang kubunuh dan yang kamu bunuh bersama-sama. Kumpulkan semuanya di sana ! Aku yang berdoa, supaya terjadi hujan yang lebat yang mendatangkan banjir”. Demikian sabda Batara di Batur. Lalu beramai-ramai rakyat mengumpulkan semua bangkai kerbau,bangkai babi, bangkai sapi, kambing yang sudah busuk lalu dikumpulkan di sungai. Lalu beryogalah Batara di Batur. Maka terjadilah hujan yang sangat lebat, menyebabkan banjir yang sangat besar. Sehingga hilanglah semua kotoran dan bau busuk yang amis dihanyutkan oleh banjir itu. Dari semenjak itu sungai yang menghanyutkan kotoran yang busuk tersebut diberi nama sungai Mala Pengit, Mala Angit sampai sekarang bernama sungai Melangit.
Demikianlah cerita adanya sungai Melangit dari kata “angit, pengit mala”. Karena terlalu lama banjir yang demikian besar, maka sampailah bangkai binatang itu dilaut. Di lautlah sekarang bau busuk itu.Tidak tahan orang-orang mencium bau busuk itu di laut. Di lautlah sekarang bau busuk itu. Tidak tahan orang-orang mencium bau busuk itu dilaut.
Lalu Batara di Andakasa yang menguasai laut, beliau juga turut mencium bau busuk tersebut. Sangat susah hati beliau. Makan tidak tidur juga tidak bisa. Ke manapun beliau pergi akan menghindari bau busuk itu tidak juga hilang-hilang bau busuk tersebut. Sebab terlau banyak bangkai binatang yang dihanyutkan ke laut. Akhirnya beliau menyuruh menyelidiki. “Hai rakyatku, coba lihat dari mana datangnya orang yang jahat, berani ke mari menghanyutkan bau busuk ke laut ? “ demikian sabda beliau. “Aku tidak bisa, makan aku tidak bisa, tidur aku tidak bisa duduk juga susah karena mencium bau busuk setiap hari “demikian kata Batara di Andakasa. Lalu yang disuruh menyelidiki berjalan pergi. Sesudah sama-sama menanya-nanyakan barulah diketahui sebab-sebab bau busuk dilaut itu. Batara di Batur dan rakyat beliau menghanyutkan bangkai-bangkai binatang ke laut. Setelah diketahui asalnya yang menghanyutkan bau busuk itu oleh para penyelidik semua,kembalilah mereka untuk melaporkan kepada Batara di Andakasa. Demikian sembahnya, “Yang Mulia Batara, sudah dapat hamba selidiki asal datangnya bau busuk ini, katanya belaiu adik Paduka Batara di Batur “, demikian kata yang diperintah menyelidiki.
Wah ya, ya kalau sudah pasti adikku yang di Batur, apa maksudnya menghanyutkan bau busuk. Ke mari ? Aku akan ke sana ! “ Lalu pergilah Batara di Andakasa ke Batur, menanyakan apa sebabnya yang jelek-jelek yang menyebabkan bau busuk dihanyutkan ke laut. Untuk itu lah belaiu pergi ke Batur.
Setelah beliu tiba di Batur, berkata belaiu,”hai adik mengapa kakak dikirimi yang jelek-jelek ? Ada yang busuk-busuk demikian, adik hanyutkan ke laut. Hingga kakak tidak bisa makan,tidak dapat tidur demikian kata belaiu.
Wah maafkan. Hamba tidak sengaja memberikan kakanda yang tidak baik. Hamba menghanyutkan di sungai dan akhirnya samapi ke laut. Ini bukanlah berarti hamba berani kepada kanda.”
Wah yang begitu seharusnya ditanam ! Alangkah baiknya semua yang mati-mati, ditanam, supaya tanah menjadi subur ! Kamu senang memelihara tanaman,kalau sudah diberi rabuk akan menjadi subur tanamanmu”, demikian kata batara andakasa. Lalu disahuti oleh Batara di Batur “ Ya kalau karena hal ini hamba tidak boleh mohon maaf kepada kanda dan hal ini sangat dirasakan sebagai kesalahan,terserahlah kanda. Apa yang mesti hamba perbuat. Hamba juga disini merasa susah dengan keadaan daerah hamba diserang bau busuk demikian sembahnya.
Wah adik saja sudah susah. Apalagi bau busuk itu diberikan kepada orang lain tentu lebih susah lagi. Sekarang kakak yang kamu berikan yang begini. Baiklah kalau demikian. Baik-baiklah kamu memelihara tanamanmu disini. Waspadalah, dan berhati-hatilah kamu!
Kamu senang akan hasil apa yang kamu pelihara disini. Aku demikian juga adanya. Aku memelihara ikan di laut, ingin juga mendapatkan hasil. Lalu kamu menghanyutkan bangkai, hingga setengahnya ikanku mati demikian kata Batara Andakasa, terus beliau pulang.
Setibanya di Andakasa lalu rakyat diperintahkan mengumpulkan bangkai-bangkai binatang itu. Semua ikan di laut adalah rakyat beliau. Lalu diperintahkannya mengumpulkan bangkai-bangkai babi, kerbau, kambing, sapi di tepi laut. Sesudah terkumpul bangkai-bangkai binatang yang mudah busuk-busuk itu, ada juga yang sudah berulat, lalu dikutuk oleh Batara Andakasa. “Nah sekarang supaya dirasakan oleh adikku di Batur. Semogalah tulang-tulang bangkai binatang yang mati ini supaya menjadi tikus-tikus, demikian kutuknya. Itu sebabnya banyak sekali tikus yang merupakan siluman dari tulang binatang yang kena kutuk. “Ulatnya supaya menjadi ulat hama, yang bernama “Candang”. “Itulah sebabnya ada padi yang berulat. “ Bulunya supaya menjadi walang sangit dan wereng”, demikian kutuk beliau. Dari itulah maka ada hama tanam-tanaman seperti : tikus, walang sangit,wereng dan candang atau ulat. Lalu diperintahkan, “ Hai kamu sekalian, rusakkan sajalah tanam-tanaman adikku ke sana ke Batur,supaya dirasakan sekarang !”,demikian doa permohonan Batara Andakasa.
Berjalanlah semua hama tikus, walang sangit, wereng dan ulat, akan merusakkan tanam-tanaman Batara di Batur. Sesudah tiba disana lalu semua hama itu ke empatnya merusakkan dan menghancurkan tanam-tanaman. Susah orang-orang yang disuruh menjaga tanam-tanaman di sana. Dengan sekejap sudah rusak oleh tikus itu. Secepat kilat habis dimakan wereng dan sekejap saja hancur diserang walang sangit. Pendeknya berjuta-juta hama penyakit timbul di sana. Lalu dilaporkan oleh rakyat kepada Batara di Batur. “yang Mulia Paduka Batara, ini datang lagi “ demikian sembahnya.
“Ini ada yang berupa belalang, ada lagi binatang kecil-kecil, apa namanya hamba tidak tahu”. Waktu itu baru mulai adanya tikus. Rakyat di Batur belum mengenal tikus.. Juga ada ulat, dan semua jadi rusak. Keluarlah Batara Batur melihat seluruh tanam-tanaman sudah dirusak oleh hama tersebut. Berdoalah Batara di batur menciptakan mendung, mendung yang hitam, lalu seketika keluar asap, dan tertutuplah oleh awan hitam seluruh pelosok daerah,untuk membunuh semua hama ulat itu. Beliau melihat pohon bunut, disana beliau berdoa menciptakan semut untuk membunuh ulat. Munculah semut hitam, lalu diberi nama ”Sidem”. Karena itu diciptakan di pohon bunut, hingga sekarang ada daerah yang bernama Sidembunut. Lalu beliau menciptakan dingin untuk membunuh semua walang sangit itu. Akan tetapi tidak juga berhasil. Susah sekali beliau untuk mengalahkan hama penyakit itu. Akhirnya beliau mengalah. Akhirnya belaiu melaporkan ke hadapan ayah beliau di Gunung Mahameru yaitu Batara Batur. “ Yang Mulia Paduka Ayah,batara,hamba sedang senangnya memelihara tanam-tanaman, menanam semua yang bisa untuk dimakan oleh rakyat. Yang boleh dipakai sajen untuk dihaturkan kepada Batara. Lalu ini semua dirusak oleh hama penyakit seperti : tikus, walang sangit, wereng dan ulat yang bernama candang. Hamba sudah dapat menanyakan asal sumber penyakit tersebut yaitu dari kakak di Andakasa. Itulah sebabnya hamba menghadap Paduka Batara ke mari. Bersabdalah Batara Siwa, Ya puteraku,sekarang aku akan pergi ke Bali untuk memberi nasehat kepadamu sekalian. Ditinggal baru sekian lama puteraku sudah tidak bisa bersaudara. Bertengkar demikian memang tak ada gunanya “ demikian sabda Batar Siwa. Pergilah beliau ke Bali. Dikumpulkan semua putera beliau. Batara Gunung Agung. Batara Andakasa dan Batara Batur semua diberi nasehat. Wahai putera-puteraku bertiga,kamu bersaudara tak boleh pisah, tak boleh retak kamu bersaudara Apalagi kamu sebagai dewa atau Betara, puteraku harus menjadi contoh memberi contoh kepada rakyat ! Kalau kamu tidak bisa rukun bersaudara rakyatmu akan susah dan sedih.
Rakyat sangat hormat kepadamu. Ada yang hormat kepada Batara Gunung Agung, batara Andakasa dan Batara Batur, Itu akan mengakibatkan dunia ini hancur. Kali sengara jadinya dunia ini, kalau sudah terbagi-bagi, terpecah-pecah rasa cinta dan penghormatan rakyat. Nah sekarang baik-baiklah bersaudara bertiga, supaya kembali bersatu rasa cinta rakyat kepadamu semua. Puteraku masing-masing mempunyai kegemaran memelihara ini, memelihara itu. Semua akan mengharapkan hasil. Sekarang jangan lagi masih mempunyai perasaan saling bermusuhan. Puteraku di Gunung Agung gemar memelihara binatang,hendaklah dibuatkan pagar binatang itu. Puteraku di batur, senang memelihara tanam-tanaman buatkan pagar juga tanam-tanaman itu supaya jangan dirusak oleh binatang. Puteraku di Andakasa senang memelihara ikan. Seandainya kalau ada bangkai bintang yang hanyut ke mari ke laut itu akan menyebabkan baik. Menyebabkan subur juga ikan-ikan .Semogalah dari mulai sekarang ikan dapat memakan daging bangkai demikian sabda Batara Siwa.
Wahai puteraku di Batur, hendaklah kamu memohon maaf kepada saudara di Andakasa, karena memang puteraku yang bersalah. Kamu menghanyutkan yang tidak baik ke laut. Sekarang peringatanku kepadamu, setiap hama yang datang,ingatkanlah mohon maaf kepada saudara di andakasa. Pendeknya ke laut! Ini harus diingatkan sekali Setiap tahun kamu harus memohon maaf ke sana. Ini yang disebut upacara “nangluk merana”. Yaitu upacara mohon pembasmian hama !.
Itulah sebabnya sampai sekarang diwariskan, setiap tahun dilaksanakn upacara korban yang bernama “nangluk merana” supaya murah hati Batara di Andaksa,supaya Batara dilaut memberikan memberkahi keselamatan, kesuburan kepada para petani dan supaya apa saja yang ditanam selalu memberikan hasil.
Demikianlah kepercayaan yang hingga sekarang masih dilakukan di Bali.
Sumber : https://id-id.facebook.com/ceritaanak2020/photos/cerita-rakyat-bali-asal-mula-adanya-hama-like-dulu-sebelum-baca-adalah-suatu-don/477123009003705/
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |