Kisah Rara Mendut (dalam bahasa jawa dibaca “Roro Mendut”) merupakan cerita rakyat klasik. Kisah Rara Mendut juga terdapat dalam salah satu cerita dalam Babad Tanah Jawi. Kisah ini kurang lebihnya menceritakan perjalanan hidup dan tragedi cinta seorang perempuan cantik dari pesisir pantai Kadipaten Pati yang hidup pada zaman Sultan Agung.
Dikisahkan Kecantikan Rara Mendut memukau semua orang, dari Adipati Praloga (penguasa Kadipaten Pati) hingga Tumenggung Wiraguna (panglima perang Sultan Agung) dari Kerajaan Mataram yang berkuasa saat itu. Namun Rara Mendut bukanlah wanita yang lemah. Dia berani menolak keinginan Tumenggung Wiraguna yang ingin mempersuntingnya. Bahkan secara terang – terangan menunjukkan kecintaaannya pada pemuda lain pilihannya yaitu Pranacitra.
Penolakan Rara Mendut tersebut membuat Tumenggung Wiraguna murka dan iri. Tumenggung Wiraguna menghukum Rara Mendut dengan bentuk mewajiban Rara Mendut membayar pajak kepada kerajaan Mataram. Rara Mendut pun menyanggupi dan berjualan rokok untuk membayar pajak tersebut.
Singkat cerita, Rara Mendut berhasil bertemu kembali dengan Pranacitra dan mereka merencanakan untuk melakukan pelarian dari Kerajaan Mataram. Sayangnya, upaya tersebut diketahui oleh Wiraguna. Panacitra pun dipisahkan dari Rara Mendut. Kemudian tanpa sepengetahuan Rara Mendut, Wiraguna menyuruh abdi kepercayaannya untuk membunuh Panacitra.
Tumenggung Wiraguna pun kembali membujuk Rara Mendung untuk menjadi selirnya, kali ini dengan dalih bahwa Panacitra telah tiada. Rara Mendut dibawanya ke makam Panacitra. Rara Mendut terkejut dan histeris. Ia tidak menyangka bahwa Wiraguna akan setega itu. Wiraguna pun memaksa Rara Mendut untuk meninggalkan makan dan kembali ke Istana. Namun, Rara Mendut menolak dan dengan sigap mengambil keris milik Wiraguna yang ada di pinggangnya. Rara Mendut pun berlari kembali ke makan Panacitra. Sebelum sempat dicegah oleh Wiraguna, Rara Mendut telah menancapkan keris tersebut ke dalam perutnya. Rara Mendut pun meninggal diatas makam Panacitra.
Tumenggung Wiraguna amat menyesali tindakannya karena memaksakan Rara Mendut menjadi selirnya. Rara Mendut akhrnya dimakamkan satu liang dengan Panacitra.
Sumber:
http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/304-Kisah-Rara-Mendut-#
https://www.wikiwand.com/id/Rara_Mendut
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja