×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

bangunan bersejarah

Elemen Budaya

Produk Arsitektur

Provinsi

Sulawesi Selatan

Balla Lompoa

Tanggal 03 Feb 2015 oleh Sri sumarni.

Museum Balla Lompoa

            Museum Balla Lompoa tidak dapat dipisahkan dengan upacara adat Accera Kalompong , upacara untuk membersihkan benda benda ber- sejarah, pusaka kerajaan Goa yang tersimpan dalam museum Balla Lompoa. Di Museum Balla Lompoa ini setiap selesai Shalat Id Adha sudah menjadi tradisi dan budaya masyarakat Goa melakukan pencucian benda-benda pusaka tersebut

Museum Balla Lompoa terletak di Jl. Sultan Hasanuddin No. 48 Sungguminasa Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan
            Museum Balla Lompoa didirikan pada masa pemerintahan Raja Goawa XXXI , Mangngi Mangngi Daeng Mattutu pada tahun 1936 , Museum ini dulunya sebagai tempat raja-raja gowa. Balla Lompoa dalam bahasa makassar berarti rumah besar atau rumah kebesaran .

Di dalam Museum Balla Lompoa terdapat berbagai macam peninggalan kerajaan termasuk benda2 pusaka, mahkota dan berbagai perhiasan berharga serta terpampang pula silsilah keluarga kerajaan gowa , mulai Raja Gowa I Tomanurunga Abad XIII sampai Raja Gowa terakhir Sultan Mohammad Abdul Kadir Aididdin A Idjo Karaeng Lalongan 1947-1957. Bangunan utama istana berukuran 60×40 meter dan ruang penerima tamu berukuran 40×4.5 meter. seluruh bangunan dan atapnya terbuat dari kayu ulin atau kayu besi. bangunan ini merupakan bangunan khas bugis yaitu berupa rumah panggung dan memiliki banyak jendela. Setiap perayaan Idul Adha, diadakan upacara adat pencucian benda-benda pusaka kerajaan

Upaca Adat Accera Kalompong
            Accera Kalompoang merupakan upacara adat untuk membersihkan benda-benda pusaka peninggalan Kerajaan Gowa yang tersimpan di Museum Balla Lompoa.
Inti upacara disebut allangiri kalompoang, yaitu pembersihan dan  penimbangan salokoa (mahkota) yang dibuat pada abad ke-14.


Benda-benda kerajaan yang dibersihkan di  antaranya: 

  1. Tombak rotan berambut ekor kuda (panyanggaya barangan)
  2. Parang  besi tua (lasippo)
  3. Keris emas yang memakai permata (tatarapang)
  4. Senjata  sakti sebagai atribut raja yang berkuasa (sudanga)
  5. Gelang emas berkepala naga (ponto janga-jangaya)
  6. Kalung kebesaran (kolara)
  7. Anting-anting emas murni (bangkarak ta‘roe)
  8. Kancing emas (kancing gaukang)

       Pencucian benda-benda kerajaan tersebut menggunakan air suci yang dipimpin  oleh seorang Anrong Gurua (Guru Besar) dan diawali dengan pembacaan surat Al-Fatihah secara bersama-sama oleh para peserta upacara . Khusus untuk senjata-senjata pusaka seperti keris, parang dan mata tombak, pencuciannya diperlakukan secara khusus,  yakni digosok dengan minyak wangi, rautan bambu, dan jeruk nipis. Pelaksanaan  upacara ini disaksikan oleh para keturunan Raja-Raja Gowa, dan masayakat umum dengan syarat harus berpakaian adat Makassar pada saat acara.

       Penimbangan salokoa atau mahkota emas  murni seberat 1.768 gram ( Mahkota ini  pertama kali dipakai oleh Raja Gowa, I Tumanurunga, yang kemudian disimbolkan  dalam pelantikan Raja- Raja Gowa berikutnya.) dengan diameter 30 cm dan berhias 250 butir berlian.

       Makna penimbangan ini merupakan petunjuk bagi kehidupan mereka di masa yang akan datang. Jika timbangan mahkota tersebut berkurang, maka itu menjadi  pertanda akan terjadi (bala) bencana di negeri mereka. . Sebaliknya, jika timbangan mahkota tersebut  bertambah, maka itu menjadi pertanda kemakmuran akan datang bagi masyarakat  Gowa. Konon suatu waktu , mahkota yang beratnya kurang dari 2 kilogram ini tidak  dapat diangkat oleh siapa pun, bahkan 4 orang sekaligus berusaha mengangkatnya,  namun tetap saja tidak sanggup.
          Upacara adat yang sakral ini pertama kali dilaksanakan  oleh Raja Gowa yang pertama kali memeluk Islam, yakni I Mangngarrangi Daeng  Mangrabbia Karaeng Lakiung Sultan Alauddin pada tanggal 9 Jumadil Awal 1051 H.  atau 20 September 1605. Meskipun Raja Gowa XIV itu telah memulainya, namun  upacara ini belum dijadikan sebagai tradisi. Raja Gowa XV, I Mannuntungi Daeng Mattola Karaeng Ujung Karaeng Lakiung Sultan Malikussaid Tumenanga Ri  Papambatuna, mentradisikan upacara ini pada setiap tanggal 10 Zulhijjah, yakni  setiap selesai shalat Idul Adha. Selanjutnya, Raja Gowa XVI, I Mallombasi Daeng  Mattawang Karaeng Bontomanggape Sultan Hasanuddin Tumenanga ri Balla Pangkana yang  bergelar Ayam Jantan dari timur, memasukkan unsur-unsur Islam ke dalam upacara ini, yakni penyembelihan hewan kurban. Sejak itu, Raja-raja Gowa berikutnya terus  melaksanakan upacara Accera Kalompoang ini dan sampai sekarang terus dilaksanakan  oleh para keturunan mereka.

          Upacara adat Accera Kalompoang digelar  sekali setahun, yakni setiap usai shalat Idul Adha pada tanggal 10 Zulhijjah di  Museum Balla Lompoa (Jl. Sultan Hasanuddin No. 48 Sungguminasa, Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan).

        Selain benda-benda pusaka tersebut, juga ada beberapa benda impor yang tersimpan  di Museum Balla Lompoa turut dibersihkan, seperti: kalung dari Kerajaan Zulu,  Filipina, pada abad XVI; tiga tombak emas; parang panjang (berang manurung);  penning emas murni pemberian Kerajaan Inggris pada tahun 1814 M.; dan medali  emas pemberian Belanda. (referensi :Portal Bugis)

sumber : https://wisatasulawesi.wordpress.com/wisata-sulawesi-selatan/museum-balla-lompoa/

DISKUSI


TERBARU


ASAL USUL DESA...

Oleh Edyprianto | 17 Apr 2025.
Sejarah

Asal-usul Desa dimulai dari keberadaan Jaka Tingkir/ Mas Karebet/ Sultan Hadiwijaya yang menetap di Desa Pringgoboyo, Maduran, Lamongan. KERAJAAN...

Rumah Adat Karo...

Oleh hallowulandari | 14 Apr 2025.
Rumah Tradisional

Garista adalah Rumah Adat Karo di Kota medan yang dikenal sebagai Siwaluh Jabu. Rumah adat ini dipindahkan dari lokasi asalnya di Tanah Karo. Rumah A...

Kearifan Lokal...

Oleh Artawan | 16 Mar 2025.
Budaya

Setiap Kabupaten yang ada di Bali memiliki corak kebudayaan yang berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lainnya. Salah satunya Desa Adat Tenga...

Mengenal Sejara...

Oleh Artawan | 16 Mar 2025.
Budaya

Pura Lempuyang merupakan salah satu tempat persembahyangan umat hindu Bali tertua dan paling suci di Bali. Terletak di lereng Gunung Lempuyang, di Ka...

Resep Layur Bum...

Oleh Masterup1993 | 24 Jan 2025.
Makanan

Ikan layur yang terkenal sering diolah dengan bumbu kuning. Rasa ikan layur yang dimasak dengan bumbu kuning memberikan nuansa oriental yang kuat...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...