bali
93 entri ditemukan

Entri per provinsi
Entri per provinsi

Entri Terkait

Gambar Entri
Kisah La Moelu Si Anak Yatim
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Sulawesi Tenggara

La Moelu adalah seorang anak laki-laki miskin yang masih berumur belasan tahun. Ia tinggal bersama ayahnya yang sudah tua renta di sebuah dusun di daerah Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Indonesia. Berkat kerja keras, kesabaran, dan ketekunannya, La Moelu menjadi seorang yang kaya raya. Bagaimana lika-liku perjalanan hidup La Moelu sehingga menjadi kaya raya? Ikuti kisahnya dalam kisah  La Moelu Si   Anak Yatim  berikut ini! * * * Alkisah,  di sebuah dusun di daerah Sulawesi Tenggara, hiduplah seorang anak laki-laki yatim bernama La Moelu yang masih berusia belasan tahun. Ibunya meninggal dunia sejak ia masih bayi. Kini, ia tinggal bersama ayahnya yang sudah sangat tua dan tidak mampu lagi mencari nafkah. Jangankan bekerja, berjalan pun harus dibantu dengan sebuah tongkat. Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, La Moelu-lah yang harus bekerja keras. Karena masih anak-anak, satu-satunya pekerjaan yang dapat dilakukannya adalah memancing ikan di sungai y...

avatar
Sobat Budaya
Gambar Entri
5_Kisah Kera dan Bangau
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Sulawesi Tenggara

Di sebuah hutan yang berada di pinggiran pantai tinggallah seekor kera yang menginjak remaja. Kera itu bertubuh tinggi, bulu-bulunya hitam, bermata tajam, gigi-giginya pun sangat tajam. Setiap hari kera bermain-main dengan sahabatnya, bangau. Bangau adalah seekor anak bangau yang masih kecil, bulunya putih, berkaki dan berpauh langsing. Pada suatu siang mereka bermain-main di bawah pohon bakau di tepi pantai. Kera merasa lapar karena sejak pagi perutnya belum terisi makanan. Ketika si kera melihat laut yang terbentang di hadapannya, timbul dalam pikirannya untuk mengajak bangau mencari ikan untuk makan siang. “Bangau, ayolah kita turun ke laut. Di sana banyak ikan. Bukankah kita belum makan siang?” Ajak kera. “Tidak mau! Aku takut, aku masih kecil, kera!” Jawab bangau memperlihatkan ketakutannya. “Mengapa takut? Bukankah ada aku? Kalau kamu tidak mau aku akan menggigitmu!” Ancam kera sambil membuka mulutnya, berpura-pura akan mengigit Bang...

avatar
Sobat Budaya
Gambar Entri
5_Bangun Hijau dan Bangun Merah
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Sulawesi Tenggara

Bangun Hijau tinggal bersama ayahnya. Ibunya telah meninggal ketika gadis itu masih kecil. Bangun Hijau mempunyai teman sebaya yang tinggal tak jauh dari rumahnya, bernama Bangun Merah. Bangun Merah tinggal bersama dengan ibunya. Ayahnya telah meninggal sejak gadis itu masih kecil. Setiap hari Bangun Hijau dan Bangun Merah bermain-main bersama, pergi ke sawah atau sungai bersama-sama. Kadang berjalan-jalan ke hutan atau bermain seharian di atas bukit. Mereka terlihat sangat akrab. Suatu hari, Bangun Merah sedang duduk di atas batu di bawah pohon rindang. Tak jauh dari situ Bangun Hijau berjongkok memetik bunga-bunga kecil berwarna kekuningan. “Untuk apa bunga-bunga itu? Warnanya jelek, baunya tidak sedap!” kata Bangun Merah dengan ketus. “Bangun Merah, bunga-bunga ini sangat indah. Aku akan menaruhnya di rumah. Aku dan ayah sangat menyukainya. Bunga-bunga kecil ini mengingatkan kami pada ibu. Ibu suka menaruh bunga-bunga ini di atas meja tempat tidurku dan...

avatar
Sobat Budaya
Gambar Entri
3 - Tari Linda
Tarian Tarian
Sulawesi Tenggara

SEORANG lelaki tua bergerak menari-nari dengan gemulai. Kain selendang yang digenggamnya bergerak naik turun, seakan-akan menari mengikuti irama gong dan gendang yang dipukul dua orang secara perlahan-lahan. Beberapa warga dengan mengenakan baju adat duduk mengitari lelaki yang sedang menari dengan selendang. Beberapa orang mengeluarkan senandung nyanyian mengikuti suara gong dan gendang. Tak lama menari, lelaki tersebut berhenti, kemudian duduk dan memberikan selendang kepada orang lain. Orang tersebut setelah menerima selendang, kemudian berdiri dan kembali menari lagi. Lelaki tersebut menari sendiri tanpa didampingi orang lain. Tarian ini dalam adat suku Buton Cia-cia Desa Wabula, Kecamatan Wabula, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, disebut sebagai tarian Linda. “Tarian Linda ini hanya ditarikan hanya satu orang saja. Tarian ini sudah ada sejak abad ke 8, sejak ratusan tahun lalu dan turun temurun hingga saat ini. Di desa ini masih tetap ada tarian ini,&rdqu...

avatar
Sobat Budaya
Gambar Entri
3 - Dole-dole
Ritual Ritual
Sulawesi Tenggara

Apa sih itu “Dole-Dole”?  secara harfiah kata Dole-Dole berarti guling-guling. Upacara ini diperuntukkan bagi anak balita sebagai rangkaian pemberian nama kepada anak bersangkutan. Menurut kepercayaan masyarakat Buton bahwa anak yang telah melalui prosesi ini akan terhindar dari segala macam penyakit. pelaksanaan dole-dole tidak ditentukan pada usia berapa si anak. Kapan pun dapat dilaksanakan asal hari baik silahkan di langsungkan.    Jika melihat dari sejarah, pelaksanaan upacara dole-dole bermula dari jaman Sipanjonga (salah seorang dari mia patamianan- pendiri kerajaan Wolio-Buton). Perkawinan Sipanjonga dengan Sibanaa melahirkan seorang putra yang diberi nama Betoambari. Namun sejak bayi, Betoambari selalu sakit-sakitan. Melihat kondisi demikian, Sipanjonga kemudian menggelar suatu upacara pengobatan bagi Betoambari, Alhasil setelah upacara tersebut Betoambari berangsur sembuh. Dari pengalaman itu Si Panjonga kemudian berwasiat agar kelak anak...

avatar
Sobat Budaya
Gambar Entri
3 - Adat Pernikahan Suku Tolaki
Ritual Ritual
Sulawesi Tenggara

Tolaki adalah salah satu suku yang ada di Sulawesi Tenggara, dimana di sulawesi tenggara terdapat 4 suku yaitu Muna, Buton, Tolaki dan Wolio.   Suku Tolaki mendiami daerah yang berada di sekitar kabupaten Kendari dan Konawe. Suku Tolaki berasal dari kerajaan Konawe. Masyarakat Tolaki umumnya merupakan peladang dan petani yang handal, hidup dari hasil ladang dan persawahan yang di buat secara gotong-royong keluarga. Raja Konawe yang terkenal adalah Haluoleo (delapan hari). Masyarakat Kendari percaya bahwa garis keturunan mereka berasal dari daerah Yunan Selatan yang sudah berasimilasi dengan penduduk setempat, walaupun sampai saat ini belum ada penelitian atau penelusuran ilmiah tentang hal tersebut.   Karena masyarakat tolaki hidup berladang dan bersawah, maka ketergantungan terhadap air sangat penting untuk kelangsungan pertanian mereka. untunglah mereka memiliki sungai terbesar dan terpanjang di provinsi ini. Sungai ini dinamai sungai Konawe. yang membela...

avatar
Sobat Budaya
Gambar Entri
3 - Karia
Ritual Ritual
Sulawesi Tenggara

Dalam adat suku Wuna (Muna), setiap anak perempuan yang akan memasuki usia remaja diwajibkan menjalani tradisi pingitan (Karia) selama empat hari empat malam atau dua hari dua malam, tergantung kesepakatan antara penyelenggara Karia dengan pomantoto. Tradisi ini bertujuan untuk membekali anak-anak perempuan dengan nilai-nilai etika, moral dan spiritual, baik statusnya sebagai seorang anak, ibu, istri maupun sebagai anggota masyarakat. Sesuai proses pingitan, diadakanlah selamatan dengan mengundang sanak keluarga, kerabat dan handai taulan. Dalam prosesi selamatan ini digelar Tari Linda yang menggambarkan tahap-tahap kehidupan seorang perempuan mulai dari melepaskan masa kanak-kanak lalu memasuki masa remaja, kemudian masa dewasa dan siap untuk mengarungi bahtera rumah tangga.   Dalam adat suku Muna, setiap anak perempuan yang akan memasuki usia remaja diwajibkan untuk menjalani tradisi pingitan (Karia) selama empat hari empat malam, dua hari dua malam, atau sehari semal...

avatar
Sobat Budaya
Gambar Entri
Katoba
Ritual Ritual
Sulawesi Tenggara

Kata Katoba beradal dari kata toba. Kata toba ini sendiri dapat dipastikan berasal dari bahasa Arab yakni taubah yang berarti menyesal. Secara harfiah taubah dapat berarti menyesali semua perbuatan buruk yang pernah dilakukan dan berjanji untuk tidak mengulanginya kembali. Dalam bahasa Indonesia, kata taubah diserap menjadi kata taubat.   Orang yang sudah bertaubat artinya akan kembali ke ajaran Islam dengan melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah. Kata toba dalam masyarakat muna dapat berarti suci, artinya mengembalikan sesuatu ke keadaan suci atau menjadikan sesuatu menjadi suci. Kata katoba sendiri dapat berarti penyucian. Seorang anak yang ‘di-katoba’ berarti mengembalikan anak itu ke keadaan suci, untuk menjadi Islam sejati. Pada zaman dahulu, anak yang belum ‘dikatoba’ belum diperkenankan untuk menyentuh kitab Alqur’an, masuk ke dalam mesjid ataupun mendirikan sholat sebab anak tersebut belum suci. Namun s...

avatar
hallowulandari
Gambar Entri
Adat Pernikahan Suku Muna
Ritual Ritual
Sulawesi Tenggara

Perkawinan dalam masyarakat Muna sangat unik yang berbeda dengan Suku lainnya di Indonesia. Sistem perkawinan ini telah ada semenjak dahulu kala sebelum masuknya agama Islam di Muna. Setelah datangnya Islam dan diterimanya agama ini oleh seluruh rakyat Muna, sistem perkawinan yang dahulunya tetap tidak berubah terutama yang berhubungan dengan masalah mahar (mas kawin). Yang berubah hanyalah proses ijab kabul-nya saja yang mengikuti ajaran Islam sebagai perkawinan dalam Islam. Pada suatu ketika salah seorang Cucu Raja La Ode Husein (La Ode Husein bergelar Omputo Sangia) yang bernama Wa Ode Kadingke (Putri La Ode Zainal Abidin yang menjadi Kapitalau Lasehao, mungkin semacam Adipati di Jawa) menikah dengan orang Asing (Suku Bugis). Perkawinan tersebut ditantang keras oleh Raja Muna yang saat itu bernama La Ode Sumaili yang tidak lain adalah saudara sepupu Wa Ode Kadingke. Alasan Raja menentang perkawinan tersebut adalah bertentangan dengan syariat Islam. Akan tetapi Wa Ode Kadin...

avatar
hallowulandari