Amplang merupakan cemilan ringan sebagai oleh-oleh khas Balikpapan, Kalimantan Timur yang tidak boleh dilewatkan ketika berkunjung ke Balikpapan. Amplang sendiri merupakan kerupuk yang terbuat dari ikan tenggiri. Ikan tenggiri ini banyak didapat dari sungai Mahakam (salah satu sungai terbesar di Indonesia) yang letaknya berada di Samarinda, ibu kota Kalimantan Timur. Amplang ini sendiri sering disebut sebagai Amplang kuku macan karena memang bentuknya seperti kuku macan. Selain bentuknya yang unik, rasa Amplang ini memang enak dan gurih, karena terbuat dari berbagai macam rempah seperti bawang, merica, garam dan lainnya. Rasa dari Amplang ini memang tidak mudah dilupakan karena berbeda dari cemilan-cemilan khas daerah lain. Untuk harga Amplang, pastinya bervariasi dan berbeda antara satu toko dengan yang lainnya. Umumnya, harga per kilogramnya ialah 80.000-90.000. Jika ingin membeli sedikit atau sekitar 200 gram, harganya sekitar 20.000 an. Ada juga yang berkisar antara 40.000-45.000,...
Menurut cerita rakyat yang diceritakan secara turun temurun di kalangan masyarakat Kalimantan Timur, sejak tahun 1700 an, dahulu, di Tanah Pasir, Kalimantan Timur, terdapat sebuah kerajaan besar yang dipimpin oleh Raja Aji Muhammad yang terkenal adil dan bijaksana. Berkat kepemimpinan Sang Raja, negeri itu senantiasa aman, makmur, dan sentosa. Penduduknya hidup dari hasil laut dan pertanian yang melimpah. Negeri itu memiliki wilayah yang cukup luas, salah satunya adalah sebuah teluk dengan pemandangan yang amat indah. Raja Aji Muhammad memiliki seorang putri bernama Aji Tatin. Dialah calon tunggal pewaris tahta kerajaan. Itulah sebabnya, semua kasih sayang ayah dan ibunya tercurah kepada Aji Tatin. Puluhan dayang-dayang istana selalu mendampingi Aji Tatin untuk menjaga, merawat, melindunginya dan memastikan segala keperluan Aji Tatin terpenuhi. Setelah beranjak dewasa, Putri Aji Tatin dinikahkan dengan seorang putra bangsawan dari Kutai. Sebagai putri tun...
Masjid At-Taqwa adalah salah satu masjid paling terkenal sekaligus terbesar kedua di Kota Balikpapan, Masjid ini berdiri di lahan sebesar 5.628 m 2 yang terletak di daerah pesisir pantai Balikpapan dan juga terletak di pinggir jalanan utama Kota Balikpapan. Masjid ini berdiri pada sekitar tahun 1950 ketika daerah Balikpapan masih dikuasai oleh Belanda, pembangunan masjid ini diprakarsai oleh beberapa ulama, yaitu: Al Habib Ghasim Bahasim, Al Habib Ali Assegaf, H. Abdul Malik, H. Kai Kintang, H. Bahrun, H. Abdul Ghani, H. Abdul Ramli, dan beberapa ulama serta tokoh masyarakat lainnya. Sejak awal dibangun, masjid ini sudah mengalami empat kali renov besar besaran serta berubah-ubah namanya. mulai pada tahun 1950, nama masjid ini adalah Masjid Jami' At-Taqwa, kemudian setelah renovasi pada tahun 1970-an, nama masjid ini diubah menjadi Masjid Raya At-Taqwa, lalu pada tahun 1998 masjid ini direnovasi lagi dan diubah namanya menjadi Masjid Agung At-Taqwa Balikpapa...
Tahukah Anda, Legenda Puteri Petung ? Putri Petung adalah mitologi penduduk Paser (Kalimantan Timur) yang diyakini sebagai pemimpin atau ratu pertama kerajaan Sadurengas. Konon di daerah Paser penduduknya masih sederhana kehidupannya. Belum memiliki tata aturan dalam kehidupan bermasyarakat. Keadaan penduduk tidak tentram tidak menentu, saling silang tikai. Dan disebabkan karena belum adanya pemimpin atau belum ditemukannya seorang yang dapat dijadikan pemimpin mereka. Di situlah banyak masyarakat yang sering terjadi pertikaian kesalahpahaman dan pembunuhan yang tidak bisa terelakkan. Dan masyarakat sering berpindah ladang dan pindah tempat, tidak ada kepastian dalam kehidupan. Masyarakat berburu hewan untuk dimakan bersama keluarga dan dibagi rata dengan teman-temannya. Ditengah kehidupan yang sarat pertikaian dan pertentangan, muncul lah dua orang yang oleh masyarakat tidak diketahui asal-usulnya. Pastinya, kedua orang tua itu bukan masyarakat atau orang yang berada di l...
Ternyata zombie tidak hanya monopli Amerika lewat film-film zombienya seperti “The Walking Dead”, sebelum mengenal film zombie ternyat suku Dayak sudah lebih dahulu mengenal hantu sejenis zombie ini. Kalau orang Dayak Ngaju menyebutnya BANGKIT atau mayat yang tiba-tiba bisa bangkit dan bisa menyerang orang yang ada dirumah. Salah satu cerita nenek saya yang masih saya ingat ialah dahulu dikampungnya ketika ada yang meninggal pada malam sebelum mayat ini dimakamkan, salah seorang anggota keluarganya mendengar suara orang yang sedang memasak didapur, saat itu dia pergi kebelakang dia tidak melihat siapapun namun dari atas ada helaian-helaian rambut yang berjatuhan dan ketika dia meliahat keatas terkejutnya ia melihat anggota keluarga nya sudah meninggal tadi ada diatas rumah, kemudian ia memanggil mayat tersebut dan memintanya kembali ketempatnya. Cerita ini pada zaman dahulu di kalimantan cukup lazim didengar dan “terjadi” walau saya sendiri belum pe...
Mitos Raja Aji dan Anak Yatim (asal mula tipu tipu) Legenda Dayak Tunjung Tersebutlah kisah seorang Raja bergelar Aji Rajatn Tonoi Pengeratn Tana Bata Mantiq Bawo Mempeetn Paliiq Temengukng Tanyukng Lahukng , yang hidup di negeri bernama Tanyukng Lahukng yang makmur aman dan sejahtera. Mereka hidup dari pertanian tradisional (berladang) dan perdagangan. Raja Aji sering mengadakan pelayaran untuk menjual hasil bumi ke negeri lain. Setiap berlayar Aji sering membawa barang titipan warganya untuk dijual. Mulanya ia berlaku jujur barang titipan itu. Namun lama kelamaan lebih banyak berbuat curang. Suatu hari ia membawa besi tua titipan seorang anak yatim untuk dijual. Setelah pulang ia mengatakan besi tua itu tidak laku untuk dijual karena habis dimakan bubuk. Mendengar keterangan itu si Anak Yatim yang empunya barang menjadi sadar bahwa raja mereka sudah tidakdapat dipercaya lagi. Dengan cerdik si Anak Yatim berkata :” Baiklah kalau begitu. Se...
Ada banyak sekali bangunan-bangunan hasil produk arsitektur di salah satu kota di Kalimantan Timur ini, yakni Balikpapan. Salah satu dari produk arsitektur itu tidak lain adalah Tugu Adipura Balikpapan. Bangunan ini berada pada Jalan Ahmad Yani, Kel. Gunung Bahagia, Kec. Balikpapan Selatan Taman Tugu Adipura ini pertama kali dibangun sebagai tujuan dari wujud rasa syukur dan bangga masyarakat Balikpapan atas seringnya Kota Balikpapan meraih penghargaan Adipura (17 kali) oleh masyarakat dan Pemerintah Kota Balikpapan. Taman Tugu Adipura ini juga dilengkapi dengan 3 buah gazebo (tempat istirahat yang terbuat dari kayu), tanaman-tanaman hijau, jasa pijat kaki atau yang lebih dikenal dengan refleksi kaki, drainase yang luas dan air mancur. Tak jauh dari Taman Tugu Adipura ini, ada Sekolah Dasar dan pemukiman masyarakat serta pertokoan. Taman Tugu Adipura ini juga menjadi salah satu lokasi wisata dalam kota yang banyak diminati pengunjung baik warga asl...
Berbicara tentang mitologi, pernahkah anda mendengar tentang kisah ‘Naga Erau’ dan ‘Puteri Karang Melenu’? Cerita tersebut tentu terdengar asing di telinga-telinga masyarakat modern. Akan tetapi, tidak ada salahnya jika saya ingin menceritakannya kembali bukan? Baiklah mari kita mulai dari awal… Dahulu kala, di Pulau Kalimantan, khusunya bagian timur dan di kampung terpencil yang bernama Melanti, daerah Hulu Dusun. Terdapat sepasang suami istri. Sang suami adalah petingginya, sedangkan sang istri bernama Babu Jaruma. Usia mereka sudah tergolong tua dan semenjak mereka menikah, sampai saat ini mereka belum juga dikaruniai keturunan. Maka dari hal tersebut, mereka selalu memohon kepada Dewata—dewa dengan kedudukan yang lebih rendah daripada dewa-dewa utama—agar dikaruniai seorang anak sebagai penerusnya. Suatu hari, keadaan alam menjadi buruk. Hujan turun deras selama tujuh hari dan tujuh malam. Petir menyambar silih bergant...
Saat pecahnya Perang Gowa , pasuka Belanda di bawah Laksamana Speelman memimpin Angkatan Laut Belanda menyerang Makassar dari laut, sementara Arung Palakka yang mendapat bantuan dari Belanda karena ingin melepaskan Bone dari penjajahan Sultan Hasanuddin (Raja Gowa) menyerang dari daratan. Pada akhirnya, Kerajaan Gowa dapat dikalahkan dan Sultan Hasanuddin terpaksa menandatangani perjanjian yang dikenal dengan Perjanjian Bongaya pada tanggal 18 November 1667 . Sebagian orang Bugis Wajo dari Kerajaan Gowa yang tidak mau tunduk dan patuh kepada isi Perjanjian Bongaya, tetap meneruskan perjuangan dan perlawanan secara gerilya melawan Belanda. Ada pula yang hijrah ke pulau-pulau lain, di antaranya ke daerah Kesultanan Kutai . Mereka adalah rombongan yang dipimpin oleh La Mohang Daeng Mangkona yang bergelar Pua Ado. Rombongan yang dipimpin La Mohang ini hijrah ke Kesultanan Kutai pada 1668 . Kedatangan orang-orang Bugis Waj...