Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Legenda Kalimantan Timur Paser
Puteri Petung

Tahukah Anda, Legenda Puteri Petung ?

Putri Petung adalah mitologi penduduk Paser (Kalimantan Timur) yang diyakini sebagai pemimpin atau ratu pertama kerajaan Sadurengas. Konon di daerah Paser penduduknya masih sederhana kehidupannya. Belum memiliki tata aturan dalam kehidupan bermasyarakat. Keadaan penduduk tidak tentram tidak menentu, saling silang tikai. Dan disebabkan karena belum adanya pemimpin atau belum ditemukannya seorang yang dapat dijadikan pemimpin mereka. Di situlah banyak masyarakat yang sering terjadi pertikaian kesalahpahaman dan pembunuhan yang tidak bisa terelakkan. Dan masyarakat sering berpindah ladang dan pindah tempat, tidak ada kepastian dalam kehidupan. Masyarakat berburu hewan untuk dimakan bersama keluarga dan dibagi rata dengan teman-temannya. Ditengah kehidupan yang sarat pertikaian dan pertentangan, muncul lah dua orang yang oleh masyarakat tidak diketahui asal-usulnya. Pastinya, kedua orang tua itu bukan masyarakat atau orang yang berada di lingkungan mereka. Kedua orang itu memperkenal diri sebagai Tumindong Doyong yang tua berambut putih memegang kerbau berwarna putih dan satunya lagi sebagai Tumindong Tau Keo. Mulailah kedua orang itu beradaptasi dengan semua masyarakat yang ada di sekitar lingkungan tersebut. Setelah melihat kondisi masyarakat yang serba tidak teratur maka kedua orangtua tadi mencoba memberikan nasehat-nasehat dalam menata kehidupan yang lebih baik. Masyarakat setempat setelah mendengar nasehat terutama dari Tumindong Doyong  yang lebih mereka kenal dengan gelar Kaka Ukup yang artinya orangtua penunggang kerbau yang bernama Ukup, mereka berunding sesuai dengan ilmu yang mereka peroleh dari nasehat tersebut agar Tumindong Doyong atau Kaka Ukup  (ada juga ejaan Kakah Ukop) bersedia menjadi pemimpin mereka dan Tumindong Tau Keo sebagai wakilnya. Namun oleh keduanya usulan tersebut ditolak dengan mengatakan mereka tidak pantas karena memang bukan keturunan raja. Meskipun demikian mereka akan memfasilitasi keinginan masyarakat Paser untuk memiliki pemimpin atau raja. Kaka Ukup kemudian mengajak sekelompok masyarakat untuk berlayar menuju ke pinggir langit untuk mencari orang yang pantas menjadi raja Paser.

Setelah selesai perundingan, maka Kakah Ukop diutus oleh penduduk Paser untuk mencari raja tersebut. Kemudian Kakah Ukop berkemas menyediakan alat-alat pelayaran dan membuat perahu yang sangat besar. Demikianlah maka pelayaran pertama pencarian raja dimulai oleh Kakah Ukop. Sesudah 3 tahun dalam perjalanan, Ia kembali ke negeri Paser dengan tidak membawa hasil sedikit pun. Lantaran desakan dari penduduk untuk mencari raja terus-menerus, maka Kakah Ukop dalam melakukan pencarian raja itu sampai berlangsung sebanyak 7 kali.

Pada perjalanan yang ke tujuh kalinya itulah Kakah Ukop sampai ke pinggir langit dan sempat bertemu dengan penduduk di sana. Kemudian Kakah Ukop menceritakan maksud dan keinginannya melakukan perjalanan ini adalah untuk mencari seseorang yang sekiranya patut dan pantas untuk dijadikan raja di daerah Paser. Keinginannya itu mendapat raja mendapat jawaban dari salah seorang penduduk di pinggir langit, bahwa orang yang pantas menjadi raja di Paser telah dikirim kesana maka mendengar jawaban tersebut segeralah kembalilah ke Paser. Sebagai bukti bahwa Kakah Ukop telah bertemu dan berbicara dengan yang penduduk pinggir langit yang akan memberi raja untuk daerah Pasir maka Kakah Ukop diberi barang-barang berupa ceret, tempat air, nama pinggan melawen, batil dari tembaga, gong tembaga, sumpitan akek, kipas emas, sangkutan baju, dan sebuah peti dari batu. Barang-barang tersebut akan menjadi barang kerajaan bilamana di daerah Paser nanti akan diadakan seorang raja. Dengan barang-barang tersebutlah maka Kakah Ukop berlayar kembali pulang. Dalam perjalan pulang, memasuki daerah Kuala Paser pada malam harinya Kakah Ukop bermimpi. Dalam mimpinya tersebut Kakah Ukop bertemu dengan seseorang yang mengatakan bahwa, “Apabila Kakah Ukop dalam pelayaran pulangnya tersebut mendapati sesuatu barang apa saja yang ditemuinya maka harus diambil dan jangan dibuang”. Pada keesokan harinya ketika Kakah Ukop pergi ke haluan perahunya, Ia melihat di depan perahunya menyangkut satu ruas betung yang besar. Teringatlah dia pada mimpinya semalam, maka diambilnya satu ruas betung tersebut. Demikianlah seruas betung itu besama-sama dengan barangbarang yang diberikan penduduk pinggir langit dibawanya pulang. Satu ruas betung yang ditemukannya itu ditaruhnya di atas salayan dapur tempat kayu api. Mendengar kedatangan Kakah Ukop, maka penduduk bergembira dan menanyakan hasil perjalananya itu. Kakah Ukop menjawab bahwa menurut pembicaran dan perjanjiannya dengan salah seorang yang ditemuinya di pinggir langit, bahwa yang bakal menjadi raja di Paser sudah mereka kirim ke sini.

Barang-barang bukti untuk kerajaan Paser diperlihatkannya ke penduduk, kemudian barang-barang itu disimpannya dengan baik di rumahnya. Setelah sekian lama mereka menunggu datangnya seseorang yang akan menjadi raja di Paser ternyata tak pernah kunjung juga, melihat itu maka Kakah Ukop bermaksud kembali berlayar untuk yang kedelapan kalinya mencari seorang raja untuk daerah Paser. Berangkatlah Ia untuk yang ke delapan kalinya mencari seorang raja. Sepeninggal Kakah Ukop, istrinya yang bernama “Itak Ukop” berhubung dengan banyaknya turun hujan sehingga kayu api untuk persediaan memasak di atas salayan dapur habis sama sekali dan hanya tinggal seruas betung tersebut maka dengan tidak berfikir panjang diambilnya seruas betung itu untuk dijadikan kayu api dan dibelahnya. Sesudah betung itu dibelah, maka terdapatlah sebutir telur yang agak besar dan dengan sangat heran diambilnya telur tersebut kemudian ditaruhnya di dalam sebuh pinggan melawen. Pinggan diletakkannya di dekat tempat tidurnya. itu Tepat pada tengah malam, terdengarlah telur itu menetas dengan diiringi oleh tangis anak kecil sedang menangis. Seisi rumah semua bangun untuk menyaksikan kejadian yang ajaib itu. Anak itu diambil dan dimandikan oleh Itak Ukop serta diselimuti dengan kain cindai dan dipeliharanya dengan sangat baik. Anak itu adalah seorang perempuan dan diberinya nama Sari Sukma Dewi dengan julukan Putri Petung, karena asalnya didapat dari dalam belahan petung.

Pada saat yang sama si Ukop, kerbau putih miliknya sedang beranak juga dan mengeluarkan air susu yang baik, maka dengan air susu itulah Putri Petung dipelihara dari bulan ke tahun sehingga besar. Putri Petung telah berusia 14 tahun, wajahnya sangat cantik sehingga tersiar kemana-mana tetang kecantikannya. Pada waktu itu dengan tidak disangka-sangka, Kakah Ukop kembali dari pelayarannya dengan tidak pula membawa hasil yang dimaksudkankan. Ketika tiba di Muara Pasir, Ia mendapat kabar bahwa istrinya mempunyai seorang anak perempuan yang cantik sepeninggalnya dalam pelayaran. Mendengat kabar itu, timbullah marahnya sebab disangkanya istrinya telah berbuat serong dengan laki-laki lain sampai mendapat seorang anak. Dengan hati yang marah Ia mendatangi istrinya dan hendak membunuhnya. Tetapi hal tersebut dapat dicegah oleh tetangganya dan berceritalah tetangganya itu tentang kenyataan yang sesungguhnya terjadi. Dengan adanya keterangan-keterangan yang sebenarnya terjadi setelah sepeninggalnya itu maka Kakah Ukop ingat kembali akan janji orang yang di pinggir langit itu, sehingga masuk akal baginya bahwa boleh jadi anak inilah yang dimaksud oleh orang di pinggir langit itu yang akan menjadi raja di daerah Paser. Kakah Ukop lalu insaf dan berbalik girang serta pula menyayangi anak angkatnya itu. Sesudah itu, teringat pula olehnya akan barang-barang yang dibawanya dari pinggir langit, lalu diserahkannya kepada Putri Petung.

Demikianlah, mulai saat itu berusia 22 tahun, Putri Petung diangkat dan diakui oleh penduduk Paser sebagai ratu (raja putri) Sadurengas. Putri Petung kemudian menikah beberapa kali namun tidak pernah berhasil. Setiap lelaki dalam perkawinanannya mendadak mati atau lari dari peraduan sebelum malam pertama pernikahan. Hal tersebut disebabkan sari bambu yang melekat di badan Putri Petung. Hingga suatu ketika datanglah rombongan pelayaran syiar Islam dari Jawa yang dipimpin Ki Raden Mas Mantri atau Pangeran Indera Jaya dari Giri atau Abu Mansyur Indra Jaya. Pangeran tersebutlah yang berhasil menyembuhkan penyakit Putri Petung dan menikahinya. Setelah menikah, bongkahan batu yang berasal dari Giri dibongkar dari kapal layarnya dan disimpan di pemukiman Benuo hingga kini. Bongkahan batu tersebut oleh penduduk setempat dianggap keramat disebut dengan Batu Indra Giri. Dari perkawinan Putri Petung dengan Pangeran Indra Jaya menurunkan raja dan sultan kerajaan Sadurengas atau kesultanan Paser.

Referensi:

1. Museum Sadurengas
2. Kesultanan Paser, http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Paser
3. Kesultanan Pasir, http://www.melayuonline.com/ind/history/dig/496/kesultanan-pasir
4. Mitologi Pasir, http://kesultanan_pasir.tripod.com/sadurangas/id14.html

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline