Pustaha ini merupakan naskah kuno dari tanah Batak. disebut Pustaha Laklak Saat ini berada di: Übersee-Museum Bremen, Jerman. Ukuran: 14,2 x 12,5 cm Jumlah halaman: 39 halaman ditulisi pada kedua sisi Bahan: Kulit Kayu Kondisi: pustaha ini sudah robek sebelum ditulisi sehingga terpaksa dijahit Judul: "Poda ni si aji mamis ma inon" (Nasihat untuk menghancurkan musuh) Catatan: Bahasa yang digunakan dalam pustaha ini adalah bahasa yang digunakan di saat perang (dalam bahasa Batak kuno perang selalu disebut sebagai bisara na godang -"adat yang mulia"). Dikatakan pada akhir halaman pertama dan awal halaman kedua bahwa pustaha ini diuntukkan Guru Habinsaran Hata ni Aji dari Silaga-laga yang dikatakan na so nung talu di bisara na godang - yang tidak pernah kalah berperang. Sebagaimana dapat dilihat dari bahasa dan aksara yang digunakan naskah ini dapat dipastikan berasal dari Toba. Pustaha ini dapat dibagi atas beberapa bab, yang semuanya ditandai oleh sebuah bindu (ornamen). Bagian pertam...
                    
            Replika Pustaha Batak Pane Na Bolon Aslinya berada di: Museum für Völkerkunde Hamburg, Jerman (13.81.24). Replikai dibuat oleh: Liberty Manik. Replika saat ini ada di perpustakaan IACI, Bandung. Isi: Naskah ini merupakan naskah ilmu nujum orang Batak, terkait pada nujum Naga Besar yang juga dikenal oleh masyarakat etnik kuno Melayu. Pustaha dan nujum Pane Na Bolon (Pane Besar) biasanya dibuka saat hendak mengadakan peperangan atau hendak mendirikan desa yang baru. Pane Na Bolon adalah penamaan dewa yang mengelilingi bumi dan dalam perjalanannya menempati keempat arah mata angin selama sekitar 3 bulan. TIap kali Pane Na Bolon berpindah, ia mendirikan desa baru dan sesuai dengan kepercayaan Batak kuno, perlu diadakan pesta perjamuan yang merupakan jiwa manusia yang diambilnya pada saat peperangan atau wabah penyakit. Pane Na Bolon merupakan dewa yang sangat ditakuti, dan hanya datu yang mengetahui cara menangkal keberadaannya. Dalam teks pustaha tertulis, "Mulai bulan pertama hingga b...
                    Bahan benang emas, benang kapas dan kaca. Ragam hias tempelan kaca, moci, sulur daun, bunga, ayam, pohon hayat, pilin dan meander. Digunakan pada waktu acara adat
                    Bahan benang kapas, benang sutera dan kaca. Ragam hias pucuk rebung, belak ketupat dan hiasan kaca kecil. Digunakan pada waktu acara adat Lampung Pepadun.
                    Bahan kain katun dan benang emas. Ragam hias pucuk rebung, lajur-lajur, binatang dan pohon. Digunakan oleh istri penyumbang pada waktu acara adat Lampung Pepaduh.
                    Bahan benang sutera dan benang mas. Ragam hias bunga lotus, meander dan pucuk rebung. Digunakan oleh pengantin wanita sewaktu upacara adat.
                    Bahan kain katun, benang emas, moci, kaca dan serat nenas. Ragam hias pucuk rebung, bunga, tempelan kaca, moci, gelombang air, binatang singa laut dan ubur-ubur. Digunakan untuk upacara adat.
                    Bahan benang kapas, benang mas dan moci. Ragam hias pucuk rebung, dan belak ketupat. Digunakan pada saat acara adat.
                    Kain sarung ini dibuat dengan ATBM (alat tenun bukan mesin), dan pengolahan motif dengan teknik ikat dan songket. Warna dasar hijau dengan motif kotak-kotang yang dipertegas dengan songket, benang emas yang dikombinasikan dengan motif boketan. Mirip dengan motif gunungan berundak yang dinamakan masyarakat setempat motif "Borobudur". Biasa dikenakan kaum laki-laki.