|
|
|
|
Situs Klasik Denuh Tanggal 17 Feb 2015 oleh Muhammad Arif Nurrohman17. |
Situs Klasik Denuh terletak di Desa Cikuya Kecamatan Culamega merupakan situs yang berkaitan dengan Situs yang berada di Galunggung dll. Disekitar lokasi tersebut terdapat beberapa situs dan benda cagar budaya sebagai bukti peninggalan masa silam, antara lain : Situs Tugu, situs Bale Kambang, situs Lemah Badong, situs Gua Binuang, situs Gua Potong Kujang, situs Gua Cikuda Keling , situs Gua Pasir Leungit , serta Benda Cagar Budaya berupa dolmen (batu tempat sesaji), 2 sumur kecil (Sanghyang Lumpang), menhir (Sanghyang Bedil), yang tersebar disekitar situs klasik Denuh, selain terdapat Benda Cagar Budaya disekitar lokasi Situs juga terdapat Situ dengan panorama alam indah. Kondisi Lingkungan Alam Mengacu kepada peta fisiografi van Bemmelen (1949) seperti dikutip oleh Agus (1998/1999), kawasan Tasikmalaya termasuk dalam Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat.
Zona ini memanjang dari teluk Ciletuh di Banten sampai Pulau Nusakambangan. Berdasarkan analisis bentuk bentang alamnya (morfologi) dan ketinggian daerahnya. Satuan bentang alam perbukitan mempunyai karakteristik lereng yang landai dan puncak bukit yang tumpul. ketinggian puncak bukitnya berkisar dari 216 sampai 744 meter di atas permukaan laut. Perbukitan ini memanjang dengan arah barat laut-tenggara. Arah perbukitan ini sesuai dengan arah umum struktur geologi berupa batuan sedimen dan vulkanik. Sungai yang mengalir di daerah itu adalah Sungai Cisenggong yang mengalir di kaki bukit Karang (Pasir Karang). Pasir (bukit) Karang merupakan bukit kecil yang dikelilingi perbukitan dan pada sisi selatan bukit terdapat aliran Sungai Cisenggong. Di sebelah selatan aliran sungai ini terdapat areal persawahan.
Sebelah barat Pasir Karang terdapat bukit Cikudakeling dan di sebelah barat terdapat Pasir Gunung Putri. Perbukitan ini mengelilingi sebuah danau yang dikenal dengan nama danau Denuh (foto1 ). Sedangkan berdasarkan letak wilayahnya, Kecamatan Culamega, Kabupaten Tasikmalaya termasuk daerah tropis yang didominasi oleh hutan hujan tropis musiman dan saat ini mayoritas dipenuhi oleh tanaman bambu, perdu, dan tanaman produktif seperti salak, petai, jengkol, rambutan, nangka, enau, dan tanaman keras seperti sengon, mahoni dan lain-lain. Hutan hujan tropis musiman menyediakan kemudahan sehingga menjadi lingkungan ideal bagi kehidupan manusia. Tinggalan arkeologis yang berhasil di temukan dan diidentifikasi adalah dua situs, serta artefak yang ditemukan, umumnya sudah merupakan koleksi penduduk, sedangkan temuan yang dimaksud adalah sebagai berikut.
a. Situs Tugu. Situs Tugu terletak di Blok Mekarbakti, Kampung Daracana, Desa Cikuya, Kecamatan Culamega. Situs berupa bukit kecil dan kondisi saat sekarang merupakan lahan alam yang sebagian telah diolah oleh masyarakat. Adapun tinggalan arkeologis yang terdapat di situs ini adalah berupa batu datar dan beberapa batu lainnya. Keseluruhan batu merupakan batu alam dan berbentuk tidak beraturan. Tinggalan-tinggalan arkeologis tersebut ditempatkan dalam sebuah cungkup permanen berukuran 250 x 300 cm. Deskripsi singkat tinggalan arkeologis tersebut adalah: Batu datar berukuran panjang 110 cm, lebar 60 cm, dan tebal/tinggi 13 cm. Batu datar tersebut dikelilingi oleh 9 (sembilan) batu lainnya yang berukuran lebih kecil (foto- 2). Penataan batu-batu lainnya adalah: di sebelah selatan batu datar terdapat dua buah batu, di sebelah barat terdapat 3 buah batu, di sebelah utara terdapat 3 buah batu, dan disebelah timur terdapat 1 buah batu. Di samping batu-batu alam yang tertanam di tanah, terdapat juga batu lepas berbentuk bulat dengan diameter sekitar 10 cm yang oleh masyarakat disebut “batu pelor”. Di luar cungkup, di bagian sebelah selatan cungkup, ditempatkan tiga batu yang ditata berjajar. Semula batu-batu tersebut dalam posisi rebah, sekarang dipasang dalam posisi tegak. Menurut informasi juru pelihara situs, Mahfud (71 th), tinggalan arkeologis tersebut merupakan petilasan tokoh yang berasal dari daerah Tugu, Balongan, Indramayu. Tokoh tersebut bernama Haji Ibrahim yang menjadi panglima Prabu Batara Karang.
b. Pasir Karang Pasir (bukit) Karang merupakan bukit kecil yang dikelilingi perbukitan dan pada sisi selatan bukit terdapat aliran Sungai Cisenggong. Di sebelah selatan aliran sungai ini terdapat areal persawahan. Sebelah barat Pasir Karang terdapat bukit Cikudakeling dan di sebelah barat tedapat Pasir Gunung Putri. Pasir Karang merupakan punden berundak (foto-3). Sedangkan pada beberapa lereng bukit ini terdapat talud batu yang cukup terjal
c. Kikis Kampung Kikis Kampung berupa batu alam yang terletak sebelum sampai ke puncak bukit. Batu alam tersebut berbentuk tidak beraturan, berukuran 42 x 36 x 28 cm. d. Batu Lumpang-1 (Sang Hyang Lulumpang). Batu Lumpang-1 terletak di tepi bukit bagian sebelah selatan. Artefak tersebut berupa batu bulat berlubang. Batu lumpang-1 berukuran tinggi 16 cm, diameter keseluran 49 cm, tebal bibir 3 cm, dan kedalaman lubang 23 cm.
d. Batu Pangcalikan Batu pangcalikan terletak pada bagian pinggir bukit sisi timur. Artefak berupa batu datar dan tatanan batu di sekelilingnya. Batu pangcalikan berbentuk tidak beraturan, berukuran 136 x 89 x 24 cm (foto. 5).
e. Batu Lumpang-2 (Sang Hyang Lulumpang). Batu Lumpang-2 terletak di sebelah utara Batu Pangcalikan. Artefak berupa batu berlubang. Batu lumpang-2 berukuran tinggi 14 cm, panjang 46, lebar 44 cm, tebal bibir 5 cm, dan kedalaman lubang 23 cm. Kondisi agak rusak. g. Batu Bedil Batu Bedil terletak di pinggir bukit bagian utara. Batu Bedil merupakan batu tegak berbentuk tidak beraturan, berkuran tinggi 50 cm. Batu bedil terdapat di sebuah tumulus berukuran 300 x 330 cm (foto-6).
f. Padepokan Di pesawahan di utara Pasir Karang terdapat tinggalan arkeologis berupa tatanan batu dua teras dan pada teras atas tedapat empat buah umpak batu. Teras pertama berukuran 730 x 540 cm dan teras atas berukuran 490 x 460 cm. Di sebelah selatan padepokan terdapat 4 buah batu tegak berukuran tinggi berkisar 20 hingga 30 cm. Temuan lain berupa arca setengah badan (torso) berukuran tinggi 25 cm, lebar 25 cm, dan tebal 14 cm. Tidak terdapat atribut yang jelas pada arca ini.
i. Artefak Koleksi Penduduk Koleksi penduduk berupa batu lumpang berukuran tinggi 8 cm, diameter 8 cm, tebal tepian (bibir) 1 cm, dan kedalaman lubang 5,5 cm. Batu Lumpang ini merupakan koleksi Bapak Mahfud (jupel dan warga kampung Daracana, Desa Cikuya, Kec. Culamega).
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |