Situs Klasik Denuh terletak di Desa Cikuya Kecamatan Culamega merupakan situs yang berkaitan dengan Situs yang berada di Galunggung dll. Disekitar lokasi tersebut terdapat beberapa situs dan benda cagar budaya sebagai bukti peninggalan masa silam, antara lain : Situs Tugu, situs Bale Kambang, situs Lemah Badong, situs Gua Binuang, situs Gua Potong Kujang, situs Gua Cikuda Keling , situs Gua Pasir Leungit , serta Benda Cagar Budaya berupa dolmen (batu tempat sesaji), 2 sumur kecil (Sanghyang Lumpang), menhir (Sanghyang Bedil), yang tersebar disekitar situs klasik Denuh, selain terdapat Benda Cagar Budaya disekitar lokasi Situs juga terdapat Situ dengan panorama alam indah. Kondisi Lingkungan Alam Mengacu kepada peta fisiografi van Bemmelen (1949) seperti dikutip oleh Agus (1998/1999), kawasan Tasikmalaya termasuk dalam Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat.
Zona ini memanjang dari teluk Ciletuh di Banten sampai Pulau Nusakambangan. Berdasarkan analisis bentuk bentang alamnya (morfologi) dan ketinggian daerahnya. Satuan bentang alam perbukitan mempunyai karakteristik lereng yang landai dan puncak bukit yang tumpul. ketinggian puncak bukitnya berkisar dari 216 sampai 744 meter di atas permukaan laut. Perbukitan ini memanjang dengan arah barat laut-tenggara. Arah perbukitan ini sesuai dengan arah umum struktur geologi berupa batuan sedimen dan vulkanik. Sungai yang mengalir di daerah itu adalah Sungai Cisenggong yang mengalir di kaki bukit Karang (Pasir Karang). Pasir (bukit) Karang merupakan bukit kecil yang dikelilingi perbukitan dan pada sisi selatan bukit terdapat aliran Sungai Cisenggong. Di sebelah selatan aliran sungai ini terdapat areal persawahan.
Sebelah barat Pasir Karang terdapat bukit Cikudakeling dan di sebelah barat terdapat Pasir Gunung Putri. Perbukitan ini mengelilingi sebuah danau yang dikenal dengan nama danau Denuh (foto1 ). Sedangkan berdasarkan letak wilayahnya, Kecamatan Culamega, Kabupaten Tasikmalaya termasuk daerah tropis yang didominasi oleh hutan hujan tropis musiman dan saat ini mayoritas dipenuhi oleh tanaman bambu, perdu, dan tanaman produktif seperti salak, petai, jengkol, rambutan, nangka, enau, dan tanaman keras seperti sengon, mahoni dan lain-lain. Hutan hujan tropis musiman menyediakan kemudahan sehingga menjadi lingkungan ideal bagi kehidupan manusia. Tinggalan arkeologis yang berhasil di temukan dan diidentifikasi adalah dua situs, serta artefak yang ditemukan, umumnya sudah merupakan koleksi penduduk, sedangkan temuan yang dimaksud adalah sebagai berikut.
a. Situs Tugu. Situs Tugu terletak di Blok Mekarbakti, Kampung Daracana, Desa Cikuya, Kecamatan Culamega. Situs berupa bukit kecil dan kondisi saat sekarang merupakan lahan alam yang sebagian telah diolah oleh masyarakat. Adapun tinggalan arkeologis yang terdapat di situs ini adalah berupa batu datar dan beberapa batu lainnya. Keseluruhan batu merupakan batu alam dan berbentuk tidak beraturan. Tinggalan-tinggalan arkeologis tersebut ditempatkan dalam sebuah cungkup permanen berukuran 250 x 300 cm. Deskripsi singkat tinggalan arkeologis tersebut adalah: Batu datar berukuran panjang 110 cm, lebar 60 cm, dan tebal/tinggi 13 cm. Batu datar tersebut dikelilingi oleh 9 (sembilan) batu lainnya yang berukuran lebih kecil (foto- 2). Penataan batu-batu lainnya adalah: di sebelah selatan batu datar terdapat dua buah batu, di sebelah barat terdapat 3 buah batu, di sebelah utara terdapat 3 buah batu, dan disebelah timur terdapat 1 buah batu. Di samping batu-batu alam yang tertanam di tanah, terdapat juga batu lepas berbentuk bulat dengan diameter sekitar 10 cm yang oleh masyarakat disebut “batu pelor”. Di luar cungkup, di bagian sebelah selatan cungkup, ditempatkan tiga batu yang ditata berjajar. Semula batu-batu tersebut dalam posisi rebah, sekarang dipasang dalam posisi tegak. Menurut informasi juru pelihara situs, Mahfud (71 th), tinggalan arkeologis tersebut merupakan petilasan tokoh yang berasal dari daerah Tugu, Balongan, Indramayu. Tokoh tersebut bernama Haji Ibrahim yang menjadi panglima Prabu Batara Karang.
b. Pasir Karang Pasir (bukit) Karang merupakan bukit kecil yang dikelilingi perbukitan dan pada sisi selatan bukit terdapat aliran Sungai Cisenggong. Di sebelah selatan aliran sungai ini terdapat areal persawahan. Sebelah barat Pasir Karang terdapat bukit Cikudakeling dan di sebelah barat tedapat Pasir Gunung Putri. Pasir Karang merupakan punden berundak (foto-3). Sedangkan pada beberapa lereng bukit ini terdapat talud batu yang cukup terjal
c. Kikis Kampung Kikis Kampung berupa batu alam yang terletak sebelum sampai ke puncak bukit. Batu alam tersebut berbentuk tidak beraturan, berukuran 42 x 36 x 28 cm. d. Batu Lumpang-1 (Sang Hyang Lulumpang). Batu Lumpang-1 terletak di tepi bukit bagian sebelah selatan. Artefak tersebut berupa batu bulat berlubang. Batu lumpang-1 berukuran tinggi 16 cm, diameter keseluran 49 cm, tebal bibir 3 cm, dan kedalaman lubang 23 cm.
d. Batu Pangcalikan Batu pangcalikan terletak pada bagian pinggir bukit sisi timur. Artefak berupa batu datar dan tatanan batu di sekelilingnya. Batu pangcalikan berbentuk tidak beraturan, berukuran 136 x 89 x 24 cm (foto. 5).
e. Batu Lumpang-2 (Sang Hyang Lulumpang). Batu Lumpang-2 terletak di sebelah utara Batu Pangcalikan. Artefak berupa batu berlubang. Batu lumpang-2 berukuran tinggi 14 cm, panjang 46, lebar 44 cm, tebal bibir 5 cm, dan kedalaman lubang 23 cm. Kondisi agak rusak. g. Batu Bedil Batu Bedil terletak di pinggir bukit bagian utara. Batu Bedil merupakan batu tegak berbentuk tidak beraturan, berkuran tinggi 50 cm. Batu bedil terdapat di sebuah tumulus berukuran 300 x 330 cm (foto-6).
f. Padepokan Di pesawahan di utara Pasir Karang terdapat tinggalan arkeologis berupa tatanan batu dua teras dan pada teras atas tedapat empat buah umpak batu. Teras pertama berukuran 730 x 540 cm dan teras atas berukuran 490 x 460 cm. Di sebelah selatan padepokan terdapat 4 buah batu tegak berukuran tinggi berkisar 20 hingga 30 cm. Temuan lain berupa arca setengah badan (torso) berukuran tinggi 25 cm, lebar 25 cm, dan tebal 14 cm. Tidak terdapat atribut yang jelas pada arca ini.
i. Artefak Koleksi Penduduk Koleksi penduduk berupa batu lumpang berukuran tinggi 8 cm, diameter 8 cm, tebal tepian (bibir) 1 cm, dan kedalaman lubang 5,5 cm. Batu Lumpang ini merupakan koleksi Bapak Mahfud (jupel dan warga kampung Daracana, Desa Cikuya, Kec. Culamega).
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja