×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Tradisi

Provinsi

Jawa Tengah

Asal Daerah

Semarang

Punggahan Menyambut Ramadhan

Tanggal 06 Aug 2018 oleh OSKM18_16318221_Haniifah Nur Faatinah Puruhito.

Punggahan

Indonesia, negara yang dihuni oleh lebih dari 260 juta jiwa yang heterogen, menghadirkan berbagai macam keunikan di tiap sisinya. Negara yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam ini memiliki banyak tradisi untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Salah satunya adalah Punggahan.

Punggahan adalah salah satu tradisi yang terdapat di Jawa (seperti Jawa Barat, Jawa Tengah), dengan cara memperingatinya yang berbeda-beda. Tradisi Punggahan sudah ada sejak dulu, meski belum jelas darimana asal-usulnya tradisi ini tercipta. Ada yang berpendapat bahwa tradisi ini asli dari Islam atau ajaran Hindu yang diterapkan pada Islam oleh Wali untuk mengajak masyarakat masuk ke Islam.

Punggahan Terdengar Asing

                Apa arti dari Punggahan? Punggahan berasal dari bahasa Jawa yaitu kata Munggah, yang berarti naik atau memasuki tempat yang lebih tinggi. Yang dimaksudkan naik di sini adalah iman dan takwa. Dalam menyambut bulan Ramadhan, kita harus lebih bersyukur karena masih dipertemukan dengan bulan yang suci ini dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selain sebagai pengingat bahwa Ramadhan segera tiba, Punggahan juga bertujuan untuk mengirimkan doa pada orang-orang yang telah berpulang terlebih dahulu ke Rahmatullah.

Semakin Ramai Semakin Khidmat

                Cukup banyak perbedaan dalam melaksanakan tradisi Punggahan ini, seperti berkumpul dengan keluarga dan sanak saudara, pergi berziarah ke makam wali, dan masih banyak lagi. Namun, inti dari tradisi ini adalah perwujudan rasa syukur dengan melantukan doa-doa pengampunan, mempererat tali silahturahmi dan saling memaafkan satu sama lain agar lebih khusu’ dalam menjalani ibadah di bulan suci.

                Punggahan biasanya diadakan di rumah dengan mengundang keluarga, sanak saudara, tetangga, dan juga kyiai untuk memimpin tahlil dan doa. Bahkan, sanak keluarga yang bekerja di luar kota rela datang jauh untuk dapat berkumpul bersama. Tradisi ini juga bisa dilakukan di mushola atau masjid, atau tempat berkumpul seperti balai warga. Di desa, masyarakat biasa berkumpul di rumah kepala desa.

Yang Nikmat Punya Makna Sendiri

                Dalam tradisi Punggahan juga terdapat acara makan-makan seperti tradisi hari raya Idul Fitri, namun tentunya dengan menu yang berbeda. Biasanya untuk memperingati tradisi ini, masyarakat menyiapkan masakan yang lebih istimewa dibanding hari-hari biasanya. Anggapan masyarakat karena tradisi ini dilakukan setahun sekali dengan niat yang baik juga.

Yang membedakan tradisi Punggahan dengan tradisi kumpul silahturahmi yang lain adalah biasanya dihidangkan makanan seperti nasi kluban, bubur nasi, dan terdapat menu yang wajib ada. Terdapat arti tersendiri di tiap menu ini. Menu pada tumpeng yang wajib ada yaitu apem, pasung, gedang, dan ketan. Menu ini yang minimal harus ada di tiap pelaksanaan tradisi Punggahan.

Ketan. Makanan yang memiliki tekstur dan kandungan yang mirip beras ini, berasal dari bahasa melayu ini dapat ditafsirkan sebagai “khoto’an” yang artinya kesalahan.

Apem. Makanan yang bahan dasar, bentuk, dan teksturnya hampir mirip surabi ini, berasal dari bahasa Arab, “afuan/afuwwun”, yang berarti ampunan.

Gedang. Familiarnya disebut pisang ini dapat ditafsirkan kedalam bahasa Arab, “Ghodaan”, artinya esok hari atau waktu mendatang.

Pasung. Makanan bertekstur kenyal ini berbahan dasar gula aren dan tepung beras yang bercampur dengan santan dan tepung sagu. Pasung juga ditafsirkan dengan lafadz “fashoum” yang memiliki makna seruan untuk berpuasa setelah bertaubat dan meminta maaf.

Dengan kata lain, menu wajib ini bukan sekadar makanan yang tidak afdol jika tidak hadir di pelaksaan tradisi Punggahan, tetapi menu ini punya lambangnya masing-masing.

Di Mata Islam

                Dalam Islam, tidak dikenal adanya tradisi Punggahan. Pada zaman Rasulullah pun tidak ada perintah untuk melaksanakan punggahan saat menyambut bulan puasa. Meski Rasulullah tidak mencontohkan tradisi ini, tetapi tradisi ini sangat diakui keberadaannya oleh masyarakat. Adapun hikmah yang bisa diambil dari tradisi ini adalah membersihkan diri sebelum masuk ke bulan suci Ramadhan.

                Punggahan itu sendiri juga merupakan acara berdoa bersama. Tidak ada yang menyalahi hukum agama Islam terhadap tradisi ini, sebab semua orang bisa berdoa kepada Allah dalam bentuk apapun dan dimanapun berada selama berdoa yang baik-baik dan tradisi ini diisi dengan kegiatan yang positif.

                Peringatan Punggahan ini kini sudah mulai ditinggalkan karena pengaruh globalisasi. Di daerah pedesaan mungkin masih sering dijumpai tradisi Punggahan lengkap dengan menu wajibnya. Namun, di daerah perkotaan, orang-orang sekadar menyisihkan waktunya untuk berkumpul bersama keluarga pada sahur pertama di bulan Ramadhan.

 

                Dengan demikian, meski tradisi Punggahan ini terlihat sederhana, tetapi alangkah indahnya jika tetap dilestarikan. Sebab tradisi ini memiliki banyak manfaat dan makna tersendiri.

 

#OSKMITB2018

 

DISKUSI


TERBARU


Ulos Jugia

Oleh Zendratoteam | 14 Dec 2024.
Ulos

ULOS JUGIA Ulos Jugia disebut juga sebagai " Ulos na so ra pipot " atau pinunsaan. Biasanya adalah ulos "Homitan" yang disimp...

Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...