|
|
|
|
Pisowanan Garebeg Mulud Dal Tanggal 28 Dec 2018 oleh Aze . |
Sejak pagi, tiga gamelan dimainkan bergantian di Plataran Kedhaton Keraton Yogyakarta. Ketiganya adalah Kanjeng Kiai Guntur Laut (Monggang), Kanjeng Kiai Surak, dan Kanjeng Kiai Kancil Belik. Para Abdi Dalem Sipat Bupati datang dan duduk bersila menunggu di kedua Bangsal Kotak yang berada di Plataran Kedhaton, tepat di depan Bangsal Kencana.
Menjelang siang, terdengar teriakan, “Raaaussss,” sebagai penanda kehadiran Sultan, yang miyos dari arah Bangsal Prabayeksa. Gendhing Monggang segera dimainkan untuk mengiringi Miyos Dalem Sultan di Bangsal Kencana. Para Abdi Dalem yang telah menunggu di Bangsal Kotak kemudian diperkenankan maju dan duduk di kursi yang disediakan di tratag Bangsal Kencana. Para Sentana Dalem dan tamu kehormatan lain duduk di sebelah kanan dan kiri Sultan, dengan posisi menghadap beliau.
Tidak lama kemudian, sebuah iringan datang membawa pusaka Kanjeng Nyai Mrica dan Kanjeng Kiai Blawong. Kedua pusaka kemudian dipegang dan diposisikan di hadapan Sultan. Sultan lalu mulai ngeduk (mengambil) nasi di dalam Kanjeng Nyai Mrica dan menaruhnya di Kanjeng Kiai Blawong. Sultan kemudian mulai mengepal nasi yang ada di Kanjeng Kiai Blawong. Kegiatan ini diteruskan oleh Putra dan Mantu Dalem.
Tidak lama berselang, Abdi Dalem Keparak dan Abdi Dalem Kanca Sewidak datang membawa minuman dan nasi yang sudah dikepal pada malam sebelumnya. Setelah sajian ini selesai, Sultan memerintahkan para Abdi Dalem untuk kembali. Ketiga gamelan dimainkan bersamaan hingga akhir gendhing sebagai penanda selesainya Pisowanan Garebeg Mulud Dal.
Upacara keraton yang ditandai oleh prosesi menanak nasi tidak dapat dipisahkan dari latar belakang kebudayaan Mataram Islam yang bercorak agraria. Menanak nasi merupakan simbol dari kemakmuran dan kesejahteraan.
Nasi yang telah ditanak tersebut kemudian dikepal sehingga berbentuk golong (bulat). Ini merupakan manifestasi dari konsep golong gilig, kebulatan tekad untuk bekerja demi mencapai kesejahteraan dan kemakmuran bersama.
Sega golong atau nasi kepal yang kemudian dibagikan Sultan kepada para kerabat dan Abdi Dalem dapat diartikan sebagai simbol membagiratakan kesejahteraan, dan harapan agar Abdi Dalem dapat terus menjalankan tugas dan pengabdian dengan tekad yang bulat demi kesejahteraan dan kemakmuran bersama.
sumber :https://kratonjogja.id/hari-besar-islam/14/upacara-bethak-dan-pisowanan-garebeg-mulud-dal
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |