Siapa yang tidak kenal dengan pertunjukan kuda lumping? Pertunjukan seni yang berasal dari Jawa Tengah ini merupakan tarian yang sangat populer di seluruh penjuru Indonesia, terutama masyarakat Jawa. Kuda Lumping juga merupakan pertunjukan untuk penyambutan tamu-tamu terhormat dan di acara-acara festival budaya di seluruh Indonesia. 

Seperti apa kesenian Kuda Lumping itu? Kesenian yang dapat disebut juga Jaran Kepang ini terdiri dari beberapa penari yang menunggangi kuda yang terbuat dari anyaman bambu, layaknya seperti prajurit yang sedang menunggangi kudanya. Walaupun pertunjukan ini merupakan bentuk tarian, Kuda Lumping mengandung hal-hal bebau magis dan sakral sehingga tidak jarang ada penari yang kesurupan. Tidak hanya unsur magis saja, tapi terdapat atraksi atau adegan yang berbahaya yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang sudah ahli, seperti memakan beling atau kaca, menyayati diri dengan golok, membakar diri, berjalan di atas kaca, dan lain sebagainya. Karena itu, terdapat dukun dan pawang yang melakukan suatu ritual berupa pemberian sesajen dan pembacaan doa supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Konon, Kuda Lumping tersebut menggambarkan tentang suatu pertempuran pada serial legenda Reog abad ke-8, namun pertunjukkan ini juga mendeskripsikan benuk perlawanan non-militer orang Indonesia melawan Belanda. Nilai moral yang dapat ditekankan oleh pertunjukan ini adalah jiwa kepahlawanan, selayaknya tindakan heroik prajurit di medan perang.

Kuda Lumping diiringi oleh musik gamelan seperti gendang, bende, gong, kenong, demun, dan kecek, dan kostum yang digunakan adalah pakaian prajurit dan berlengan panjang/pendek, rompi, atau tidak memakai baju, memakai celana pendek yang bermotif batik, dan kepala memakai mahkota atau blangkon. Gelang tangan dan kaki, keris, ikat pinggang, dan penutup dada juga digunakan sebagai aksesoris.

Demikianlah penjelasan singkat mengenai Kuda Lumping, semoga bermanfaat. 

#OSKMITB2018