Kreativitas tidak akan pernah berhenti. Meski usia TA Malik Budiman tidak bisa dibilang muda, ia tetap berusaha melahirkan karya-karya baru di bidang seni. Salah satu karyanya adalah Tari Ratoh Bruek atau Tari Batok Kelapa. Tarian ini berkembang di Kabupaten Bireuen dan ikut dipentaskan dalam Festival Seni Budaya Tradisi Bireuen yang diselenggarakan Dewan Kesenian Bireuen awal November 2018. Adalah TA Malik Budiman, lahir 1 Maret 1943, menemukan ide penciptaan tari tersebut berdasarkan tradisi persiapan pesta perkawinan. Tari Ratoh Bruek atau Tari Batok Kelapa. (SERAMBINEWS.COM/FIKAR W EDA) "Menjelang pesta kawin, para perempuan Bireuen menyiapkan segala sesuatunya dengan bergotong royong, seperti memarut kelapa, menyiapkan bumbu masakan dan sebagainya. "Aktivitas itulah yang saya angkat dalam bentuk tarian," kata TA Malil Budiman dalam percakapan dengan Serambinews.com, di Bireuen beberapa waktu lalu. Disebut...
Tari Ula-Ula Lembing merupakan tari tradisional Aceh yang berasal dari Aceh Tamiang. Tarian ini ditarikan oleh 12 orang atau lebih berputar-butar ke sekeliling panggung bagai ular. Tari Ula Ula Lembing harus dibawakan dengan penjiwaan yang lincah dan ceria. Tarian Ula-Ula Lembing ini merupakan paduan antara tari dan iringan lagu – lagu Aceh Tamiang, tari Ula – ula Lembing ini biasanya di tampilkan pada saat acara –acara pernikahan adat budaya Aceh Tamiang. Pada kesempatan kali ini, kita akan mengetahui lebih jauh mengenai tari ula-ula lembing yang mencerminkan dan memiliki nilai nilai dan norma – norma kehidupan yang berlaku dalam tata cara pergaulan masyarakat tertentu. 1. Sejarah dan Asal Usul Tari Ula-Ula Lembing Ula Ula Lembing adalah tarian pesisir pantai laut Tamiang. Berdasarkan sejarah atau asal usul tarian ula ula lembing ini berasal dari tekad seorang pemuda yang dengan berbagai cara menempuh berbagai cara untuk mendapatka...
ACEH TENGGARA merupakan daerah yang berada di pegunungan dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Wilayah tersebut kaya akan potensi alam. Dengan kondisi daerah yang berhawa sejuk, pertanian tumbuh subur di sana. Kelebihan itu mendukung warga setempat meramu kuliner yang lezat. Salah satu makanan Alas yang tak tertinggal di meja hidangan masyarakat Aceh Tenggara adalah ayam labar. Kuliner di lembah alas ini disebut menu sehat. Sebab, pembuatannya tanpa menggunakan minyak. Biasanya, setiap ada pesta perkawinan atau sunatan rasul, makanan ini tetap terhidang sebagai menu utama. Sebagian besar masyarakat alas menyakini, Ayam Labar mampu mengobati penyakit mimbar akibat gangguan jin, sehingga menjadi bagian budaya mereka. Pada Serambi Kuliner edisi Sabtu ini, Darnawati, penduduk Kompleks Guru, Pango Raya, Kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh, berbagi resep ayam labar kepada pembaca. DUA perempuan muda cekatan memotong ayam kampung muda. Masing-masing mengambil per ek...
B erbicara tentang sosok wanita Aceh, tentu kita bakal langsung ingat dengan tokoh-tokoh hebat macam Cut Nyak Dien sampai Laksamana Malahayati. Tidak mengherankan kenapa demikian, mengingat kiprah para tokoh ini luar biasa. Membahas tentang tokoh wanita Aceh tentu tidak hanya nama yang sudah disebutkan tadi, tapi masih ada beberapa lagi yang tak kalah fenomenal. Salah satunya adalah Putroe Neng. Tak banyak orang Indonesia yang tahu sosok ini, tapi di Aceh, nama seorang Putroe Neng jadi legenda. Ia diceritakan macam-macam, namun yang paling terkenal adalah kisahnya dan 99 suami yang semuanya tewas. Menurut cerita Neng memiliki semacam sihir dan racun sehingga bisa membuat semua suaminya tak bernyawa. Uniknya, semua pria ini meninggal dengan cara yang sama yakni terkena kelamin Neng. Versi lain dari cerita Putroe Neng adalah 99 pria itu merupakan musuh Aceh yang berhasil dibabat habis oleh si wanita tangguh itu. Namun, cerita yang paling kuat adalah legenda Putroe Neng yang...
Matahari merangkak naik di Desa Benua Raja, Kecamatan Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh, Senin (26/6/2017). Jam menunjukkan pukul 10.00 WIB. Lokasi istana itu di sisi kanan jalan lintas jalan Kuala Simpang – Rantau, Aceh Tamiang. Memasuki kompleks kerajaan Islam Melayu terbesar di Aceh Tamiang itu suasana tampak hening. Sebuah mobil sedan warna hijau terparkir di depan istana. Kompleks ini terdiri dari dua bangunan, yaitu bangunan utama istana dan pendopo kerajaan. Bangunan utama ini bergaya Belanda, dibangun dari beton dengan atap genting, khas tempo dulu. Persis di samping istana terdapat satu bangunan semi permanen. Di situlah pendopo. Di sana sang raja kerap memimpin pertemuan kenegaraan. “Misalnya bertemu panglima perang dan petinggi kerajaan, para datuk dan raja-raja kecil lainnya juga ketemu di pendopo dengan raja,” kata Tengku Muhammad David yang akrab disapa Iboy, cucu keturunan Raja Sulong, raja terakhir Kerajaan Benua Raja. Iboy, putra dari Tengk...
Alkisah pada zaman dahulu, di sebuah perguruan yang terletak di Desa Lhok Drien, Sawang, Aceh Utara, tinggallah seorang pemuda gagah nan pandai. Saking pandainya, semua ilmu yang diajarkan oleh gurunya, Teungku Di Lhok Drien dapat dikuasai olehnya dalam sekejap. Bersebab itulah, kemudian ia dijuluki Malem Muda yang bermakna “orang yang berilmu di usia muda/belia”. Hal ini membuat Malem Muda diangkat menjadi tangan kanan gurunya, Teungku Di Lhok Drien.Suatu hari, Malem Muda dipanggil oleh gurunya untuk menghadap. Maka datanglah Malem Muda ke hadapan gurunya sambil bertanya,” Ada apa gerangan Teungku memanggil saya?” “Wahai Malem Muda, aku hendak memberimu suatu tugas. Akan tetapi, sebelumnya engkau harus berjanji dulu kepadaku bahwa engkau akan mematuhi segala yang kukatakan,” titah Tgk. Di Lhok Drien sembari mengelus jenggotnya. “Siap Teungku,” sahut Malem Muda. “Pasti ini tugas istimewa,” batinnya. Kemudian...
Jeumpa zaman dahulu merupakan sebuah kerajaan, letaknya di Desa Blang Seupeung Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Bireuen. Di desa itu ditemukan makam Raja Jeumpa persisnya diatas bukit kecil di Dusun Tgk Keujruen. Tulisan ini merupakan rangkuman dari Ikhtisar Radja Jeumpa, yang di tulis oleh Ibrahim Abduh, mantan guru Sekolah Dasar (SD) Negeri 10 Bireuen. Tulisan itu ditulis pada 29 April 2004. Menurutnya dari dulu masyarakat di Biereun sering mendengar hikayat Raja Jeumpa. Kapan hikayat itu ada dan apa agama yang dianut olej raja tersebut, sampai kini masih menjadi tanda tanya. Malah ada yang menyebutkan hikayat raja Jeumpa hanya legenda atau tambo belaka. Benar atau tidak sampai kini masih jadi tanda tanya. Namun dari penelusuran dan bukti-bukti yang pernah ditemukan, banyak pihak meyakini raja Jeumpa dan kerajaannya memang benar-benar pernah ada. Secara geografis, kerajaan Jeumpa terletak di daerah...
INI bukanlah teluk. Bukan pula kuala. Tapi ini adalah hamparan samudra biru, nun jauh sampai ke kaki langit. Bagaimanapun, ini adalah cerita tentang alam. Coba dengar suara itu. Debuuurr...debuuuuurrr...bagai bahana guruh yang melanda jauh ke langit. Padahal, itu adalah suara gelombang samudra yang terempas di bibir pantai. Lantas, kisah tentang alam tersebut rangkai merangkai antara kenyataan yang gamblang, dengan legenda lama yang penuh misteri. Tapi, entahlah itu semua. Yang tampak sekarang adalah gelombang besar mengempas-empas ke bukit batu. Lokasinya, Desa Lubuk Baik, Kecamatan Alafan, Kabupaten Simeulue. Inilah dia sebuah pantai, kawasan wisata Batu Si Ambung-ambung yang menawarkan pesona. Berada di tempat ini, pertama-tama terlihat bukit batu menjorok ke laut. Lalu kaki bukit itu, layiknya anjungan kapal besar menyatu dengan hamparan batu semirip geladak kapal. Ini belum selesai. Hamparan geladak itu yang panjangnya, taruhlah sekitar 40-50 meter, rasanya seibar...
Upacara Menjangke Rambut budak merupakan sebuah ritual yang dilakukan oleh masyarakat Tamiang untuk melakukan potong rambut pada anak bayi. Biasanya upacara ini dilakukan beriringan dengan mengayun bayi. Proses mengayun bayi dilakukan diayunan yang terbuat dari 7, 5 atau 3 helai kain panjang. Ayunan digantungkan ditengah ruangan, yaitu ditengah-tengah para tamu dan kelompok marhaban. Bayi dibaringkan di dalam ayunan dan marhaban pun dimulai sambil mengayun bayi secara perlahan-lahan penuh khidmat. Pada saat kelompok marhaban mulai berdiri, bayi diangkat dari ayunan oleh salah seorang anggota keluarga yang ditunjuk oleh ayah si bayi. Anggota keluarga tadi dengan didampingi oleh seorang pengapit yang membawa talam berisikan ketan (pulut) kuning, seperangkat tepung tawar, kelapa muda betebuk ukiran dan kelapa tumbuh, pisau lipat serta gunting, berjalan sambil membawa bayi mengelilingi orang ramai. Tuan guru atau imam mulai mencukur rambut bayi, sekurang-kurangnya 7 orang secara bergilira...