Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
cerita rakyat Aceh Aceh
Kisah Murid Durhaka Dari Sawang Aceh Utara di Provinsi Aceh
- 5 Januari 2019

Alkisah pada zaman dahulu, di sebuah perguruan yang terletak di Desa Lhok Drien, Sawang, Aceh Utara, tinggallah seorang pemuda gagah nan pandai. Saking pandainya, semua ilmu yang diajarkan oleh gurunya, Teungku Di Lhok Drien dapat dikuasai olehnya dalam sekejap.

Bersebab itulah, kemudian ia dijuluki Malem Muda yang bermakna “orang yang berilmu di usia muda/belia”. Hal ini membuat Malem Muda diangkat menjadi tangan kanan gurunya, Teungku Di Lhok Drien.Suatu hari, Malem Muda dipanggil oleh gurunya untuk menghadap. Maka datanglah Malem Muda ke hadapan gurunya sambil bertanya,” Ada apa gerangan Teungku memanggil saya?”

“Wahai Malem Muda, aku hendak memberimu suatu tugas. Akan tetapi, sebelumnya engkau harus berjanji dulu kepadaku bahwa engkau akan mematuhi segala yang kukatakan,” titah Tgk. Di Lhok Drien sembari mengelus jenggotnya.

“Siap Teungku,” sahut Malem Muda. “Pasti ini tugas istimewa,” batinnya.

Kemudian Teungku Di Lhok Drien mengeluarkan sebuah buku tebal dari penyimpanan rahasianya lalu berbisik pada Malem Muda.

“Ini, Kitab ini milik sahabatku yang tinggal di desa seberang sungai, kuperintahkan padamu untuk membawa kembali Kitab ini kepada pemiliknya. Tapi jangan pernah kau buka ia, apalagi membacanya. Ingat, sekali lagi kularang engkau untuk membukanya, apalagi membacanya.”

Perjalananmu ke sana akan butuh waktu satu hari, maka dalam dua hari kemudian engkau harus kembali lagi kesini untuk melaporkan dirimu. Apa aku bisa mengandalkanmu, Malem?”

“Tentu Teungku,” jawab Malem Muda.

Singkat cerita pergilah Malem Muda mengantarkan Kitab pusaka ke desa seberang sungai. Pada mulanya, Malem Muda berjalan santai mengingat tidak perlu buru-buru karena waktunya masih banyak. Akan tetapi, ketika perjalanan sudah setengah jalan, Malem Muda berpikir, “Mengapa Kitab ini tidak boleh dibuka? Pasti ada sesuatu.

Mungkin Teungku tidak bisa memberi tahuku bahwa Kitab ini Kitab bertuah, penuh dengan ilmu tinggi, bisa-bisa nanti aku bisa menyainginya,”

Maka muncullah pikiran untuk melanggar janjinya kepada gurunya. Dan berhentilah Malem Muda di sebuah huma di tengah persawahan. Kemudian ia membuka Kitab yang diamanahkan gurunya padanya. Benarlah, ternyata isi kitab tersebut adalah ilmu tingkat tinggi yang belum pernah dipelajari Malem.

Disana termuat ilmu tentang bagaimana mengubah diri menjadi hewan dan tumbuhan. Juga termuat ilmu yang dapat membuat pemiliknya mampu mengubah orang-orang menjadi patung batu, hingga menciptakan nyawa kedua. Malem pun membaca Kitab tersebut lalu mempelajarinya dengan cepat, hingga tak banyak menghabiskan waktu perjalanannya.

Setelah itu Malem kembali berangkat. Langkahnya semakin cepat, dan berkat ilmu barunya, ia bisa melakukan perjalanan yang jauh dalam waktu yang singkat. Sampailah ia ke desa seberang sungai. Setelah berbasa basi sejenak, Malem Muda segera menjelaskan maksud kedatangannya dan menyampaikan amanah Teungku Lhok Drien.

Sesuai dengan kesepakatan, keesokan harinya Malem Muda Kembali ke Lhok Drien tanpa halangan.
Adalah gurunya yang sakti, Teungku Di Lhok Drien mengetahui dengan mata batinnya bahwa Kitab yang diamanahkan untuk dikembalikan oleh Malem telah dibuka dan dibaca dalam perjalanan oleh Si Malem.

Akan tetapi, Teungku Lhok Drien yang bijak tak mengatakan apa-apa pada Malem. Ia hanya melihat dan memantau gerak-gerik muridnya itu dari jauh.

Adapun Istri Teungku Lhok Drien adalah seorang yang masih muda dan jelita. Kecantikannya membuat Malem Muda terpesona. Karena dimabuk cinta, Malem Muda menggunakan ilmu baru yang diperoleh tanpa seizin gurunya untuk hal-hal tercela.

Terkadang ia merupakan diri menjadi sebatang pohon pisang di samping sumur hingga dengan bebasnya mengintip istri Teungku Lhok Drien saat mandi.

Terkadang pula ia menjelma sebagai kucing yang mondar-mandir di dapur Teungku Lhok Drien sambil sesekali mengeluskan diri pada kaki istri Teungkunya. Teungku Lhok Drien tahu, hanya saja ia menunggu waktu yang tepat untuk menangkap Malem. Sepertinya Malem sudah dibutakan oleh ilmu dan kekuatannya.

Hingga datanglah waktu yang tepat. Saat itu Malem Muda sedang menjelma menjadi pohon pisang. Maka datanglah Teungku Lhok Drien membawa parang sambil berkata,” Sudah semenjak dulu pohon pisang ini tumbuh, tapi tak pernah berbuah. Ada baiknya kutebang saja.” Ia pun mengayunkan parangnya.

Malem Muda kalap, ia segera merubah dirinya menjadi kucing, dan lari tunggang langgang, tak pernah kembali. Sementara Teungku Lhok Drien merasa hidupnya sudah tidak aman dan dipenuhi rasa kesal terhadap Malem. Ia pun mengutuk Malem Muda sebagai murid durhaka. Lalu pergi bersama istrinya membelah sungai dan terjun ke dalamnya. Tak pernah kembali.

Sementara Malem Muda menjadi seorang murid durhaka. Julukannya berubah menjadi Jugi, dan ia pergi bertapa untuk beberapa lama.Malem Muda semenjak durhaka terhadap gurunya berubah menjadi orang yang sangat buruk perangainya. Hingga akhirnya orang memanggilnya Jugi yang bermakna orang yang durhaka terhadap guru.

Setelah insiden Teungku Lhok Drien yang hendak memarang dirinya, Jugi lari ke hutan. Ia memutuskan untuk bertapa selama beberapa lama untuk memantapkan ilmunya. Maka disebutlah oleh orang-orang namanya Jugi Tapa.

Alkisah setelah beberapa tahun lamanya, Jugi Tapa menjadi seorang yang sangat kuat. Ia kemudian keluar dari hutan dan mendirikan sebuah kerajaan. Ia memerintah dengan semena-mena. Barangsiapa yang tidak tunduk padanya akan dijadikan patung batu. Maka tak heran, hanya dalam masa singkat, kerajaannya menjadi salah satu kerajaan besar yang kuat.

Selain terkenal dengan memiliki banyak pasukan, Jugi Tapa juga dikenal memiliki banyak istri. Dan pada saat itu, istrinya berjumlah 99 istri, dan Jugi Tapa hendak menggenapkannya menjadi 100.

Sementara itu, tak jauh dari kerajaan Jugi Tapa, ada sebuah kerajaan besar bertempat di Kuala Dua, di daerah Krueng Mane. Kerajaan Kuala Dua ini terkenal dengan pasukan elitnya yang memiliki kendaraan kuda terbang. Raja Banta, raja Kuala Dua memiliki seorang istri cantik yang baru melahirkan. Nama istrinya adalah Nyak Ni dan nama anaknya yang baru lahir Banta Muda.

Alkisah pada suatu hari, Nyak Ni ingin makan daging rusa. Maka pergilah Raja Banta untuk berburu rusa ke hutan. Ia membawa serta pasukannya dan kuda terbang paling baik yang ia miliki, seekor kuda terbang betina beranak satu.

Jugi Tapa sudah mengetahui sejak lama bahwa di kerajaan Kuala Dua ada permaisuri yang sangat cantik. Ia berniat untuk mengambilnya menjadi istri yang ke-seratus. Maka ketika mengetahui Raja Banta sedang berburu, pergilah Jugi Tapa menculik permaisuri Raja Banta, Nyak Ni.

Nyak Ni tak berdaya ketika tubuhnya diboyong oleh Jugi. Namun, sebelum dirinya diculik, ia sempat meninggalkan cincinnya di ayunan anaknya yang masih bayi, Banta Muda. Dengan berurai air mata ia berharap, semoga suatu saat Banta Muda akan mencarinya.

Nyak Ni kemudian disembunyikan oleh Jugi Tapa di suatu daerah. Daerah tersebut kemudian dinamakan Nisam. Nisam pada dasarnya berasal dari kata Ni dan Som, yang berarti Nyak Ni dan sembunyi, bermaksud tempat Nyak Ni disembunyikan.

Adapun Raja Banta ketika pulang dari berburu, mendapati istrinya telah diculik, merasa berang luar biasa. Segera ia menaiki kuda terbangnya dan menuju ke kerajaan Jugi Tapa. Jugi Tapa sudah menduga bahwa ia akan diserang, maka ia pun menyiapkan diri. Sebelum Raja Banta sampai ke Kerajaan Jugi Tapa, ia dicegat oleh Jugi, kemudian kedua berkelahi.

Pada akhirnya, Jugi Tapa mengubah Raja Banta menjadi batu, hingga Raja Banta dan kuda terbangnya jatuh, menimpa pohon, dan kaki kudanya tersangkut di dahan pohon. Tempat kejadian peristiwa itu dinamakanlah Sawang, yang berasal dari kata “sawak” yang bermakna tersangkut.

Maka tinggallah Banta Muda sebatang kara. Diasuh oleh dayang-dayang dan bertemankan anak kuda terbang. Hingga kemudian ia dewasa, ia pun menelusuri kisah ibu dan ayahnya. Ia berniat membunuh Jugi Tapa. Maka pergilah ia mencari informasi tentang Jugi Tapa, kesaktiannya dan kelemahannya.

Hingga suatu hari, Banta Muda menemukan rahasia kelemahan Jugi Tapa. Ternyata Jugi Tapa meninggalkan nyawanya pada seekor burung beo yang berdiam di atas sebatang pohon di rawa-rawa yang dikelilingi lumpur panas. Melewati lumpur itu sama saja dengan membunuh diri, sementara hawa panas dari lumpur membuat kuda tak bisa terbang di atasnya.

Banta Muda kemudian mencari cara agar bisa membunuh burung tersebut. Dan akhirnya ia menemukan caranya. Memanah. Tapi memanah sejauh itu bukan perkara yang mudah. Banta Muda harus bekerja keras latihan memanah.

Pada akhirnya, Banta Muda berhasil memanah burung beo tersebut. Bersamaan dengan matinya burung beo itu, tamatlah hidup Jugi Tapa. Tamatlah kerajaannya dan Banta Muda pun bersatu kembali dengan ibunya.

Sumber : https://bacaberita96.com/2018/06/18/kisah-legenda-jugi-tapa-si-murid-durhaka-dari-sawang-aceh-utara/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya
Gambar Entri
Prajurit Pemanah Kasultanan Kasepuhan Cirebon Di Festival Keraton Nusantara
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
Kirab agung milad ke 215 kesultanan kacirebonan
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
PANURUNG: Pasukan Pengawal Keraton Sumedang Larang
Senjata dan Alat Perang Senjata dan Alat Perang
Jawa Barat

Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU