|
|
|
|
Istana Raja Seruway Tanggal 05 Jan 2019 oleh Roro . |
Matahari merangkak naik di Desa Benua Raja, Kecamatan Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh, Senin (26/6/2017). Jam menunjukkan pukul 10.00 WIB. Lokasi istana itu di sisi kanan jalan lintas jalan Kuala Simpang – Rantau, Aceh Tamiang. Memasuki kompleks kerajaan Islam Melayu terbesar di Aceh Tamiang itu suasana tampak hening. Sebuah mobil sedan warna hijau terparkir di depan istana. Kompleks ini terdiri dari dua bangunan, yaitu bangunan utama istana dan pendopo kerajaan. Bangunan utama ini bergaya Belanda, dibangun dari beton dengan atap genting, khas tempo dulu. Persis di samping istana terdapat satu bangunan semi permanen. Di situlah pendopo. Di sana sang raja kerap memimpin pertemuan kenegaraan. “Misalnya bertemu panglima perang dan petinggi kerajaan, para datuk dan raja-raja kecil lainnya juga ketemu di pendopo dengan raja,” kata Tengku Muhammad David yang akrab disapa Iboy, cucu keturunan Raja Sulong, raja terakhir Kerajaan Benua Raja.
Iboy, putra dari Tengku Mustafa Kamal akrab disapa Tengku Ipang. Sedangkan Tengku Ipang merupakan putra keenam Raja Sulong, pewaris tahta terakhir kerajaan itu. Sedangkan Raja Sulong, menurut Iboy, adalah raja ke-13 kerajaan itu yang berkuasa sejak 1933-1945. Dalam literatur lain disebutkan Raja Sulong merupakan raja ke-17 pada silsilah kerajaan itu. Sedangkan bangunan utama kerajaan terdiri dari enam kamar.
Di sini, tempo dulu, sambung Iboy, letak singgasana dan lain sebagainya. Di sinilah tamu kerajaan ditemui. “Istana sekarang ditempati oleh sepupu saya. Orangnya sedang pergi,” katanya.
Begitu juga dengan pendopo ditempati oleh keluarga lainnya. Cucu raja ini membangun rumah persis di sisi kanan bangunan kerajaan. Bagian belakang istana terdapat dapur dan sejumlah kamar kecil. “Itu bangunan untuk pembantu kerajaan,” terangnya. Pada sisi kanan kerajaan terdapat kompleks kandang kuda raja. Sedangkan di sudut belakang terdapat kolam kecil yang konon, menurut Iboy, lokasi pemeliharaan buaya putih kesayangan raja. Peninggalan Istana Menurut Iboy dokumen kerajaan tersebar di sejumlah keluarga kerajaan. Sedangkan baju kebesaran raja, stempel kerajaan dikenal dengan sebutan cap sikureung, pisau tumbok lada (senjata kebanggaan kerajaan) dan tongkat raja dipegang oleh Iboy. “Saya yang simpan kalau capnya (stempel) kerajaan. Sebelum ayah saya meninggal 2007 lalu, itu diberikan ke saya. Sekarang saya yang simpan,” katanya. Dia menjelaskan sejauh ini tidak ada perhatian Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang untuk destinasi wisata sejarah itu. Bagian depan tertulis papan nama yang dibangun oleh Dinas Pariwisata Provinsi Aceh tahun 2007. “Sejauh ini belum ada perhatian dari pemerintah. Lihat itu genteng istana, bocor dan kami tempel sendiri,” katanya. Lokasi makam Raja Sulong berada di Desa Bukit Tempurung, Kota Kuala Simpang, sekitar lima kilometer dari kompleks istana. “Itu makam juga berada di tanah keluarga. Juga dikelola oleh keluarga, belum ada perhatinnya pemerintah kita ini,” ujarnya sambil tersenyum. Sekali waktu, sambung Iboy, sejumlah guru dan murid sekolah dasar berkunjung ke istana itu. Sedangkan kunjungan lainnya relatif sepi.
Sumber : https://travel.kompas.com/read/2017/06/27/080400527/berlebaran.di.benua.raja.istana.islam.melayu.terbesar.di.aceh.tamiang
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |