Jika anda sedang berkunjung didaerah Kotagede Yogyakarta terdapat bermacam-macam kuliner khas setempat yang layak anda coba. Salah satunya adalah sebuah jajanan tradisional yang memiliki nama yang unik yaitu Legondo(Legondho), dimana kue ini terbuat dari beras ketan kemudian dibentuk dan diisi dengan buah pisang raja. Salah satu sumber menyebutkan jika kuliner ini sering dibuat untuk acara khusus yaitu untuk hantaran pernikahan oleh masyarakat didaerah tersebut, selain itu jika dikaji dari asal muasalnya konon kabarnya jika nama Legondho sendiri berasal dari kata leganing kondho yang merupakan bahasa Jawa dan jika diartikan adalah enaknya omongan. Jika dilihat dari kemasannya kue tradisional ini juga menarik yaitu berupa daun pisang yang diikat oleh tali yang terbuat dari bambu, sehingga tentu saja akan t...
Tiwul merupakan makanan dari masyarakat Pacitan Gining Kidul. Dengan bahan dasar Gaplek atau Singkong kering yang diolah kemudian diberi taburan kelapa parut. Tiwul ini merupakan makanan pokok masyarakat Gunung Kidul. Tetapi kandungan kalori pada tiwul lebih rendah daripada di nasi. Syarat tersebut sudah memenuhi sebagai makanan pokok. Adapun cara membuat tiwul ini adalah : Bahan : 350 gram singkong (yang sudah dikupas kulitnya lalu jemur kurang lebih 3-4 hari) 1 gelas air matang 150 gram gula merah (sisir halus) 200 gram kelapa parut 2 lembar daun pandan 1 tangkai daun pisang Garam secukupnya Cara membuat : Mula-mula tumbuk kasar singkong yang sudah kering sambil dipercik-percikkan air, biasanya kebanyakan orang menyebut singkong kering ini gaplek. Tumbuk hingga membentuk butiran-butiran kecil Selanjutnya gaplek yang telah ditumbuk tadi beri tambah...
asyarakat Indonesia masih menjunjung tinggi adat-istiadat serta budaya warisan leluhur, sebut saja masih diadakannya acar-acara kenduri atau selametan, tedak siten untuk batita, upacara tujuh bulanan, kirap, sekaten, larung, dan lain sebagainya. Dan acara-acara tradisi tersebut biasanya dilengkapi dengan beberapa makanan tradisional yang disuguhkan bahkan menjadi suatu hal yang wajib untuk dilakukan. ambil contoh saja nasi kuning. Siapa tak pernah dengar nama olahan nasi yang satu ini, bahkan acara ulang tahun saja ada yang menggunakan nasi kuning sebagai masakan utama yang disajikan kepada orang yang berulang tahun dan kemudian untuk dibagikan kepada sanak saudara. Nasi kuning yang berbentuk kerucut bak gunung yang biasa disebut...
Gudeg (bahasa Jawa gudheg) adalah makanan khas Yogyakarta dan Jawa Tengah yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan. Perlu waktu berjam-jam untuk membuat masakan ini. Warna coklat biasanya dihasilkan oleh daun jati yang dimasak bersamaan. Gudeg dimakan dengan nasi dan disajikan dengan kuah santan kental (areh), ayam kampung, telur, tahu dan sambal goreng krecek. Ada berbagai varian gudeg, antara lain: Gudeg kering , yaitu gudeg yang disajikan dengan areh kental, jauh lebih kental daripada santan pada masakan padang. Gudeg basah , yaitu gudeg yang disajikan dengan areh encer. Gudeg Solo , yaitu gudeg yang arehnya berwarna putih. Nah Resep gudeg kali ini adalah Gudeg kering dari yogya. Resep Gudeg Jogja Bahan-bahan: 1/2 buah nangka muda (gori) (Jawa: Tewel)...
Sejarah Sekaten Pada tahun 1939 Caka atau 1477 M, Raden Patah selaku Adipati Kabupaten Demak Bintoro, dengan dukungan para Wali membangun Masjid Agung Demak sebagai tempat ibadah dan tempat bermusyawarah para wali. Salah satu hasil musyawarah para wali dalam rangka meningkatkan syiar Islam,selama 7 hari menjelang peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW,diadakan kegiatan syiar Islam secara terus menerus. Supaya menarik pengunjung,dibunyikan 2 perangkat gamelan ciptaan Sunan Giri, dengan membawa gendhing-gendhing tertentu ciptaan para wali,terutama Sunan Kalijaga. Para pengunjung yang menyatakan ingin “ngrasuk” agama Islam setelah mengikuti kegiatan syiar agama Islam tersebut dituntun untuk mengucapkan 2 kalimat syahadat (syahadatain). Dari kata syahadatain yang berarti dua kalimat syahadat itulah menjadi SEKATEN akibat perubahan pengucapan, sebagai istilah ya...
Tapa Bisu Mubeng Beteng bagi warga Yogyakarta adalah sebuah peristiwa penting yang dilaksanakan setiap malam 1 Muharram atau malam 1 Suro, sebuah tradisi tahunan mengelilingi benteng (Mubeng Beteng) yang dilakukan sebagai salah satu ritual yang rutin digelar oleh Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan diikuti oleh ratusan warga Yogyakarta dengan mengelilingi benteng-benteng Keraton. Meskipun berlangsung di sekitar Keraton, secara resmi sebenarnya pihak Keraton tidak melakukan ritual tersebut. Kegiatan itu hanya dilakukan para Abdi Dalem Keprajan dan Punokawan yang mengabdi di Keraton. Ketika menjalani ritual tersebut seluruh Abdi Dalem mengenakan busana adat Jawa peranakan warna biru tua tanpa membawa keris dan tidak beralaskan kaki dengan membawa sejumlah bendera atau panji. Selama menjalani ritual mereka memanjatkan doa memohon keselamatan lahir dan batin serta kesejahteraan bagi diri pribadi, keluarga, bangsa, dan negara. Ritual Mubeng Beteng dilakukan dengan berbagai...
Krumpyung adalah salah satu bentuk teater rakyat yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kesenian yang berupa drama tari topeng ini bersifat humor yang menceritakan tentang kehidupan masyarakat sekitar. Nama Krumpyung diambil dari suara iringannya yang terdiri dari angklung, terbang, keprak, kentongan dan kendang yang apabila digerakkan secara bersamaan akan menimbulkan efek bunyi “kemrumpyung”. Kesenian krumpyung lahir pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwana VII. Konon, di masa itu antarseniman saling bersaing untuk menciptakan sebuah kesenian baru agar lebih digemari penonton. Dari persaingan itu lahirlah suatu kesenian yang disebut sebagai “krumpyung”. Waktu itu adalah salah seorang seniman (seorang dalang wayang kulit) berasal dari Desa Keyongan, Bantul yang bernama Ki Residana atau terkenal dengan nama Mbah Sompil. Beliau termasuk orang yang kreatif. Dengan kekreatifannya itulah kemudian menciptakan suatu pertunjukan topeng yang b...
Tahun 1942 adalah masa awal penjajahan "saudara tua," Jepang cebol kepalang yang hanya seumur jagung. Masyarakat Indonesia mulai dari kota besar sampai di pelosok-pelosok desa terpencil mengalami penderitaan yang luar biasa beratnya. Kemerdekaan mereka semakin terampas, kurang sandang, kurang pangan, dan yang lebih menyedihkan lagi wabah penyakit melanda di mana-mana. Menurut cerita yang berkembang dari mulut ke mulut, kesusahan luar biasa digambarkan dengan makan bonggol pisang dan pakaian karung goni. Kalau ada di antara penduduk yang meninggal kain kafannya terbuat dari tikar atau sama sekali tidak dikafani secara layak. Untuk merefleksikan keadaan yang sangat menyedihkan itu, masyarakat pedesaan di kawasan Gunung Kuncir, Perbukitan Menoreh, bilangan Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta menciptakan sebuah bentuk kesenian yang disebut Kethoprak Lesung. Kethoprak yang menggunakan lesung (perangkat penumbuk padi) sebagai tetabuhan pengganti gendhing yang biasa digu...
Naskah asli Babad Nitik tersimpan di Perpustakaan (Widyabudaya) keraton Yogyakarta. Babad ini ditulis di atas kertas berukuran folio, dengan tinda hitam, berhuruf Jawa dengan bahasa Jawa Bercampur Kawi, digubah dalam bentuk tembang macapat. Penulisnya tidak diketahui, tetapi diterangkan bahwa ditulis atas perintah Sultan Hamengku Buwono VII. Waktu penulisannya disebutkan dengan Sengkalan “Resi nembah ngesthi tunggal” (1867 Jw/1936 M). Babad Nitik (Sultan Agung) yang seluruhnya terdiri dari tiga puluh lima pupuh tembang itu berisikan pengalaman Sultan Agung sejak masih menjadi putera mahkota, pelantikannya sebagai Sultan dan masa pemerintahannya yang berpusat di keraton Kerto. Diceritakan bahwa sewaktu masih menjadi putera mahkota, beliau mengadakan perjalanan ke seluruh Jawa, Asia Tenggara, Timur Tengah, bahkan ke dasar laut dan alam kedewataan. Semua perjalanan itu dilaksanakan secara gaib. Seperti kita ketahui pada zaman dahulu...