Waktu itu adalah salah seorang seniman (seorang dalang wayang kulit) berasal dari Desa Keyongan, Bantul yang bernama Ki Residana atau terkenal dengan nama Mbah Sompil. Beliau termasuk orang yang kreatif. Dengan kekreatifannya itulah kemudian menciptakan suatu pertunjukan topeng yang bersifat gecul (humor) yang kemudian disebut krumpyung. Pada mulanya, krumpyung menggunakan topeng yang menggambarkan karakter orang-orang pedesaan yang berwajah wajah lucu dengan para pemainnya yang hanya laki-laki saja, baik untuk peran laki-laki maupun perempuan. Oleh karena yang menciptakan adalah seorang dalang, maka pendukungnya pada mulanya para dalang. Di dalam kehidupan masyarakat, dalang dipandang sebagai orang yang mempunyai kemampuan dalam bidang penyuluhan masyarakat. Sekarang para pendukung krumpyung bukan mutlak para dalang, tetapi juga para seniman lain, sehingga dalam perkembangan selanjutnya krumpyung menjadi pertunjukan hiburan yang bentuknya mendekati ketoprak lesung yang menceriterakan kehidupan sehari-hari masyarakat pedesaan seperti: pemilihan kepala desa, gotong-royong, dan kerja bakti.
Pertunjukan krumpyung diawali dengan introduksi, yaitu menampilkan seluruh pemain ke arena pentas dengan iringan musik dan para penari. Dahulu para pemainnya menggunakan topeng sebagai penutup wajah. Namun, saat ini penggunaan topeng sudah tidak dilakukan lagi, sehingga karakter pemain bisa langsung tampak dalam membawakan suatu peran.
Setelah introduksi selesai, maka pertunjukan selanjutnya adalah isi dari cerita yang akan dipergelarkan. Dalam babak ini para pemain akan berdialog dan menari diiringi oleh iringan musik. Saat berdialog tidak hanya dilakukan oleh pemeran lakon dan penari saja, melainkan juga oleh penabuh instrumen, sehingga suasana pertunjukan lebih meriah karena diselingi dengan humor-humor segar yang biasa dipakai oleh para dalang dalam pertunjukan wayang kulit.
Tarian krumpyung biasanya menggunakan gerakan-gerakan sederhana dan spontan namun berpola seperti gerak dalam ketoprak lesung. Gerak tarinya sederhana dan bersifat ritmis. Gerkan-gerakan itu antara lain: tregelan, tepukan tangan, sirik, berjalan, dan kicat (untuk penari perempuan).
Peralatan musik yang digunakan untuk mengiring drama tari krumpyung diantaranya:
Sumber:
Tim Koordinasi Siaran Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1992. Aneka Ragam Khasanah Budaya Nusantara IV. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
http://www.kulonprogo.go.id/
http://www.tempointeraktif.com/
http://www.indosiar.com/
http://angklung-web-institute.com/