×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Seni Pertunjukan

Elemen Budaya

Seni Pertunjukan

Provinsi

DI Jogjakarta

Asal Daerah

Kulon Progo

Kethoprak Tungklik

Tanggal 16 Apr 2016 oleh Ressy vemialita.

Tahun 1942 adalah masa awal penjajahan "saudara tua," Jepang cebol kepalang yang hanya seumur jagung. Masyarakat Indonesia mulai dari kota besar sampai di pelosok-pelosok desa terpencil mengalami penderitaan yang luar biasa beratnya. Kemerdekaan mereka semakin terampas, kurang sandang, kurang pangan, dan yang lebih menyedihkan lagi wabah penyakit melanda di mana-mana.

Menurut cerita yang berkembang dari mulut ke mulut, kesusahan luar biasa digambarkan dengan makan bonggol pisang dan pakaian karung goni. Kalau ada di antara penduduk yang meninggal kain kafannya terbuat dari tikar atau sama sekali tidak dikafani secara layak.

Untuk merefleksikan keadaan yang sangat menyedihkan itu, masyarakat pedesaan di kawasan Gunung Kuncir, Perbukitan Menoreh, bilangan Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta menciptakan sebuah bentuk kesenian yang disebut Kethoprak Lesung. Kethoprak yang menggunakan lesung (perangkat penumbuk padi) sebagai tetabuhan pengganti gendhing yang biasa digunakan dalam kesenian rakyat.

Seperti halnya teater tradisional lainnya, Kethoprak Lesung inipun mengembangkan unsur-unsur cerita, nyanyi dan lawak yang disampaikan secara bersamaan antara satu sama lainnya. Sedang musik pengiring menggunakan gegojekan lesung sehingga diambillah nama lesung untuk membedakan dengan kesenian tradisional konvensional.

Setelah mengalami masa keemasan yang cukup panjang, Kethoprak Lesung mulai mengalami masa penurunan, hal ini terjadi pada awal dasawarsa tahun 1960-an. Untuk mempertahankan keberadaan Kethoprak Lesung ini masyarakat pendukungnya telah melakukan berbagai upaya, antara lain: pada tahun 1960-an, mereka mencampur alat musiknya dengan gamelan besi, terbang (1970-an), gambang kayu (1960-an), angklung Jathilan (1980-an akhir) dan gambang bambu (1990-an).

Pada tahun 1999 mereka mulai melengkapi peralatan musiknya dengan gamelan bambu. Pada tahun ini pula Lephen seorang pekerja seni yang memiliki kepedulian luar biasa terhadap seni tradisi menamakan Kethoprak Lesung dari Gunung Kucir itu dengan sebutan Kethoprak Thung-Klik.

Kata Thungklik itu sendiri sebenarnya berasal dari Thung dan Klik, yaitu bunyi atau suara yang dihasilkan alat musik yang ditabuh para Niyaga, selanjutnya, seorang pinisepuh desa tokoh utama penjaga tradisi di Gunung Kucir, Mbah Atmoiyono (1919), memberi arti bahwa Thung adalah besar dan menggambarkan laki-laki, sedangkan Klik berarti kecil dan menggambarkan sosok perempuan.

Secara umum Kethoprak Thung-klik tidaklah jauh berbeda dengan Kethoprak-kethoprak lainnya, artinya sama-sama berunsurkan tari, musik, lakon, nyanyian, dan lawakan yang disampaikan secara seimbang dan tak terpisahkan. Yang agak unik adalah seperangkat gamelan bambu dan lesung yang ditata di atas pentas, sekaligus berfungsi sebagai back ground pertunjukan.

Bahasa yang disampaikan para pemain adalah bahasa Jawa sehari-hari, terkadang diselingi humor-humor ringan yang "menyerempet-nyerempet" bahaya. Rias dan busana pun ada upaya untuk mendekati setting cerita (waktu, tempat kejadian), meskipun tidak terlalu ketat dan serba mutlak.

Upaya menarik animo dan perhatian penonton melalui adegan-adegan spektakuler (istilah teknisnya specktackle) dilakukan dengan menampilkan berbagai binatang dan genderuwo, bahkan mereka juga berani menampilkan ayam sungguhan dan adegan-adegan perkelahian yang cukup memikat.

Kethoprak Tung-klik umumnya memainkan cerita mengenai kehidupan masyarakat desa sehari-hari dan legenda raja-raja Jawa. Di samping sebagai hiburan setelah penat bekerja di siang hari, Kethoprak Tung-klik juga berfungsi sebagai media ritual masyarakat pendukungnya. Ia sering ditampilkan dalam upacara ritual seperti tolak bala, sedekah bumi, memenuhi nazar/haul, dan sebagainya.

Salah satu upacara ritual yang paling penting dalam tradisi masyarakat Gunung Kucir, Menoreh, Kulon Progo adalah Baritan. Kata baritan sendiri berasal dari kata bar-rit-ritan, yang berarti usai (bubar) menuai padi. Usai panen padi, masyarakat setempat melakukan upacara tasyakuran dengan berkumpul bersama kenduri dan menyiapkan berbagai panganan lengkap dengan ingkung, ayam panggang.

Di beberapa tempat di sekitar Kulon Progo ditandai dengan upacara yang malam harinya disemarakkan dengan pertunjukan wayang kulit semalam suntuk. Masyarakat memberi apresiasi antusias dengan berbagai kegiatan yang menyertainya. Dengan demikian bergantian di sejumlah dusun, berturut-turut menggelar serangkaian pertunjukan wayang kulit dan berbagai bentuk kesenian rakyat.



Sumber: www.hupelita.com

DISKUSI


TERBARU


Pertunjukan Man...

Oleh Bukantokohpublik24 | 15 Sep 2024.
Seni Budaya

Debus merupakan salah satu kesenian tradisional yang terdapat di Provinsi Banten. Pada awalnya, debus berfungsi sebagai sarana untuk menyebarkan aj...

Budaya Begalan...

Oleh Aniasalsabila | 12 Sep 2024.
Budaya Begalan

Budaya Begalan merupakan salah satu tradisi adat yang masih dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat di wilayah Banyumas, termasuk di Kabupaten Cilaca...

Seni Pertunjuka...

Oleh Radhityamahdy | 02 Sep 2024.
budaya

Seni pertunjukan wayang kulit merupakan salah satu bentuk teater tradisional yang kaya akan nilai budaya dan artistik. Berakar dari kebudayaan Jawa,...

Ting-Ting Tempe

Oleh Deni Andrian | 29 Aug 2024.
Camilan

Bahan-bahan : 250 gram Tempe 150 gram gula pasir 1 sdt margarin 1 sdt sprinkles untuk topping (optional) Cara Membuat: Potong2 tempe dgn ukur...

Bebantan laman

Oleh . | 24 Aug 2024.
Ritual adat

Bebantan Laman adalah upacara memberi sesajian untuk pelindung kampung yaitu Tuhan Sang Hyang Duwata beserta para manifestasinya. Upacara Bebantan da...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...