Adonan I ( Aduk Rata) 1. 700 gram singkong, parut 2. 175 gram gula merah, sisir halus 3. 30 gram gula pasir 4. 200 ml santan dari 1/2 butir kelapa 5. 1/4 sdt garam Adonan II (Aduk Rata) 1. 500 ml santan dari 1 1/2 butir kelapa 2. 60 gram tepung terigu 3. 1/2 sdt garam Cara membuat: 1. Siapkan loyang ukuran 24x24x4 cm, olesi dengan minyak dan alasi plastik. 2. Tuangkan adonan I ke dalam loyang, kukus hingga matang (15 menit) 3. Tuangkan adonan II ke atas adonan I, kukus kembali hingga matang (25 menit) 4. Angkat, dinginkan, keluarkan dari loyang, potong-potong. Sajikan, Sumber: Buku 668 Resep Kuliner Nusantara
Bolu Semangka Tojo Una-una adalah salah satu jenis kue bolu yang sering disajikan ketika upacara adat di sulteng, bolu yang dikreasikan sedemikian rupa hingga menyerupai buah semangka. Tampilan kue bolu semangka ini sangatlah menarik dan mengundang selera hingga sangat cocok di sajikan sebagai salah satu cemilan santai untuk keluarga dan buah hati anda. Proses pembuatan bolu semangka ini sedikit banyak mirip dengan pembuatan puding semangka dimana kita harus membagi-bagi tiap adonannya mulai dari bagian kulit hingga dagingnya. Untuk pembuatan biji semangka tiruannya, menggunakan meises cokelat (kalau puding semangka menggunakan biji selasih). Berikut bahan dan cara pembuatan Bolu Semangka Tojo Una-una yang bisa Anda coba buat di rumah. Bahan Membuat Bolu Semangka 225 gram gula pasir 5 kuning telur 1 sdt cake emulsifier 3 putih telur 75 gram meises coklat 200 gram tepung terigu protein sedang (kami memakai segitiga biru)...
Beppa Leyya atau disebut juga Kue Toli toli Bahan : 1/2 bgks (250 gr) tepung beras ketan rose brand 3 buah pisang kepok matang Gula merah secukupnya, sisir halus 5 sdm gula pasir (3 sdm) wijen secukupnya Air secukupnya Cara membuat : Haluskan pisang di dalam baskom dengan menumbuknya dengan gelas masukkan gula merah dan gula pasir tumbuk hingga tercampur lalu masukkan tepung beras ketan dan terigu aduk menggunakan spatatula sampai tidak lengket. Ambil sedikit adonan lalu pilin memanjang diplastik pertemukan kedua ujungnya berbentuk menjadi delapan lalu gulingkan diatas wijen, goreng di wajan anti lengket gunakan sumpit kayu/tusuk sate untuk membolak balik adonan goreng sebentar saja..sajikan . http://resepyess.blogspot.co.id/2016/12/kue-delapan-aka-beppa-leyya.html
Di sebuah kerajaan, ada seorang Raja yang sudah tua dan sakit-sakitan. Sang Raja sering bersedih dan melamun. “Siapa yang akan menjadi pewaris mahkota kerajaan ini?” gumamnya. Raja mempunyai tiga orang anak dari Ibu Selir. Siapa di antara mereka yang akan menggantikannya? Melihat perangai ketiga anaknya, Raja bersedih, karena ketiga anaknya tidak akan rela bila salah seorang di antara mereka dipilih. Bila salah seorang dipilih, yang dua orang lagi pasti akan protes, bahkan memberontak. Maka, Raja berbicara kepada ketiga orang anaknya, “Anak-anakku, Ayahanda sudah tua, sudah waktunya melepaskan mahkota raja. Untuk memilih pengganti Ayah, kalian harus becermin di cermin ajaib. Ini adalah cermin warisan nenek moyang kita. Cermin ini mampu memantulkan isi hati seseorang. Siapa yang di cermin itu terlihat indah dan tampan, dialah yang berhak menggantikan Ayah. Bersiaplah kalian untuk becermin di depan cermin ajaib.” Ketiga anak raja...
Luwuk - Di Luwuk, Sulawesi Tengah ada ritual adat Tumpe yang menarik untuk dilihat traveler. Lebih menarik lagi, ada kisah anak ajaib nan mistis yang menyelimutinya. Ritual adat Tumpe adalah ritual adat tahunan yang diselenggarakan oleh masyarakat Batui dan Banggai. Tumpe adalah telur pertama dari burung Maleo. Awal mula diadakannya ritual adat Tumpe ini ternyata diselimuti nuansa mistis. Dikumpulkan detikTravel, Kamis (10/8/2017), kisah ini berawal dari perjalanan Adisoko dari tanah Jawa ke Sulawesi Tengah, dan kemudian menjadikannya sebagai Raja Pertama di Banggai. Sebutannya adalah Mumbu Doi Jawa yang artinya Tuan dari Jawa. Adisoko pun menikah dengan perempuan gaib yang memberikannya anak ajaib yaitu Abu Kasim. Saat Abu Kasim di dalam kandungan, Adisoko memutuskan untuk kembali ke tanah Jawa. Selama 10 tahun, rakyat Banggai hidup tanpa adanya kepala pemerintahan. Masyarakat pun jadi resah karena menginginkan sosok pemimpin untuk Keraton Banggai. Telur burung Maleo (Bon...
Masyarakat adat nusantara masih memegang teguh tradisi dan kebudayaan serta warisan kultural dari para leluhurnya. Baik dari pola hidup maupun dari berbagai ritual adatnya. Ngata Toro merupakan desa adat yang masih memegang teguh tradisi para leluhur. Ngata Toro atau Desa Toro merupakan sebuah desa yang berada di dekat Taman Nasional Lore Lindu, tepatnya di Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Desa ini terkenal dengan varietas padi unggulan seperti padi Kamba dan padi Kanari. Menurut pengakuan salah seorang tetua adat, masyarakat Desa Toro sejak dulu sudah menggantungkan hidupnya pada dua nilai moral, yaitu hintuvua dan katuvua . Hintuvua adalah nilai-nilai moral dalam membangun hubungan antar sesama manusia dengan berlandaskan saling cinta, penghargaan, solidaritas, dan musyawarah. Sedangkan, katuvua adalah nilai-nilai ideal tentang pola hubungan antara manusia dengan lingkungannya yan...
Pohon sagu dan palem merupakan jenis tanaman dataran rendah tropik yang banyak ditemukan tumbuh liar di kawasan hutan Dolo, Donggala, Sulawesi Tengah, Indonesia. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, asal usul kedua jenis pohon ini berasal dari tubuh manusia atau penjelmaan manusia. Hal ini dikisahkan dalam sebuah legenda yang hingga kini masih dipercayai kebenarannya oleh masyarakat setempat. Bagaimana manusia dapat menjelma menjadi pohon sagu dan palem? Ikuti kisahnya dalam cerita Asal Usul Pohon Sagu dan Palem berikut ini! * * * Alkisah, di daerah Donggala, Sulawesi Tengah, hidup sepasang suami-istri bersama seorang anak lelakinya. Mereka tinggal di sebuah rumah tua yang terletak di pinggir hutan Dolo. Hidup mereka sangat miskin. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka mencari buah-buahan dan hasil hutan lainnya yang tersedia di sekitar mereka. Semakin lama sang Suami pun merasa bosan hidup dengan keadaan seperti itu. Akhirnya, timbullah niatnya ingin me...
Rabu di pertengahan Oktober 2014. Satu persatu warga di Kelurahan Lasoani, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, mulai berkumpul di tanah lapang. Meski terik menyengat, tak menyurutkan langkah mereka. Warga menggelar terpal sebagai alas duduk dan sebagian membawa sesajen. Seorang lelaki paruh baya maju ke depan. Tak lama kemudian, sebuah permohonan diucapkan. Dengan menggunakan bahasa daerah mulutnya komat kamit. Suaranya terdengar berat. Ya, ini adalah ritual adat Pompaura Posunu Rumpu yang dilakukan oleh Suku Kaili, suku asli di Sulawesi Tengah. Sudah tiga bulan ini, Kota Palu dan sebagian wilayah di Sulawesi Tengah mengalami musim kemarau. Hujan tak kunjung turun. Tanaman mengalami kekeringan. Sehingga, perlu dilakukan ritual adat. Pompaura Posunu Rumpu adalah salah satu ritual adat yang dilaksanakan secara turun-temurun oleh Suku kaili. Pompaura dalam Bahasa Indonesia artinya mengembalikan. Sedangkan Posunu artinya menggeser, menyingkirkan, atau membersihkan. Dan Rumpu artin...
Alkisah Rakyat ~ Dahulu kala, jauh sebelum Belanda masuk ke Tanah Mori, Tanah Mori terdiri dari berpuluh-puluh suku bangsa atau suku kecil yang tidak mempunyai raja tertentu. Tiap-tiap suku itu mempunyai Mokole tersendiri dan tiap-tiap Mokole tidak mau takluk satu sama lain (Mokole ialah organisasi Pemerintahan dari satu suku yang dipimpin atau dikepalai oleh seorang Kepala suku yang bergelar "Mokolempalili"). Dari sekian banyak suku-suku di tanah Mori itu, ada beberapa suku yang dianggap besar pengaruhnya dan luas wilayahnya, yakni Suku Moleta bagian Mori atas, Suku Petasia dan Suku Lembo bagian Mori bawah, Suku Murungkuni, Suku Tovatu dan Suku Musimbatu. Oleh karena tidak ada raja yang mampu mempersatukan suku-suku atau Mokole-mokole itu, maka sering terjadi kekacauan dan selalu timbul peperangan antara satu Mokole dengan Mokole yang lain. Oleh sebab itu, beberapa Mokole yang besar di Tanah Mori itu mengadakan musyawarah untuk mencari dan men...