 
            Menurut versi cerita rakyat, bahwa terbentuknya sub-suku Banjar Pahuluan dan Banjar Kuala dikaitkan dengan sebuah cerita rakyat yang berkembang di kalangan masyarakat Kalimantan yang dikenal dengan kisah Datung Ayuh dan Bambang Siwara . Cerita rakyat ini mengisahkan tentang perbedaan pandangan antara dua orang bersaudara yang bernama Ayuh dan Bambang Siwara. Kedua orang bersaudara ini diturunkan oleh Ning Bahatara dari alam Patilarahan ke alam dunia. Konon, daerah Batu Bintihan yang terdapat di bagian sebelah Barat Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan diyakini sebagai tempat pendaratannya. Keyakinan ini diperkuat dengan sebuah batu sebesar truk gajah yang melintang di tengah Sungai Amandit yang di bagian atasnya terdapat puluhan pasang bekas telapak kaki yang masih tergurat. Di dunia, kedua orang bersaudara tersebut menjalani hidup mereka sebagai manusia di hutan belantara Kalimantan. Sebagai bekal, keduanya diberi buku yang berisi sejumlah ilmu. Lalu...
 
                     
            Musang dan Ayam (Cerita Rakyat Banjar) Di siang hari yang terik, seekor musang dengan langkah lesu menyusuri jalan-jalan setapak di tengah rimba. Matanya yang tajam terlempar ke sana-sini. Telinganya dipasang lebar-lebar. Musang itu mencari-cari binatang yang bisa dimangsa untuk makan siang. Perutnya melilit-lilit karena sangat laparnya. Tiba-tiba dari balik semak-semak musang mendengar suara anak-anak ayam yang mengeriyap-ngeriyap. Suaranya ramai dan gaduh. Musang memasang telinganya, meyakinkan bahwa yang didengar adalah suara anak-anak ayam. “Kedengarannya benar! Pasti anak ayam!” gumamnya. Musang tergerak untuk melihatnya. Musang berjalan mengendap-endap lalu menyibak semak-semak di hadapannya. Musang mengintai. Betapa girang hatinya ketika yang dilihatnya sekawanan anak ayam yang sedang lahap menyantap rayap-rayap kayu. “Hei, benar. Anak-anak ayam! Usai sudah penderitaanku!” Gumam musang sambil menepuk perutnya yang kosong. Ke...
 
                     
            Kisah ini terjadi pada zaman dahulu kala, ketika hutan-hutan belantara masih penuh dengan beraneka ragam binatang. Dari besar hingga kecil, dari yang berjalan di darat maupun terbang ke udara. Binatang-binatang itu hidup bebas di pedalaman rimba Kalimantan. Meski begitu, pedalaman rimba Kalimantan berlaku hukum rimba. Siapa yang kuat maka dialah yang berkuasa. Binatang kecil-kecil yang lemah sering dijadikan santapan binatang yang lebih besar atau pun binatang yang lebih tajam taringnya. Setelah diadakan pertarungan sengit antara binatang-binatang yang besar, pada waktu itu beruanglah yang menjadi binatang terkuat. Bukan saja tubuhnya yang kuat, tetapi ukuran tubuhnya pun besar dan tinggi melebihi binatang yang lain. Setelah itu para binatang segera mengangkat beruang menjadi raja. Beruang mulai berkuasa di pedalaman rimba Kalimantan. Binatang-binatang yang lain bergotong royong membangun sebuah istana di tepi sebuah telaga. Bangunannya terbuat dari kayu-kayu hutan yang disusun...
 
                     
            Di tengah hamparan rimba belantara terdapat sebuah telaga kecil yang berair jernih. Mata air berasal dari sebuah ceruk di balik sebuah batu besar yang dicengkeram akar-akar sebuah pohon kesturi yang sangat besar. Permukaan telaga terdiri dari kerikil-kerikil berwana hitam, merah, putih berwarna-warni. Pohon-pohon rindang berdiri berjajar mengelilingi telaga. Siang itu, hanya bagian tengah telaga saja yang terkena sinar matahari. Sedangkan pinggiran telaga diteduhi dengan dedaunan yang tumbuh lebat. Semak-semak perdu mengelilingi telaga itu. Serta bunga-bunga kecil berwarna-warni tumbuh di sela-selanya. Siang itu, matahari sedang terik-teriknya. Ada seekor itik berjalan. Tanpa sengaja dia melihat telaga itu. Itik menyibak semak-semak itu. Dilihatnya sebuah telaga kecil yang menyilaukan mata. “Ada telaga indah sekali! Bukankah pandangan mataku tidak salah? Bukan mimpikah ini?” Dengan langkah perlahan-lahan Itik segera mencebur ke dalam telaga. Kaki dan say...
 
                     
            Cerita Mandin Tangkaramin, Cerita Rakyat Kalimantan Selatan ~ Loksado adalah salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Hulu Sungai Selatan Provinsi Kaliamantan Selatan. Di sana ada sebuah desa bernama Malinau. Kira-kira satu kilometer dari tempat itu ada sebuah air terjun bernama Mandin Tangkaramin. Konon, menurut bahasa penduduk disana, mandin berarti air terjun. Jadi, Mandin Tangkaramin berarti air terjun Tangkaramin. Akan tetapi, kata mandin sudah menyatu dengan Tangkaramin sehingga kedua kata itu tak terpisahkan. Air terjun itu tidak terlalu tinggi, sekitar tiga belas meter. Hutan lebat mengelilinginya sehingga jika berada di hutan itu terasa selalu dalam dekapan gelap malam. Di dasar air terjun Mandin Tangkaramin terdapat bongkahan-bongkahan batu besar dan kecil. Di antaranya ada bongkahan besar berwarna merah, semerah kulit manggis yang ranum, bernama Manggu Masak. Konon, air terjun itu punya kaitan dengan satu kejadian, yakni p...
 
                     
            Alkisah Rakyat ~ Atas perintah Lembu Mangkurat maka dibangunlah sebuah mahligai dan padudusan. dengan disertai menembak meriam dan menabuh gamelan. Raden Carang Lalean dan Puteri Kalungsu dimandikan dengan segala upacara. Dan kemudian Raja baru itu pun meletakkan mahkota diatas kepalanya. Di dalam peraturan negara tidak ada perubahan yang diadakan. Tiap-tiap hari Sabtu tetap diadakan kesempatan untuk menghadap. Tak lama kemudian permaisuri melahirkan seorang putera yang dinamai SEKAR SUNGSANG. Ketika putera raja ini baru berumur 6 tahun, raja menerangkan akan "kembali ke asal". Dan menyerahkan pemerintahan kepada Lembu Mangkurat, sementara Raja Putera belum dewasa. Kemudian raja pun melenyap dari pemandangan mata yang menimbulkan kesedihan dari seluruh rakyat dan keluarga istana. Tidak sesudah itu, suatu waktu puteri Kalungsu membikin kue juadah. Sekar Sungsang yang masih muda belia itu kadang-kadang datang mendekati ibunya untu...
 
                     
            Alkisah Rakyat ~ Sebagai ganti Maharaja Suryanata, dinobatkan Raden Suryaganggawangsa di padudusan dan disinilah Raja memakai mahkota yang datang dari langit. Setelah Raden Suryganggawangsa memerintah,maka rajapun memperkenankan pulang segala gadis-gadis yang menjadi dayang-dayang Maharaja Suryanata. Raja memberi hadiah berupa pakaian dan alat-alat perkakas rumah. Kapafa mereka yang ingin kawin, dikawinkan. Setelah Maharaja Suryanata, begitupun Maharaja Suryaganggawangsa memberikan pula kesempatan untuk menghadap pada tiap-tiap hari Sabtu dengan bertempat di Sitiluhur. Lembu Mangkurat diangkat menjadi Mangkubumi, sedang Arya Mageatsari dan Tumenggung Tatahjiwa adalah sebagai pengawal. Di bawahnya sebagai jaksa adalah Patih Baras, Patih Pasi. Patih Luhur dan Patih Dulu. Kemudian empat orang Menteri Kemakmuran, Sang Panimba Sagara, Sang Pangaruntun Manau, Sang Pembalan Batang dan Sang Jampang Sasak, yang mempunyai pula kekuasaan m...
 
                     
            Alkisah Rakyat ~ Pada suatu malam Lembu Mangkurat bermimpi bahwa almarhum ayahanda menceriterakan kepadanya bahwa Raja Majapahit dengan bertapa mendapat seorang putera yang layak untuk menjadi suami Raja Puteri Tunjung Buih. Di dalam mimpi, baginda mendapat nasehat dari seorang tua supaya bertapa di gunung di daerah Majapahit dan kelak bidadari dari kayangan akan memberikan baginda seorang putera. Jika baginda menjaga anak ini baik- bai, maka kekeuasaan dan lemasyhurannya akan bertambah meluas. Lain daripada itu sebagai tganda rakhmat kebahagiaan akan lahir lagi enam orang anak. Pada keesokan harinya Raja Majapahit berangkat untuk bertapa ke gunung. Sesudah empat puluh hari lamanya beliau bertapa, baginda benar-benar mendapat karunia seorang putera yang diberi nama Raden Putera. Kemudian Baginda kembali ke istana. Sesudah beberapa lama benarlah lahir enam orang anak, tiga orang putera dan tiga orang puteri. Kekuasaan Majapahit kian...
 
                     
            Alkisah Rakyat ~ Pada suatu malam Lembu Mangkurat bermimpi. Di dalam mimpinya seolah mendengar suara almarhum ayahandanya. Beliau menganjurkan suoaya Lembu Mangkurat membuat rakit-rakit dari 14 batang pohon pisang saba dengan berlangit-langit kain putih. Di empat sudut digantungkan mayang menguarai. Lembu Mangkurat haruslah pula berpakaian dan berdestar kain putih. Pada tengah malam sambil membakar dupa, haruslah ia berhanyut ke hilir sungai dengan tidak menaruh gentar,bila sendainya bertemu dengan buaya, ikan dan ular besar. Jika ia dengan rakitnya sampai di Lubuk Bergaja, maka rakit itu akan berputar di pusar air. Kalau pusar air ini menjadi tenang kembali, ia kan melihat muncul sebuah buaih raksasa. Dan dari dalam buih ini akan terdengar suara perempuan yang berbicara kepadanya. Perempuan inilah yang akan menjadi Raja puteri negara"! Pada keesokan harinya, Lembu Mangkuratpun berbuat seperti petunjuk yang didapat di dalam mimpin. Dengan rakit...
