Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan
5_Cerita Puteri Tunjung Buih
- 20 Mei 2018
Alkisah Rakyat ~ Pada suatu malam Lembu Mangkurat bermimpi. Di dalam mimpinya seolah mendengar suara almarhum ayahandanya. Beliau menganjurkan suoaya Lembu Mangkurat membuat rakit-rakit dari 14 batang pohon pisang saba dengan berlangit-langit kain putih. Di empat sudut digantungkan mayang menguarai. Lembu Mangkurat haruslah pula berpakaian dan berdestar kain putih. Pada tengah malam sambil membakar dupa, haruslah ia berhanyut ke hilir sungai dengan tidak menaruh gentar,bila sendainya bertemu dengan buaya, ikan dan ular besar. Jika ia dengan rakitnya sampai di Lubuk Bergaja, maka rakit itu akan berputar di pusar air. Kalau pusar air ini menjadi tenang kembali, ia kan melihat muncul sebuah buaih raksasa. Dan dari dalam buih ini akan terdengar suara perempuan yang berbicara kepadanya. Perempuan inilah yang akan menjadi Raja puteri negara"!
 

Pada keesokan harinya, Lembu Mangkuratpun berbuat seperti petunjuk yang didapat di dalam mimpin. Dengan rakit yang memenuhi syarat sepeerrti yang dikehendaki, iapun berhanyut ke hilir. Dengan tidak merasa takut sedikit juapun, walaupun sepanjang jalan bertemu dengan buaya, ikan dan ular-ular besar.Akhirnya ia melihat sebuah buih yang bercahaya-cahaya timbul ke permukaan air. Suatu suara yang lembut-lembut serta merdu bertanya: "Lembu Mangkurat, apakah yang engkau perbuat disini?"! Lembu Mangkuratpun menjawab: "Hamba mencari seorang Raja untuk memerintah di Negaradipa"! Suara itu kedengaran lagi. "Lembu Mangkurat, aku, adalah Raja Puteri, PUTERI TUNJUNG BUIH yang engkau cari"! Lembu Mangkurat terus  berjanji mempersembahkan Candi sebagai istana. Tetapi Puteri Tunjung Buih menolok tinggal di sana. Karena di situ pernah diletkakan patung-patung yang dijadikan berhala. Ia meminta supaya membangun sebuah mahligai. Sebagai tiangnya haruslah diambil 4 pohon batang batulis dari gunung Batu Piring. Mahligai itu haruslah selesai dikerjakan di dalam satu hari. Selanjutnya empat puluh orang gadis haruslah pula menyelesaikan selembar kain kuning yang panjangnya 7 meter dan lebarnya 2 meter. Kain itu akan digunakan oleh puteri sebagai selendang, jika ia bepergian.

Setelah mengetahui hal ini semuanya, maka Lembu Mangkuratpun segera memberitahukan peristiwa ini kepada kakanda Empu Mandastana. Rakyat dilarang melayari sungai tersebut sebelum puteri naik ke mahligai. Empat orang patih mendapat perintah untuk mengambil 4 pohon batang batulis. Dan benarlah, pada hari itu juga selesailah.Laksana diciptakan mahligai yang diminta, sedang keempat puluh orang gadis dapat pula memenuhi kewajibannya yang dipikulkan kepada mereka membuat selembar  kain langgundi. Dengan suatu upaca kebesaran, berangkatlah Lembu Mangkurat menjemput sang PUTERI TUNJUNG BUIH, dengan diiringi oleh 40 orang gadis yang berpakaian kuning. Dengan khidmat kain kuningpun dipersembahkan kepada  PUTERI TUNJUNG BUIH.

Bercahaya-cahaya, gilang-gemilang keluarlah Puteri dari dalam buih, berpakaian rapih dan berselendang kain kuning yang dibuat oleh para gadis. Dan dengan diiringi oleh rakyat, berangkatlah Puteri menuju mahligainya. Hanya 40 orang gadis pengiring yang diperkenankan tinggal bersama Puteri. Maka kini Puteri Tunjung Buih pun menjadi raja di Negaradipa. Di dalam wujudnya, pemerintahan diserahkan kepada kebijaksanaan Lembu Mangkurat, walaupun ia adalah adik dari Empu Mandastana. Dan ia pulalah yang memberikan keputusan-keputusan yang penting di dalam soal yang bertalian dengan urusan negera.

Pada suatu hari Lembu Mangkurat menghadap raja Puteri Tunjung Buih, dengan maksud menanyakan apakah Raja Puteri tidak akan memilih seorang suami. Dengan tegar Raja Puteri menjawab: "Bahwa ia hanya akan kawin dengan seorang laki-laki yang yang diperolah dengan ciptaan bertapa"! Jawaban ini menimbulkan kesukaran yang tidakmudah untuk dipecahkan. Dan dengan agak kemalu-maluan Lembu Mangkurat memohon diri pulang. Adapun Empu Mandastana  berputera dua orang, yang wajah mereka laksana pinang dibelah dua. Seorang bernama Bangbang Sukmaraga dan seorang lagi bernama Banbang Patmaraga. Tiap-tiap hari kedua anak muda itu bermain di sekitar mahligai Raja Puteri Tunjung Buih.
 
 

Banyak anak gadis yang jatuh cinta kepada kedua anak muda ini. Mereka menjalin pantun dan menggubah seloka untuk menyatakan kerinduan mereka. Ketika Raja Puteri Tunjung Buih melihat kedua anak muda itu, maka diketahuinyalah bahwa kedua anak itu adalah puter-putera  dari Empu Mandastana. Sekedar untuk memberi hadiah sebagai tanda kebangsawanan hatinya, maka Raja Puteri Tunjung Buih memberi sekuntum bunga Nagasari kepada  mereka. Bunga yang pada waktu itu belum ada yang tumbuh di Negaradipa. Tetapi malang, tepat pada ketika itu paman mereka Lembu Mangkurat lewat disana. Dengan gusar dan cemburu ditanyakan apa yang mereka perbuat di sekitar istana itu. Kemudian ia melarang kepada kedua putera kakanya itu untuk datang bermain-main di dekat tempat kediaman raja. Karena Lembu Mangkurat berpendapat, nanti kalau sampai Raja Puteri ingin bersuamikan salah seorang dari kemenakannya, sehingga kelak ia sebagai paman akan menyembah anak kakaknya sendiri. Akhirnya ia mengambil keputusan untuk menyingkirkan kedua anak muda itu, yang adalah anak-anak kakaknya sendiri.


Maka pada suatu hari dengan alasan bersama-sama akan pergi mencari ikan, ia mengajak kedua kemenakannya, yaitu Bangbang Sukmaraga dan Bangbang Patmaraga ke hulu sungai. Kedua anak itu menuruti saja ajakan paman mereka. Namun sebelum berangkat, mereka telah bermohon dan menyatakan selamat berpisah kepada ayah dan bunda mereka. Hal inilah yang kemudian menjadi pangkal kecurigaan. Menjelang keberangkatan, Bangbang Sukmaraga menanam sebatang pohon kembang melati disebelah kanan dari pintu rumah, sedangkan adiknya Banbang Patmaraga menanam sebatang kembang merah di sebelah kiri, seraya berkata: "Jika daun-daun ini rontok berguguran, maka itulah tandanya kami berdua kakak beradik mati dibunuh oleh paman Lembu Mangkurat"!

Dengan berbaju putih, mereka pergi ke perahu, sedangkan Lembu Mangkurat telah datang terlebih dahulu menunggu mereka. Maka bersama-sama mereka berdayung ke hulu sungai hingga sampai di Batang Tabalong. Dan disinilah kedua anak kakaknya itu dibunuh. Lembu Mangkurat menjadi keheran-heranan setelah mengetahui bahwa mayat Bangbang Sukmaraga dan Bangbang Patmaraga hilang lenyap seketika itu juga. Tempat pembunuhan ini sampai sekarang masih bernama Lubuk Badangsanak. Sedang Empu Mandastana dengan isterinya yang sedang dalam keadaan cemas dan khawatir, tiba-tiba datanglah sejoli burung merak. Yang jantan hinggap di pangkuan Empu Mandastana dan yang betina dipangkuan isterinya.

Maklum akan tanda-tanda ini, berdebar-debarlah hati Emu Mandastana dan isterinya. Dan seolah-olah tahulah mereka bahwa kedua putera mereka telah mati dibunuh. Dengan serempak mereka berdua berdiri menengok pohon-pohon yang ditanam oleh puter-puternya. Ketika melihat pohon-pohon itu, maka berliang-linanglah airmata mereka karena daun-daun pohon itu  satu demi satu berguguran. Segera mereka mengambil keputusan untuk mengikuti nasib kedua puteranya, yaitu Bangbang Sukmaraga dan Bangbang Patmaraga. Setibanya mereka kembali di Candi, maka Empu Mandastana menikam dirinya dengan sebuah keris Keling yang bernama Lading Malela.

Beberapa hari kemudian barulah Lembu Mangkurat mengetahui akan kematian kakaknya. Ia menanyakan kepada semua pengiring dimanakah mereka paling akhir melihatnya. Tetapi walaupunsudah diselidiki saksama, orang-orang tidak dapat juga menjumpai Empu Mandastana dengan isterinya. Sambilmenduga apa yang mungkin terjadi, Lembu Mangkurat pergi menuju ke Candi. Di sini ia menjumpai kedua sosok tubuh yang telah menjadi mayat, terbaring tenang lakana tidur, sedang keris terletak di samping masing-masing. Disekelilingnya tampak banyak burung yang mati bergelimpangan karena terbang melangkahi kedua mayat yang keramat itu.    
     
Dan Lembu Mangkurat memerintahkan pengiring-pengiringnya membuang  ke dalam laut kedua mayat itu serta tanah -tanah tempat mayat itu terbaring. Di tempat itu kemudian terdapat sebuah telaga yang sampai sekarang dinamakan Telaga Raha. Konon jika ada seorang yang dianggap bersalah dan dibunuh, maka kelihatan air Telaga Raha selama dua puluh empat jam berwarna ke merah-merahan.

Demikian pula halnya dengan sungai yang berhulu dari gunung  Batu Piring, gunung tempat mengambil Batang batulis guna tiang mahligai Puteri Tunjung Buih. Sa,pai sekarang sungai ini masih terkenal dengan nama Sungai Darah.

Sumber : Lembu Mangkurat (Ceritera Rakyat dari Kalimantan Selatan)
http://alkisahrakyat.blogspot.co.id/2017/04/cerita-puteri-tunjung-buih.html

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya