Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan
5_Cerita Raja Suryaganggawangsa
- 20 Mei 2018
Alkisah Rakyat ~ Sebagai ganti Maharaja Suryanata, dinobatkan Raden Suryaganggawangsa di padudusan dan disinilah Raja memakai mahkota yang datang dari langit. Setelah Raden Suryganggawangsa memerintah,maka rajapun memperkenankan pulang segala gadis-gadis yang menjadi dayang-dayang Maharaja Suryanata. Raja memberi hadiah berupa pakaian dan alat-alat perkakas rumah. Kapafa mereka yang ingin kawin, dikawinkan.
 

Setelah Maharaja Suryanata, begitupun Maharaja Suryaganggawangsa memberikan pula kesempatan untuk menghadap pada tiap-tiap hari Sabtu dengan bertempat di Sitiluhur. Lembu Mangkurat diangkat menjadi Mangkubumi, sedang Arya Mageatsari dan Tumenggung Tatahjiwa adalah sebagai pengawal. 

Di bawahnya sebagai jaksa adalah Patih Baras, Patih Pasi. Patih Luhur dan Patih Dulu. Kemudian empat orang Menteri Kemakmuran, Sang Panimba Sagara, Sang Pangaruntun Manau, Sang Pembalan Batang dan Sang Jampang Sasak, yang mempunyai pula kekuasaan memerintah atas empat puluh orang pasukan keamaan. Juga saudara Raja, Pangeran Suryawangsa yang mendapat gelar Dipati mempunyai pula seribu orang pengiring, yang setiap saat siap menerima perintah Mangkubumi.

Karena Raja belunm mempunyai permaisuri, maka Lembu Mangkurat selalu mendorong beliau. Namun semua dorongan dan anjuran itu tidak  berhasil. Tetapi pada suatu hari Raja berkata bahwa ia mendengar suara dari paduka ayahanda yang telah gaib (meninggal dunia), mengatakan bahwa Raja harus kawin dengan anak Dayang Diparaja. Lembu Mangkurat merasa malu dan khawatir karena dimanakah harus mencari permaisuri yang dimaksudkan itu. Juga Arya Megatsari dan Tumenggung Tatahjiwa tidsak dapat pula memberikan keputusan. Oleh karena itu maka dicobalah mengrim utusan kesemua pelosok, tetapi kebanyakan kembali dengan tangan hampa.

Pada suatu hari, rombongan Singanegara (polisi) yang di dalam perjalanan memudiki sungai sampai di Tanggahulin, di pangkalan Arya Malingkan. Disini mereka menemui seorang gadis yang sedang mandi dibawah pengawasan seorang penagasuhnya. Ketika ia melihat kedatangan rombogan Singanegara (polisi) ia terkejut dan berteriak: "He, Dayang Diparaja, lekas! Itu datang rombongan singanegara (polisi)" Ketika rombongan singanegara mendengar nama ini, maka mereka segera berdayung pulang kembali untuk memberi kabar kepada Lembu Mangjurat.

Singantaka dan Singapati, keduanya kepala dari barisan rombongan Singanegara (polisi) mendapat perintah untuk meminta kepada Arya Malingkan, anaknya, guna dijadikan permaisuri Raja. Mereka berangkat dengan empat puluh orang perempuan yang akan menjadi pengiring menuju ke Tanggahulin.

Lembu Mangurat berangkat  dengan perahu yang memakai tanda kebesaran dengan diiringi oleh ponggawa-ponggawanya. Tibalah ia di Tanggahulin, ketika orang-orang melihat kedatangan Lembu Mangkurat, maka banyak yang menjadi khawatir dan takut.
 
 

Arya Malingkan datang dengan segera mengelu-elukan dan mempersilahkan Lembu Mangkurat masuk kedalam rumah. Dengan gusar dan marah Lembu Mangkurat berkata, bahwa ia hanya ingin mendapat keputusan suatu hal, apakah Arya Malingkan bersedia untuk menyerahkan anaknya atau tidak. Sekedar untuk menakut-nakuti, Lembu Mangkurat menikam tangannya dengan pedang. Arya Malingkan terkejut melihat bahwa Lembu Mangkurat sama sekali tidak luka dimakan senjata dan dengan agak ketakutan ia memerintahkan dengan segera menyuruh menjemput anaknya. Lembu Mangkurat pergi kembali segera bersama gadis tersebut untuk menghadap Raja.


Tetapi kemudian ternyata Raja tidak mau kawin dengan Dayang Diparaja, karena yang diingini ialah anak dari Dayang Diparaja. Sekarang timbul kesulitan yang harus dipecahkan. Siapakah yang harus mengawini gadis tersebut. Akhirnya semua berpendapat dan setuju bahwa hanyalah Lembu Mangkurat yang pantas dan tepat untuk mengawini Dayang Diparaja. Perkawinan segera dilakukan. Parayaan perkawinan itu berlangsung selama tujuh hari lamanya.

Tidak berapa lama kemudian, Dayang Diparaja hamil. Walaupun telah cukup bulan dan harinya, ia belum juga melahirkan. Barulah sesudah lima belas bulan terasa sakit hendak bersalin, yang dideritanya sudah tiga hari. dengan bermacam-macam cara dan syarat, dicoba untuk menjauhkan segala pengaruh jahat tetapi semuanya sia-sia belaka, bahkan Lembu Mangkurat sendiri telah putus asa. Tiba-tiba dari dalam kandungan ibu yang sakit itu terdengar suara: "Ooh ayah Lembu Mangkurat, tidaklah melalui jalan yang mudah, anakda akan lahir, tetapi anakda akan keluar dari sisi kiri ibunda"! "Bedalah dan perbuatlah ini untuk anakda"! Sejurus lamanya lembu Mangkurat di dalam kebimbangan. tetapi ternyata kewajiban untuk mempersembahkan kepada Raja seorang permaisuri adalah beban yang lebih berat lagi. Lembu Mangkurat membedah sisi kiri dari Dayang Diparaja, yang segera meninggal sesudah berpesan supaya menjaga baik-baik anaknya. Seorang anak yang cantik lahir dengan perhiasan yang biasanya dipakai oleh gadis-gadis. Lembu Mangkurat memberikan perintah supaya menyusui anaknya, yang diberi nama Putri Huripan.

Telah tiga hari Putri Huripan tidak mau menyusu. Akhirnya ia sendiri mengatakan bahwa ia hanya akan minum air susu kerbau putih. Ayahnya lembu Mangkurat dengan segera memenuhi permintaannya. Maka sejak itulah pantangan (tabu) bagi keturunannya untuk memakan daging kerbau putih.

Ketika Arya Malingkan dan isterinya mendengarkematian anaknya Dayang Diparaja, maka mereka pun mengambil keputusan untuk mengikuti jejak anaknya yang dicitai itu. Sebelum ia meninggal dunia, ia memakan sirih dan pinang muda, sedang isterinya memakan sirih dan pinang tua. Ia memerintahkan pesuruhnya untuk menanam pinang itu di dalam tanah. Dari padanya kemudian tumbuh jaringan dan perawas yang akan berguna untuk obat cucunya Puteri Huripan. Inilah asalnya jaringan dan perawas mula-mula tumbuh di Tanggahulin yang sejak itu disebut Huripan.

Ketika Puteri Huripan sudah akil balig, maka ia pun dipersembahkan kepada Raja. dengan segala upacara kebesaran perkawinan dirayakan. Sebagai lazimnya kedua mempelai dimandikan di pancoran air (padudusan) dan kemudian diarak kembali ke istana.

Beberapa lama kemudian, maka permaisuri melahirkan seorang puteri yang dinamai Puteri Kalarang Sari. Setelah puteri ini dewasa maka ia dikawinkan saudara raja. Pangeran Suryawangsa. Karena hanya Pangeran Suryawangsa sajalah yang layak baginya. Puteri Kalarang Sari kemudian melahirkan seorang putera yang diberi nama Raden CARANG LALEAN.

Raden Suryawangsa juga masih mendapat karunia seorang puteri yang diberi nama PUTERI KALUNGSU. Atas keinginan raja, kedua anak ini yaitu Raden Carang Lalean dan Puteri Kalungsu dikawinkan. Pada waktu inilah Arya Megatsari dan Tumenggung Tatahjiwa meninggaldunia.

Pada suatu waktu ketika semua keluarga dan semua pegawai istana sedang berkumpul den bersenang-senang, maka maharaja Suryaganggawangsa dan Puteri Huripan menerangkan bahwa mereka akan "kembali ke asal." Kepada Lembu Mangkurat diamanatkan suaya Carang Lalean dan Puteri Kalungsu diajarkan adat turun-temurun dari raja-raja terdahulu.

Lembu Mangkurat mencoba supaya raja dan permaisuri memalingkan pikiran agar menunda "kembali ke asal". Tetapi sebelum itu keduanya telah "menghilang" dari pandangan mata semua yang hadir.

Sumber : Lembu Mangkurat (Ceritera Rakyat dari Kalimantan Selatan)
http://alkisahrakyat.blogspot.co.id/2017/04/cerita-raja-suryaganggawangsa.html

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Jembatan Plunyon Kalikuning
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...

avatar
Bernadetta Alice Caroline