Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Kalimantan Selatan Banjar
Kisah Datung Ayuh dan Bambang Siwara
- 17 Mei 2018

Menurut versi cerita rakyat, bahwa terbentuknya sub-suku Banjar Pahuluan dan Banjar Kuala dikaitkan dengan sebuah cerita rakyat yang berkembang di kalangan masyarakat Kalimantan yang dikenal dengan kisah Datung Ayuh dan Bambang Siwara. Cerita rakyat ini mengisahkan tentang perbedaan pandangan antara dua orang bersaudara yang bernama Ayuh dan Bambang Siwara. Kedua orang bersaudara ini diturunkan oleh Ning Bahatara dari alam Patilarahan ke alam dunia. Konon, daerah Batu Bintihan yang terdapat di bagian sebelah Barat Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan diyakini sebagai tempat pendaratannya. Keyakinan ini diperkuat dengan sebuah batu sebesar truk gajah yang melintang di tengah Sungai Amandit yang di bagian atasnya terdapat puluhan pasang bekas telapak kaki yang masih tergurat.

Di dunia, kedua orang bersaudara tersebut menjalani hidup mereka sebagai manusia di hutan belantara Kalimantan. Sebagai bekal, keduanya diberi buku yang berisi sejumlah ilmu. Lalu buku tersebut mereka bagi menjadi dua bagian yang sama. Mereka pun menerimanya dengan senang hati. Namun, belum sempat mereka mempelajari buku itu, tiba-tiba tempat mereka dilanda banjir. Apa yang akan mereka lakukan terhadap buku tersebut? Selamatkah mereka dari ancaman banjir tersebut? Ikuti kisahnya dalam cerita Ayuh dan Bambang Siwara berikut ini.

Alkisah, di daerah Batu Bintihan di bagian sebelah Barat Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan, hiduplah dua orang bersaudara yang bernama Ayuh dan Bambang Siwara. Mereka berasal dari alam Patilarahan yang diutus oleh Ning Bahatara untuk menjalani hidup mereka sebagai manusia biasa di dunia. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari, mereka dibekali sebuah buku yang berisi tentang berbagai macam ilmu pengetahuan. Sebagai tanda persaudaraan, keduanya sepakat untuk membagi buku petunjuk itu. Lalu buku itu mereka penggal menjadi dua bagian secara diagonal, sehingga buku itu disebut juga Buku Ba-rincung.[3] Ayuh dan Bambang Siwara menerimanya dengan senang hati.

Namun, belum sempat mereka mempelajari isi buku itu, tiba-tiba tempat mereka dilanda banjir besar. Tanpa pikir panjang, Ayuh segera menelan buku itu. Ia sangat khawatir buku itu rusak terendam banjir. “Ah, buku ini sudah aman di dalam perutku,” kata Ayuh dalam hati dengan senangnya.

Lain halnya dengan Bambang Siwara. Ia segera membaca bagian isi buku yang diterimanya. Ia pun mendapat beberapa petunjuk dari hasil bacaannya. Salah satunya adalah apabila terjadi banjir besar, batang bambu dapat dijadikan sebagai rakit yang akan mengapungkannya sampai air surut. Petunjuk itulah yang digunakan oleh Bambang Siwara.

Semakin lama genangan air semakin tinggi. Bambang Siwara pun segera mengajak saudaranya untuk menebang beberapa pohon bambu untuk dibuat rakit. “Hai, Saudaraku! Ayo, bantu saya menebang bambu!” ajak Bambang Siwara. “Untuk apa?” tanya Ayuh dengan santainya. “Saya baru saja mendapat petunjuk dari buku itu. Jika kita ingin selamat dari banjir, sebaiknya kita membuat rakit dari bambu,” jelas Bambang Siwara.

Ayuh tidak menghiraukan ajakan saudaranya itu. Justru ia menjawab, “Sebentar lagi air akan surut. Jika pun air semakin bertambah, kita lari naik ke puncak bukit yang tertinggi. Di sana kita pasti aman.”

“Daripada kita terus berlari ke sana ke mari menghindari genangan air, lebih baik kita segera membuat alat pengapung. Justru kita jauh lebih aman sambil menunggu air surut kembali,” Bambang Siwara kembali memberikan saran kepada saudaranya. Namun, saran itu tidak ditanggapi oleh Ayuh.

Melihat tidak ada tanggapan, Bambang Siwara segera menebang rumpun bambu yang banyak terdapat di sekitarnya. Batang demi batang ia satukan, lalu diikatnya dengan bilah-bilah rotan. Akhirnya jadilah sebuah rakit bambu yang juga disebut sebagai lanting. Tak lupa pula, Bambang Siwara mengisi rakit bambunya dengan berbagai macam bekal.

Arus air kian bertambah deras. Rakit bambu buatan Bambang Siwara mulai dihanyutkan oleh arus tersebut. Sementara Ayuh yang sejak tadi hanya tidur menunggu genangan air surut, tidak menyangka jika justru genangan air bertambah tinggi. Maka dengan sekuat tenaga Ayuh berenang mengejar Bambang Siwara yang sudah berada di atas rakitnya. “Tolooong… tolooong… tolong aku saudaraku…!” teriak Ayuh meminta tolong.

Bambang Siwara berusaha untuk menolong saudaranya. Ia melemparkan sebilah rotan ke arah Ayuh, namun Ayuh tidak berhasil menangkap ujung bilah rotan itu. Sementara rakit Bambang Siwara kian hanyut terbawa arus air, sehingga kedua bersaudara itu semakin berjauhan. Akhirnya mereka pun perpisah dan tidak pernah bertemu lagi.

* * *

Setelah peristiwa di atas, Ayuh diberitakan menjadi penghuni bukit-bukit di kiri kanan jajaran Pegunungan Meratus. Ia kemudian dikenal sebagai “Datung Ayuh”. Ia berkelana di hutan belantara. Wujudnya jarang terlihat karena banyak terlindung semak dan belukar. Oleh karena itu, masyarakat di sekitarnya memberinya gelar “Datung Payumbun” yang berarti tokoh yang tersembunyi. Walaupun demikian, kadang-kadang suaranya terdengar sangat nyaring dan lantang. Suara itu kadang-kadang muncul di tengah ladang ketika ia mengusir burung pipit dan burung lainnya. Kadang-kadang juga suaranya terdengar lewat celah gunung ketika ia sedang bersuka ria. Menurut cerita, seluruh generasinya kemudian disebut “Urang Bukit” karena mereka menghuni daerah perbukitan. Turunan Ayuh kemudian dikenal sebagai “Urang Pahuluan” karena mereka tinggal di daerah hulu sungai yang ada di Kalimantan. Mata pencaharian pokok mereka adalah bertani dengan sistem berhuma ladang dan sebagian bersawah tadah hujan.

Sementara itu, Bambang Siwara hanyut bersama arus munuju arah selatan Kalimantan yang kemudian melahirkan generasi “Urang Banjar Kuala.” Mata pencaharian pokok mereka sebagian besar berdagang. Mata pencaharian ini merupakan warisan Bambang Siwara. Ilmu tentang berdagang tersebut ia peroleh dari Buku Ba-rincung yang pernah dibacanya. Oleh karena itu, generasi Bambang Siwara oleh Urang Pahuluan disebut “Dagang”, sedangkan Urang Pahuluan sendiri disebut “Dangsanak” oleh generasi Bambang Siwara. Hal ini mengingatkan bahwa kedua rumpun tersebut semula berasal dari dua badangsanak.

Adapun nilai moral yang terkandung dalam cerita di atas adalah pentingnya menuntut ilmu. Hal ini tercermin pada sikap Bambang Siwara ketika ia dan saudaranya, Ayuh, dilanda banjir, ia segera membaca buku yang menjadi bagiannya untuk mencari petunjuk atau ilmu. Lain halnya Ayuh yang langsung menelan buku yang menjadi bagiannya, sehingga ia tidak mendapatkan pengetahuan apa-apa. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan memiliki keutamaan bagi kehidupan manusia.

Sumber: https://histori.id/kisah-datung-ayuh-dan-bambang-siwara/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya