Sarung Samarinda atau Tajong Samarinda adalah jenis kain tenunan tradisional yang bisa didapatkan di Kota Samarinda , Kalimantan Timur . Kain yang juga dikenal dengan sebutan Tajong Samarinda ini populer sebagai cendera mata khas Samarinda sejak tahun 1950-an. Menurut data Dinas Kebudayaan Kota Samarinda. Tajong Samarinda adalah bentuk asimilasi budaya antara suku Bugis Wajo, Kutai dan ukiran khas Dayak. Suku Bugis Wajo dikenal sebagai penenun berbakat, di tanah Sulawesi sana mereka masih menjaga erat tradisi menenun leluhur mereka. Sarung ini ditenun dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang disebut Gedokan . Produk yang dihasilkan untuk satu buah sarung memakan waktu 15 hari. Ciri khas Sarung Samarinda adalah bahan bakunya yang menggunakan sutera yang khusus didatangkan dari Cina. Sebelum ditenun, bahan baku sutera masih harus menjalani beberapa proses agar kuat saat dipintal. Proses pembuatan Tajong Samarinda yang ber...
Bahan-bahan : ikan laut 2 ekor kelapa 1/2 bh. telor ayam 2 btr. Bumbu-bumbu : bawang merah bawang putih laos lada Cara membuatnya : Ikan laut dipanggang. Kelapa diparut. Semua bumbu dihaluskan. Ikan laut diambil dagingnya, dicampur dengan bumbu ditumbuk bersama-sama, dicampur dengan kelapa, ditumbuk lagi sampai tercampur betul. Telur dikocok dengan garpu kemudian dicampur dengan kocokan telur, kemudian dibentuk segitiga (dibulat-bulat sebesar kelereng) Digoreng dengan minyak kelapa yang panas dengan api yang sedang. Keterangan : Dihidangkan dengan bawang goreng. RM/Toko yang Menyediakan : Restaurant ANEKA RASA JAYA Restoran Seafood Alamat: Jl. Hasanudin No.14, Bugis, Kec. Sumbawa, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Bar. 84313 Telepon: (0371) 21291 S...
Asal Usul Berasal dari kata Bale (Ikan), Bolu (Ikan Bandeng) & Nasu (Masak) dalam bahasa bugis Sinjai, begitulah Suku Bugis di pedalamanku menyebutnya. Di Makassar, dengan makanan serupa orang menyebutnya Pallu (Masakan) Mara (Ini aku kurang tahu artinya). Berawal dari kebiasaan turun temurun keluargaku yang mengajarkan anak cucunya memasak dari semenjak kecil, Aku belajar dari Ibu memasak berbagai masakan Bugis, salah satunya meracik bumbu khas bugis. Seorang perempuan di zamanku dan dikeluargaku tidak diperbolehkan keluar dari rumah tanpa bekal dari Dapur, setidaknya bisa menanak nasi, sayur dan memasak ikan. Kenapa harus Ikan? Karena orang bugis identik dengan lauk ikan, berbeda dengan suku Jawa yang cukup dengan, tempe tahu dan Ayam. Orang Bugis kadang belum merasa sah jika lauknya cuma ayam atau tempe tahu, sebaliknya tidak perlu Ayam jika sudah ada ikan. Resep Bahan : Ikan Bandeng Segar...
Nenek Pakande adalah seorang nenek siluman yang sering menjadi momok bagi masyarakat Bugis di daerah Soppeng, Sulawesi Selatan. Nenek siluman itu adalah manusia kanibal yang sakti mandraguna. Ia sangat suka makan daging manusia, terutama daging anak-anak. Itulah sebabnya, masyarakat setempat memanggilnya Nenek Pakande. Dalam bahasa Bugis, kata pakande berasal dari kata pakkanre-kanre tau yang berarti suka makan daging manusia. Suatu ketika, seorang pemuda yang cerdik bernama La Beddu berupaya untuk mengusir Nenek Pakande karena kelakuannya telah meresahkan seluruh warga. Mampukah La Beddu mengusir Nenek Pakande dari negeri itu? Ikuti kisahnya dalam cerita Nenek Pakande berikut ini! * * * Alkisah, di daerah Sulawesi Selatan ada sebuah negeri yang bernama Soppeng. Penduduk negeri itu senantiasa hidup tenteram, damai, dan sejahtera. Mata pencaharian utama mereka adalah bertani. Setiap hari mereka bekerja di sawah dengan hati tenang dan damai. Pada suatu ketika, suasan...
Lagu "Anging Mammiri" tentunya sudah tidak asing lagi di telinga kita, berkat buku-buku kumpulan lagu daerah yang menjadi pegangan para pelajar sekolah dasar di Indonesia. Namun, tidak banyak yang tahu bahasa apa yang digunakan lagu ini. Banyak yang mengira lagu ini dalam bahasa Bugis, padahal yang benar adalah bahasa Makassar. Lho, memang apa bedanya? Meski sama-sama berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan, bahasa Bugis dan bahasa Makassar adalah dua bahasa yang berbeda. Penutur kedua bahasa ini tidak bisa memahami satu sama lain, oleh karena itu komunikasi antar-suku di Sulawesi Selatan biasanya dilakukan dalam dialek Makassar. Lho, beda bahasa Makassar dan dialek Makassar apa? Bahasa Makassar adalah bahasa tersendiri yang tidak bisa dimengerti oleh penutur bahasa Indonesia/Melayu, sedangkan bahasa Indonesia (atau Melayu) dialek Makassar kurang lebih sama dengan bahasa Indonesia yang digunakan di daerah lain, tapi banyak menyerap fitur berbagai bahasa dan dialek di Sulawesi...
Dapur Orang Bugis Makasar Istilah dapur (tradisional) disini mencakup pengertian dapur sebagai ruang /bangunan, tempat menyimpan peralatan masak dan tempat berlangsungnya kegiatan makan minum. Eksistensi dapur ini timbul bersamaan dengan diketemukannya api oleh manusia. Dapur bagi orang Bugis-Makassar sangat dekat dengan proses dan eksistensi keluarga. Keluarga yang masih “hidup” dapat ditengarai dengan dapur yang masih berasap. Sebaliknya sebuah dapur yang sudah tidak berasap lagi menandakan bahwa keluarga pemilik dapur sudah mati. Dapur tradisional Bugis-Makasar pada umumnya berbentuk segi empat, mengikuti filsafat orang Sulawesi Selatan yang disebut “Sulapa Eppa” yang artinya “Yang dianggap paling sempurna adalah yang bersegi empat”. Bentuk formasi bangunan untuk perletakan tungku ada yang terbuat dari kayu dan ada pula yang diletakkan diatas lantai rumah secara berdampingan. Bangunan dapur tradisional Bugis-Makasa...
Tungku masak yang digunakan kebanyakan masih menggunakan tiga batu yang diatur diatas lantai yang sudah diberi pasir atau tanah. Dalam satu dapur bisa berderet dua sampai tiga buah tungku. Bila masih memerlukan tungku lagi, dibuatlah tungku yang terpisah dengan dapur yang disebut dapo (Bugis) atau palu (Makasar) yang mudah dipindah-pindahkan. Sumber: https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=234556916642189&id=174778575953357
Tungku masak yang digunakan kebanyakan masih menggunakan tiga batu yang diatur diatas lantai yang sudah diberi pasir atau tanah. Dalam satu dapur bisa berderet dua sampai tiga buah tungku. Bila masih memerlukan tungku lagi, dibuatlah tungku yang terpisah dengan dapur yang disebut dapo (Bugis) atau palu (Makasar) yang mudah dipindah-pindahkan. Di beberapa daerah di Sulawesi bagian Selatan, palu yang mempunyai bentuk seperti perahu dengan tiga tatakan sangat dominan dipakai. Sedangkan untuk wilayah utara cukup bervariasi, diantaranya: formasi tiga batu, bentuk silinder, dua besi panjang sejajar, dan lain sebagainya. Dalam perkembangan selanjutnya, dapur tersebut bergeser ke ruang belakang dan dibuatkan bangunan tambahan khusus dibagian belakang atau bagian sebelah kiri bangunan induk. Bangunan khusus untuk dapur ini disebut Jongke atau Bola Dapureng. Sumber: https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=234556916642189&id=174778575953357
Simpolong artinya ‘sanggul’, sedangkan tattong artinya ‘berdiri’. Sanggul ini berbentuk tanduk. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh animisme, meskipun suku Bugis penganut agama Islam yang taat. Kerbau atau tanduk kerbau dianggap binatang yang mempunyai kekuatan gaib dan di dalam buku Kielich yang berjudul Volken Stammaen dikatakan bahwa wanita Bugis mendapat kedudukan yang tinggi dalam masyarakatnya. Oleh karena itu, secara simbolis sanggul yang berbentuk tanduk ini dapat diartikan sebagai penghargaan kepada pengantin. Simpolong tattong adalah sanggul pengantin suku Bugis. - Aksesoris bunga sibali/ pattodo sibali yaitu bunga yang terbuat dari emas dan diletakkan pada kanan dan kiri sanggul bunga mawar, aster, melati ( bunga setaman) yang terdiri dari lima warna, diletakkan kanan dan kiri sanggul sebelah bawah kembang pinang goyang yang terbuat dari emas banyaknya tergantung dari tingkat social , bagi bangsawan 9 buah, masyar...