Dipercaya oleh masyarkat Kalimantan Tengah bahwa di tepi sungai Kahayan dahulu hidup seorang bernama Dandan Kahayan dan istrinya. Pada saat sang istri mengandung anak kedua, seperti juga pada kehamilan pertama, sang istri mengidam babi hutan. Untuk memenuhi permintaan istrinya Dandan Kahayan pergi ke hutan untuk berburu diikuti anjing-anjingnya. Ketika di sampai di tepi lading, anjing-anjingnya mendahuluinya. Tiba-tiba matanya bertatapan dengan “Katungau Rajan Bawui”, yaitu seekor babi hutan yang berukuran besar, yang terbirit-birit lari karena dikejar anjing buruannya. Ilustrasi Dandan Kahayan dan anjingnya ketika berburu Katungau Rajan Bawui Ketika melihatnya, Dandan Kahayan melemparkan tombaknya kea rah babi itu. Babi itu ternyata tidak mati tetapi berlari dengan darah mengucur dari lukanya. Babi yang terluka itu berlari selama satu hari satu malam tanpa istirahat menuju hulu Sungai Kahayan, Malahui, Mambaruh, Saruyan, Katingan, dan akhirnya ke hulu...
Ini adalah ritual pesta syukur masyrakat Dayak Siang karena hasil panen dan rejeki yang diterima selama satu tahun. Ngolunuk berarti mendirikan pohon lunuk (beringin) atau mendirikan “sangkai lunuk” ditengah-tengah rumah betang. Pada pohon ini akan digantungkan pelbagai buah-buahan, kerajinan tangan, kue-kuean sebagai simbol kebahagiaan nenek moyang dan pada akhir pesta semuanya ini akan dibagikan kepada para tamu yang datang. Sangkai lunuk inilah yang akan jadi pusat kegiatan baik itu ritual berupa “Balian Basi Siang” yaitu menyampaikan doa-doa suci dan persembahan kepada Tuhan Yang Kuasa atau disebut Mohotara Lobata, Dilang Sangumang, Suk Silik Ajuh Ompoi co nganduh nia tana danum. Juga sebagai tempat pusat kesenian tetarian berupa tari Horoliung lunuk, manasai, deder, tari turuk tuwo, tari cuhuk onyuh, tati karang alu dan tari manompak. Lunuk buahnya dapat dimakan oleh hampir semua mahluk hidup selain manusia. Bahkan mahluk-mahluk halus dan roh gai...
Dayak Agabag adalah salah satu Dayak rumpun Murutic yang ada di Kalimantan Utara dan sebagian ada di Sabah, Malaysia. Dayak Agabag juka dikenal dengan sebutan Dayak Taghol/Taghel. Legenda nenek moyang Dayak Agabag bermula dari 7 orang bersaudara raksasa konon setinggi sekitar 20 mtr atau dikenal dengan Tulu Aga-aka. Pada suatu hari 3 dari tujuh bersaudara ini memutuskan untuk meninggalkan daerah Agabag. Namun Aki Kaligot memutuskan untuk tetap menetap di daerah Agabag. Karena sudah lama hidup sendiri, Aki Kaligot kemudian mengembara mencari pasangannya. Ia kemudian menemukan seorang wanita bernama Adu Kulimbong. Ia kemudian memiliki dua orang anak laki-laki dan perempuan bernama Pangimong dan Dala Ety. Aki Kaligotpun meninggal dunia, diikuti oleh isterinya. Tinggalah kedua anaknya hidup sendiri. Kedua anaknya ini tidak tahu bagaimana cara mendapatkan makanan, karena mereka masih belum mengenal apa itu bertani, selama ini mereka hanya mengandalkan orang tuanya. (Kuburan Aki Kaligot...
Kehidupan di dalam hutan melahirkan berbagai kearifan lokal masyarakat Dayak. Elemen-elemen alam tidak lepas dalam memenuhi kebutuhan hidup maupun bertahan dari serangan musuh. Selain sebagai senjata perang, sipet (sumpit) dan damek merupakan alat yang digunakan untuk berburu. Damek ialah anak sipet atau peluru yang umumnya terbuat dari bambu. Bahan lain bisa berupa kayu dan lidi. Bagian ujungnya diraut runcing dan diberi racun. Terdapat berbagai bahan untuk membuat racun yang dioleskan pada damek. Kali ini saya membahas bahan racun kombinasi dari buah-buahan dan bisa kodok. Buah Super Gatal Adalah buah yang disebut lumu atau lipu oleh masyarakat Kalimantan Tengah. Buah ini menimbulkan rasa gatal yang teramat sangat, bahkan tidak akan hilang walau kita menggaruk badan sampai kulit terkelupas. Jaman dulu, buah tersebut digunakan sebagai pengusir monyet yang menjadi hama tanaman masyarakat. Getah Panas Ada lagi pohon ipuh yang getahnya memiliki...
Didaerah MANGKATIP sebuah kelurahan yang merupakan ibukota dari Kecamatan Dusun Hilir, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah terdapat sebuah keramat yang disebut PANGANTUHU. Menurut cerita orang dulu pangantuhu ini adalah sisa bagian perahu ( sampung jukung ) orang dulu. Yang menjadikannya keramat adalah suatu ketika sekelompok orang yang bekerja disungai kecil orang mendengar suara tangisan, setelah dicari darimana suara tangisan itu berasal ternyata dari bagian sisa perahu ini, kemudian dibawalah sisa bagian perahu ini ke kampung mengkatip dan dibuat rumah/tempatnya. Para leluhur agama kaharingan dulu sering melakukan acara ritual BADEWA mengelilingi pangantuhu ini. Setelah beberapa lama dipindahkan, orang melihat air mengalir dari pangantuhu tersebut jadi diletakanlah wadah untuk menampung air tersebut. Lama kelamaan air tersebut berubah ( basaluh ) menjadi batu. Konon pernah ada kejadian ada orang gila yang mematahkan bagian dari kayu pan...
Orang Dayak juga mengenal sistem pengukuran dan takaran didalam kebudayaannya, ada yang merupakan pengaruh dari datangnya bangsa asing, namun ada juga yang memang ukuran yang sudah dipakai secara turun temurun. Mari folks kita gali lagi alat ukur dan takaran didalam budaya kita UKURAN VOLUME GANTANG, SUPAK, BELEQ GANTANG = Umumnya gantang dibuat dari kayu ulin atau kayu keras lainnya sebagai alat ukur takaran. Bentuk gantang itu bulat panjang, biasanya digunakan untuk menakar padi atau beras. Satu gantang kurang lebih seberat 2,5 kg. Alat ini umum digunakan dipedalaman Kalimantan, namun saat ini penggunaan gantang sudah sangat jarang dipakai lagi. CUNTANG = Satu cuntang sama dengan 1 liter – kadang penggunaan kata cuntang bisa digantikan dengan liter, hal ini biasanya dipakai oleh Suku Dayak yang berada di areal pesisir karena berhubungan dengan budaya luar. TIMPURUKNG = Ukuran yang menggunakan tempurung kelapa, satu timpurukng sebesa...
Dayak Lawangan / Luwangan adalah salah satu suku Dayak yang ada di Kalimantan Tengah. Dipercaya Dayak Lawangan adalah induk dari Sub Suku Dayak Kelompok Barito – seperti Bentian, Benuaq, Paser, Maanyan, Tabooyang, Deah, Tunjung, Bawo dan Kutai. Menurut situs “Joshua Project” suku Lawangan saat ini hanya berjumlah 109.000 jiwa. Seperti hampir semua Suku Dayak di Kalimantan, padi dianggap sebagai suatu yang bersifat ilahiah dan sangat berharga. Orang Dayak Luawang percaya padi berasal dari alam dewa-dewi. Konon sebelum manusia mengenal padi, manusia hanya makan dari hasil berburu dan hasil hutan saja. Pada suatu hari ada seorang manusia pergi berkunjung ke tempat tinggal para dewa. Di alam dewa itu ia melihat berbagai jenis tanaman padi yang sedang menguning dan berisi. Dalam kunjungan itu, manusia tadi dijamu makan oleh para dewa, ia menikmati makanan para dewa yang berasal dari padi tadi. Ketika manusia itu memakan makanan tersebut ia merasa bahwa makanan i...
Mungkin tidak banyak yang tahu sekarang ini bahwa orang Dayak mengenal system pembagian waktu. Orang Dayak Ngaju membagi waktu satu tahun berdasarkan perubahan musim dan kegiatan kegiatan yang dilakukan pada musim-musim itu. Sehingga dalam kalender Dayak Ngaju, satu tahun akan terbagi menjadi 11 masa atau bulan, nama nama masa itu antara lain: RAPAT TANDUK Ini masa memusyawarahkan membuat rencana tentang perladangan yang akan datang. Misalnya dimana dan bagaiman ladang yang akan datang dibuat. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada bulan Januari TAHALUYANG Ini adalah masa untuk mempersiapkan alat-alat berladang, antara lain beliung, parang, tikar, alat menampi, luntong, palundu dan sebagainya. Kegiatan ini dilakukan pada bulan Februari. SARANG NYARING Masa untuk tebas-tebang hutan untuk tempat berladang dan kegiatan ini dilakukan pada bulan Maret – April TIMBUK PAMBUK Kayu tebang ditempat yang akan dijadikan lading...
Penggunaan keris mungkin merupakan pengaruh bangsa melayu/jawa dan bangsa Moro yang memasuki Kalimantan. Ada kisah cerita Damang Bahandang balau di desa Dadahup yang berperang melawan bangsa buaya dengan menggunakan keris berlekuk tiga. Konon ceritanya di daerah perkampungan Suku Dayak yang disebut Kampung Dadahup, termasuk daerah aliran sungai Barito dan masyarakatnya pada waktu itu masih belum mengenal dunia luar. Memang mereka pada asal mulanya berasal dari Tumbang Kapuas dari Betang Sei Pasah yang didirikan sekitar tahun 1836, sehingga dari keluarga Damang Bahandang Balau berangsur-angsur pindah dan bermukim / mendirikan suatu perkampungan yang disebut Kampung Dadahup. Disinilah timbul legenda Damang Bahandang Balau yang artinya seorang Damang yang berambut warna merah memang sejak dari lahir. Damang Bahandang Balau adalah seorang petapa berambut panjang hingga kurang lebih 3 meter dan ia berilmu tinggi. Ia mempunyai Keris Pusaka kelok 3 berwarna keemasan pemberian orang...