jawa tengah
595 entri ditemukan

Entri per provinsi
Entri per provinsi

Entri Terkait

Gambar Entri
Kuwali - DI Yogyakarta - DI Yogyakarta - Peralatan Masak
Ornamen Ornamen
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pengguna kuwali hanya tinggal para pedagang makanan, seperti soto dengan label soto kuwali, pedagang gudheg, bubur, dan lainnya. Sementara warga pedesaan yang menggunakan alat ini tinggal sebatas di kala ada keperluan hajatan saja. Kuwali, kwali atau dalam bahasa Indonesia disebut belanga, adalah sebuah alat masak yang sering digunakan oleh masyarakat Jawa tempo dulu. Namun sekarang, keberadaan alat ini telah diganti oleh peralatan yang lebih modern, seperti panci, dandang, magiccom, ricecooker, dan sejenisnya. Tentu saja peralihan barang ini karena modernisasi dan akibat perkembangan zaman. Kuwali setidaknya masih banyak digunakan oleh masyarakat Jawa sebelum kemerdekaan RI hingga di tahun 1970-an. Bahkan, istilah ini telah terekam dalam kamus Jawa “Boesastra Djawa” karangan WJS. Poerwadarminta tahun 1939. Hal itu membuktikan bahwa barang ini jamak digunakan oleh masyarakat Jawa, khususnya, kala itu, sebagai peralatan untuk memasak sayur atau air, sepe...

avatar
Oase
Gambar Entri
Pengaron - Parangtritis - DI Yogyakarta - Peralatan Masak
Ornamen Ornamen
Daerah Istimewa Yogyakarta

Ada sebagian masyarakat di Jawa menyebut pengaron sebagai kemaron. Bentuk pengaron seperti kuali. Bedanya, bagian bawah pengaron datar, agar mudah diletakkan di tanah atau lantai. Diameter bagian alas lebih kecil dibandingkan dengan bagian atas. Pengaron juga mirip silinder. Sementara bagian atas berdiameter lebih besar dan mempunyai bibir melingkar selebar sekitar 5 cm. Pengaron juga umumnya terbuat dari tanah liat atau gerabah. Pengaron biasa dipakai setelah dibakar, seperti peralatan dapur lain yang terbuat dari tanah liat. Ada dua macam pengaron, yakni pengaron besar dan pengaron kecil. Untuk pengaron kecil, warga Parangtritis, Kabupaten Bantul, menyebutnya dengan kabaran. Disebut pengaron besar jika diameter lingkaran bagian atas sekitar 50 cm, tingginya 27 cm, dan disebut pengaron kecil (kabaran) jika diameter lingkaran bagian atas sekitar 35 cm serta tingginya 19 cm. Alat dapur yang satu ini multifungsi. Bisa untuk “ngaru” nasi, tempat air bersih, tempat...

avatar
Oase
Gambar Entri
Cowek - DI Yogyakarta - DI Yogyakarta - Peralatan Masak
Ornamen Ornamen
Daerah Istimewa Yogyakarta

Cowek adalah salah satu alat memasak tradisional yang hingga sekarang masih banyak dijumpai dan digunakan oleh rumah tangga sebagai salah satu kelengkapan untuk memasak di dapur. Boleh jadi, dapur-dapur sekarang sudah modern, tetapi alat ini tetap masih eksis digunakan. Apalagi bagi warga di pedesaan, jelas alat ini selalu hadir dalam kegiatan memasak sehari-hari. Selain cowek, orang Jawa sering menyebutnya layah. Dalam bahasa Indonesia disebut cobek. Tidak jauh berbeda. Namun menurut WJS Poerwadarminta dalam kamus Jawa “Baoesastra Djawa” (1939) membedakan pengertian cowek dan layak. Dalam kamus itu, pada halaman 257, disebutkan jika istilah layah itu untuk menyebut cowek berukuran besar. Namun tidak disebutkan secara jelas, ukuran besar itu dengan diameter berapa sentimeter. Sementara istilah cowek, seperti diterangkan pada halaman 647, dijelaskan sebagai layah kecil yang digunakan untuk membuat sambal atau sejenis piring kecil. Namun umumnya, masyarakat Jawa...

avatar
Oase
Gambar Entri
Cething - DI Yogyakarta - DI Yogyakarta - Peralatan Masak
Makanan Minuman Makanan Minuman
Daerah Istimewa Yogyakarta

Cething adalah sebutan alat dapur yang berfungsi sebagai tempat menaruh nasi yang sudah matang dan siap dihidangkan untuk disantap. Masyarakat Jawa dulu mengenal cething terbuat dari anyaman bambu, berujud seperti mangkuk. Anyaman bambu itu dibuat dengan diameter rata-rata sekitar 20 cm dan tinggi 16 cm. Bagian atas diberi belahan bambu berbentuk lingkaran, sementara bagian bawah diberi belahan bambu persegi empat berfungsi sebagai alas atau kaki.Pada perkembangan teknologi, cething terbuat dari logam dan plastik. Namun, cething bambu hingga saat ini masih tetap eksis, terutama dipakai di daerah pedusunan dan rumah-rumah makan yang ingin menampilkan suasana tempo dulu. Cething juga biasa disebut dengan istilah wakul. Cething sudah dikenal oleh masyarakat Jawa sejak lama. Masyarakat Nusantara lain tentu juga sudah lama mengenalnya. Bagi masyakarat Jawa, bisa melacak istilah cething ini dalam sebuah kamus bahasa Jawa “Baoesastra Djawa” terbitan 1939 karangan W...

avatar
Oase
Gambar Entri
Keren - Bantul - DI Yogyakarta - Peralatan Masak
Ornamen Ornamen
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wujud tungku jenis ini sepintas mirip dengan anglo, tetapi kalau diperhatikan dengan seksama ternyata ada perbedaan. Bahannya sama terbuat dari tanah liat. Bentuk dan ukuran juga hampir sama. Yang membedakan adalah tanpa adanya sarangan di tungku yang berjenis keren ini. Boleh jadi, keren ini perpaduan antara dhingkel dan anglo. Tungku jenis keren menggunakan bahan bakar berupa kayu, sabut kelapa, “blarak” (daun kelapa kering), bilah bambu, dan sejenisnya. Bahan bakar seperti ini juga digunakan pada tungku jenis dhingkel. Bedanya, kalau dhingkel terbuat dari susunan batu bata merah yang berbentuk U, keren terbuat dari tanah liat. Keren lebih praktis dipindah dibandingkan dengan dhingkel. Sama dengan anglo, keren juga ada yang kecil dan besar. Keren kecil sering dipakai untuk memasak sehari-hari, keren besar biasanya hanya untuk keperluan memasak dalam jumlah besar, misalnya saat ada hajatan selamatan, pernikahan, dan lainnya. Walaupun keberadaan...

avatar
Oase
Gambar Entri
Dhingkel - DI Yogyakarta - DI Yogyakarta - Peralatan Masak
Ornamen Ornamen
Daerah Istimewa Yogyakarta

Dhingkel adalah alat dapur yang digunakan untuk membakar kayu untuk mamasak. Dhingkel ini biasanya terbuat dari batu bata merah yang disusun berbentuk U dan memiliki satu lubang atas. Selain batu bata, bisa juga dhingkel terbuat dari susunan batu atau benda lain yang dianggap keras, kuat, dan tahan lama sebagai dasar untuk memasak. Fungsi dhingkel sama dengan kompor atau kompor gas. Dhingkel termasuk alat dapur yang hingga kini masih dipakai oleh warga masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan. Sebagian masyarakat kota masih menggunakan alat dhingkel sebagai ganti kompor, khususnya untuk memasak dalam skala besar, seperti saat punya hajatan dan sejenisnya. Digunakan dhingkel bisa karena dianggap lebih irit atau kebetulan masih memiliki stok kayu. Memang alat dapur dhingkel khusus untuk memasak dengan bahan dasar kayu dan sejenisnya. Dhingkel bisa disebut dhingkel terbuka dan dhingkel berlubang. Dikatakan dhingkel terbuka apabila bagian depan, tempat memasukkan kayu...

avatar
Oase
Gambar Entri
Tenggok - DI Yogyakarta - DI Yogyakarta - Peralatan Masak
Ornamen Ornamen
Daerah Istimewa Yogyakarta

Alat dapur tradisional ini terbuat dari anyaman bambu. Bentuknya menyerupai tabung. Bagian bawah berbentuk segi empat, atasnya berbentuk lingkaran yang lebih besar. Bagian atas tenggok dilapisi bilahan bambu sebagai penguat. Bagian bawah bersisi antara 20-25 cm, sementara bagian tengah dan atas berdiameter antara 25-35 cm. Tinggi tenggok sekitar 30 cm. Dalam kamus Jawa karangan WJS Poerwadarminta (1939) dikatakan bahwa tenggok hampir mirip dengan alat dapur yang bernama senik. Hanya saja tenggok berukuran kecil, senik berukuran besar. Namun, pada sebagian masyarakat Jawa, tidak membedakan antara istilah tenggok dan senik. Tenggok kadang disebut senik, demikian sebaliknya. Keduanya memiliki fungsi yang sama, yaitu sebagai tempat untuk menyimpan bahan makanan yang masih mentah, seperti beras, kacang tanah, kedelai, dan sebagainya. Tenggok juga mempunyai fungsi lain, untuk memeram buah agar cepat masak, misalnya buah pisang, buah sawo, srikaya, mangga, dan buah-buahan...

avatar
Oase
Gambar Entri
Semprong - Bantul - DI Yogyakarta - Peralatan Masak
Ornamen Ornamen
Daerah Istimewa Yogyakarta

Selain tepas atau dalam bahasa Indonesia disebut kipas, para kaum ibu masyarakat Jawa juga sering menggunakan alat lain yang mempunyai fungsi sama, yaitu semprong. Hanya saja, semprong ini lebih diutamakan untuk menyalakan bara api yang sedang padam dari keren, dhingkel, maupun luweng yang berbahan baku kayu. Apabila di tengah memasak apinya mati, maka untuk menyalakan api bisa menggunakan semprong. Caranya dengan meniupkan udara dari mulut di ujung semprong dan diarahkan ke lubang tungku tempat bara api. Lama-kelamaan bara api akan menyala dan kembali memanasi peralatan dapur yang dipakai untuk memasak. Bentuk semprong seperti tabung dengan panjang sekitar 30—40 cm berdiameter 3—5 cm, terbuat dari potongan bambu utuh, kedua ujungnya berlubang. Alat ini sangat sederhana dan biasanya hanya dibuat sendiri oleh pengguna. Bahkan kadang pula jika di dapur tidak ditemukan kipas maupun semprong bambu, maka para ibu rumah tangga hanya menggunakan semprong yang terbuat...

avatar
Oase
Gambar Entri
Erok-Erok - DI Yogyakarta - DI Yogyakarta - Peralatan Masak
Ornamen Ornamen
Daerah Istimewa Yogyakarta

Erok-erok atau serok termasuk salah satu alat dapur tradisional Jawa yang hingga saat ini masih eksis. Erok-erok hampir selalu hadir sebagai alat dapur yang fungsinya untuk meniris bahan makanan yang usai digoreng atau kadang-kadang bahan yang usai direbus. Biasanya erok-erok selalu berada di dekat wajan. Pada zaman erok-erok terbuat dari bambu, banyak tumbuh di sekitar halaman atau kebun. Dalam perkembangannya alat ini terbuat dari seng, aluminium, stenlis, atau kawat. Walaupun mengalami perubahan bahan, namun fungsinya tetap sama. Bentuk dan ukuran erok-erok bermacam-macam. Erok-erok yang terbuat dari anyaman bambu, biasanya berbentuk segitiga seperti kipas. Arah bagian pegangan atau pangkal biasanya mengecil, sementara bagian ujung melebar. Panjang sekitar 40-50 cm. Erok-erok anyaman bambu bisa dibuat sendiri. Saat ini sudah sangat jarang ditemui di pasar atau warung tradisional. Kelemahan erok-erok ini mudah rusak, apalagi jika tidak dirawat dengan baik....

avatar
Oase