Selain tepas atau dalam bahasa Indonesia disebut kipas, para kaum ibu masyarakat Jawa juga sering menggunakan alat lain yang mempunyai fungsi sama, yaitu semprong. Hanya saja, semprong ini lebih diutamakan untuk menyalakan bara api yang sedang padam dari keren, dhingkel, maupun luweng yang berbahan baku kayu. Apabila di tengah memasak apinya mati, maka untuk menyalakan api bisa menggunakan semprong. Caranya dengan meniupkan udara dari mulut di ujung semprong dan diarahkan ke lubang tungku tempat bara api. Lama-kelamaan bara api akan menyala dan kembali memanasi peralatan dapur yang dipakai untuk memasak.
Bentuk semprong seperti tabung dengan panjang sekitar 30—40 cm berdiameter 3—5 cm, terbuat dari potongan bambu utuh, kedua ujungnya berlubang. Alat ini sangat sederhana dan biasanya hanya dibuat sendiri oleh pengguna. Bahkan kadang pula jika di dapur tidak ditemukan kipas maupun semprong bambu, maka para ibu rumah tangga hanya menggunakan semprong yang terbuat dari gulungan daun pisang. Hanya saja semprong terbuat dari gulungan daun pisang sifatnya sementara dan darurat saja.
Alat ini hanya digunakan oleh dapur-dapur tradisional masa lalu dan sekarang sudah sangat jarang dipakai, apalagi oleh penduduk di perkotaan. Namun begitu, ternyata alat dapur ini masih bisa ditemui, terutama di museum-museum, salah satunya di Museum Tani Jawa Indonesia di Imogiri Bantul.
Istilah semprong juga telah terekam dalam sebuah kamus Jawa bernama “Baoesastra Djawa”. Kamus karangan WJS Poerwadarminta (1939) pada halaman 556 kolom 1 menyebutkan bahwa salah satu arti semprong adalah “bumbungan” (semacam pipa) terbuat dari bambu sebagai alat untuk menyalakan api dapur. Hal itu menandakan bahwa istilah semprong sudah lama dikenal oleh masyarakat Jawa sebagai salah satu alat dapur.
Semprong hanya ada di dapur dan alat ini biasanya tidak pernah jauh dari tungku api yang terbuat dari luweng, keren, maupun dhingkel. Sangat jarang, semprong diletakkan jauh dari tungku api tersebut. Selain itu, alat ini tidak dijual di pasar dan warung tradisional. Jadi, hanya bisa dibuat sendiri.
Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2014/10/semprong-pengganti-tepas/
Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati
Bangunan GKJ Pakem merupakan bagian dari kompleks sanatorium Pakem, yang didirikan sebagai respon terhadap lonjakan kasus tuberculosis di Hindia-Belanda pada awal abad ke-20, saat obat dan vaksin untuk penyakit ini belum ditemukan. Sanatorium dibangun untuk mengkarantina penderita tuberculosis guna mencegah penularan. Keberadaan sanatorium di Indonesia dimulai pada tahun 1900-an, dengan pandangan bahwa tuberculosis adalah penyakit yang jarang terjadi di negara tropis. Kompleks Sanatorium Pakem dibangun sebagai solusi untuk mengatasi kekurangan kapasitas di rumah sakit zending di berbagai kota seperti Solo, Klaten, Yogyakarta, dan sekitarnya. Lokasi di Pakem, 19 kilometer ke utara Yogyakarta, dipilih karena jauh dari keramaian dan memiliki udara yang dianggap mendukung pemulihan pasien. Pembangunan sanatorium dimulai pada Oktober 1935 dan dirancang oleh kantor arsitektur Sindoetomo, termasuk pemasangan listrik dan pipa air. Sanatorium diresmikan oleh Sultan Hamengkubuwono VIII pada 23...
Bahan-bahan 4 orang 2 bungkus mie telur 4 butir telur kocok 1 buah wortel potong korek api 5 helai kol 1 daun bawang 4 seledri gula, garam, totole dan merica 1 sdm bumbu dasar putih Bumbu Dasar Putih Praktis 1 sdm bumbu dasar merah Meal Prep Frozen ll Stok Bumbu Dasar Praktis Merah Putih Kuning + Bumbu Nasi/ Mie Goreng merica (saya pake merica bubuk) kaldu jamur (totole) secukupnya kecap manis secukupnya saus tiram Bumbu Pecel 1 bumbu pecel instant Pelengkap Bakwan Bakwan Kriuk bawang goreng telur ceplok kerupuk Cara Membuat 30 menit 1 Rebus mie, tiriskan 2 Buat telur orak arik 3 Masukkan duo bumbu dasar, sayuran, tumis hingga layu, masukkan kecap, saus tiram, gula, garam, lada bubuk, penyedap, aduk hingga kecap mulai berkaramel 4 Masukkan mie telur, kecilkan / matikan api, aduk hingga merata 5 Goreng bakwan, seduh bumbu pecel 6 Siram diatas mie, sajikan dengan pelengkap
Wisma Gadjah Mada terletak di Jalan Wrekso no. 447, Kelurahan Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma Gadjah Mada dimiliki oleh Universitas Gadjah Mada yang dikelola oleh PT GAMA MULTI USAHA MANDIRI. Bangunan ini didirikan pada tahun 1919 oleh pemiliknya orang Belanda yaitu Tuan Dezentje. Salah satu nilai historis wisma Gadjah Mada yaitu pada tahun 1948 pernah digunakan sebagai tempat perundingan khusus antara pemerintahan RI dengan Belanda yang diwakili oleh Komisi Tiga Negara yang menghasilkan Notulen Kaliurang. Wisma Gadjah Mada diresmikan oleh rektor UGM, Prof. Dr. T. Jacob setelah di pugar sekitar tahun 1958. Bangunan ini dikenal oleh masyarakat sekitar dengan Loji Cengger, penamaan tersebut dikarenakan salah satu komponen bangunan menyerupai cengger ayam. Wisma Gadjah Mada awalnya digunakan sebagai tempat tinggal Tuan Dezentje, saat ini bangunan tersebut difungsikan sebagai penginapan dan tempat rapat. Wisma Gadjah Mada memiliki arsitektur ind...
Bangunan ini dibangun tahun 1930-an. Pada tahun 1945 bangunan ini dibeli oleh RRI Yogyakarta, kemudian dilakukan renovasi dan selesai tanggal 7 Mei 1948 sesuai dengan tulisan di prasasti yang terdapat di halaman. Bangunan bergaya indis. Bangunan dilengkapi cerobong asap.