Sungai atau kali Gajah Wong adalah salah satu sungai yang membelah kota Yogyakarta. Bagian hulu berada di lereng merapi Kabupaten Sleman, sedangkan bagian hilir berada di Kabupaten Bantul. Sungai Gajah Wong merupakan ekosisten aquatik yang keberadaannya sangat dipengaruhi oleh aktivitas atau kegiatan di sekitarnya atau di daerah aliran sungai (DAS). Pemberian nama KALI GAJAH WONG karena ada suatu peristiwa yang terjadi yang merenggut nyawa dua jiwa di sungai atau kali ini. Dalam sebuah kisah diceritakan bahwa Kerajaan Mataram pernah berpusat di Kotagede, kurang lebih 7 kilo meter arah tenggara kota Yogyakarta. Pada waktu itu Kerajaan Mataram dipimpin oleh Sultan Agung yang mempunyai beribu-ribu prajurit, termasuk pasukan berkuda dan pasukan gajah. Kanjeng sultan juga mempunyai abdi dalem-abdi dalem yang setia. Di antara abdi dalem itu terdapat seorang srati (Srati : orang yang pekerjaannya mengurusi gajah), bernama KI SAPA WIRA . Setiap...
Makam Imogiri yang terletak di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu obyek wisata yang dikenal sebagai pemakaman para raja Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta yang dahulu merupakan Kerajaan Mataram. Kita dapat menuju ke obyek wisata tersebut menggunakan mobil maupun motor, namun disarankan kepada lansia untuk tidak mengunjungi makam ini karena Makam Imogiri terdiri dari banyak anak tangga dan jalan akses menuju ke sana dapat dibilang kurang mulus serta berkerikil. Pelancong yang memasuki area pemakaman diwajibkan untuk memakai kain dan kemben bagi wanita serta kain, baju dan blangkon bagi pria. Perhiasaan pun tidak diperbolehkan dan harus dilepas jika ingin masuk ke area pemakaman. Di dalamnya, makam-makam tersebut dibagi sesuai dengan pangkat dan jabatan para leluhur yang dimakamkan disana. Salah satu hal menarik yang terdapat di Makam Imogiri adalah lantai yang sangat harum, yang konon berasal dari Mekah dan dibawa oleh seorang raja yaitu Sult...
UPACARA TARAPAN KERATON YOGYAKARTA INDONESIA Tarapan adalah upacara untuk memeringati haid pertama (menarche) seorang gadis. Di keraton Yogyakarta upacara ini dilakukan di Bangsal Sekar Kedaton. Gadis yang sedang menarche memakai baju khas keraton Yogya dengan rambutnya disanggul. Keluarga membuat tumpeng, sesaji yang terdiri dari rempah-rempah dan bumbu dapur serta bubur merah putih. Sesaji itu dimaksudkan untuk menolak bala. Pada upacara ini tidak ada pria yang boleh ikut, termasuk Sultan. Upacara Tarapan di Surakarta sedikit beda. Dalam perayaan ini si Gadis mengenakan batik dalam ritual siraman. Kemudian si Gadis berganti baju dengan kain bermotif grompol sebagai lambang permohonan kebahagiaan dan kesejahteraan. Grompol (menggerombol) artinya agar selalu dikelilingi oleh teman-temannya. Perayaan diakhiri dengan syukuran bersama. Sedangkan masyarakat Jawa pada umumnya cukup memeringati menarche dengan membuat bubur...
Tradisi Apeman Tradisi Apeman ini adalah gabungan dari unsur keagamaan dan adat kesenian budaya orang jawa. Acara ini diadakan setiap menjelang datangnya bulan suci ramadhan, tradisi ini memiliki makna sebagai permohonan ampun kepada Tuhan Yang Maha ESA, saling meminta maaf lahir batin antar umat muslim sebelum datangnya bulan suci ramadhan, sebagai bentuk dari rasa syukur atas rizki bagi umat muslim di yogyakarta dan unrtuk mendoakan para leluhur terdahulu. Pertama-tama tradisi ini dilakukan untuk ruwatan yaitu mendoakan para tokoh-tokoh agama islam terdahulu, seperti para kiyai-kiyai besar, para leluhur desa, dengan mengadakan pengajian bersama, lalu masyarakat membersihkan makam para kiyai dan anak cucu keturunannya serta para leluhur desa dengan pandu oleh juru kunci makam tersebut untuk memperingati hari meninggalnya. Setelah membersihkan makam, dilanjutkan denga...
Astha Brata merupakan salah satu ajaran wayang untuk ratu-ratu (raja) Jawa agar mencapai “memayu hayuning Bawana” yang artinya keharmonisan dengan alam semesta. Astha sendiri berarti delapan sedangkan Brata berarti ajaran. Secara keseluruhan Astha Brata berarti delapan ajaran/watak yang harus dimiliki seorang pemimpin. Astha Brata diceritakan oleh lakon (cerita) wayang Ramayana dan Mahabharata. Dalam Ramayana Astha Brata diajarkan oleh Sri Rama kepada Wibisana dan Barata sedangkan dalam Mahabharata Astha Brata diajarkan oleh Begawan Kesawasidi, yang merupakan Kresna, pada Raden Arjuna. Astha Brata sendiri disimbolkan dengan bumi, api, air, angin, matahari, bulan, gunung, dan samudra. Menurut Yasadipura I (1729 - 1803) watak-watak yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah : 1. Watak bumi (mahambeg mring kisma) yang berarti pemimpin tidak boleh congkak serta disenangi warga. 2. Watak air (mahambeg mring warih) yang berarti pemimpin harus...
Sengkalan adalah angka tahun yang ditulis dengan menggunakan kata-kata yang memiliki karakter tertentu. Kata-kata tersebut biasanya disusun sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah frasa atau kalimat. Adapun sengkalan yang tidak menggunakan tulisan, tetapi diwujudkan dalam wujud gambar disebut dengan sengkalan memet . Beberapa karakter atau kata yang digunakan dalam penulisan sengkalan menurut angkanya adalah sebagai berikut: 1 : kata “ siji ” dan sinonimnya, sesuatu yang berjumlah satu ( surya, Gusti, nabi , dsb), benda bulat ( Bumi , dsb), manusia, dan benda yang berjumlah satu 2 : kata “ loro ” dan sinonimnya serta semua yang berpasangan ( asta, karna, netra, dsb) 3 : kata “ telu ” dan sinonimnya, api, dan cahaya 4 : kata “ papat ” dan sinonimnya, air, dan kata-kata yang artinya membuat 5 : kata “ lima ” dan sinonimnya, angin, senjata, dan raksasa 6 : kata “ nem ” dan sinonimnya...
Hidup tanpa ada yang menasehati dijamin akan terasa kurang akan sesuatu, hidup ini tidaklah selalu berada diatas, tidak selalu benar dan tanpa kesalahan atau kekurangan yang harus diperbaiki. Untuk memperbaiki hal tersebut orang terdekat dari kita biasa menasehati kita agar kesalahan tersebut tidak diulangi kedepannya dan dapat merubah kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Menurut pengalaman pribadi, orang yang biasa menasehati kita ialah sang ibu. Ibu bagaikan seorang guru yang dapat menasehati kita dengan cara-cara yang tak menyakiti hati namun tetap dapat tercapai tujuannya. Ibu penulis merupakan seorang wanita yang tumbuh besar di keluarga dengan adat jawa yang kental akan budaya menasehati dengan sindiran halus yang dinamai oleh pasemon. Pasemon merupakan istilah yang digunakan dalam masyarakat jawa untuk menasehati ataupun menyindir seseorang untuk mengingatkannya jika ia dirasa sudah bertindak diluar etika. Bahasa pasemon biasa digunakan sejak jaman d...
Raden Pinten dan Raden Tangsen adalah ksatria kembar. Kembar rupa, suara, maupun pakaian. Itulah sebabnya mereka sering dipanggil dengan sebutan “Kembar”. Keduanya putra Prabu Pandudewanata (Raja Hastina) dengan Dewi Madrim, putri dari Negeri Mandaraka (adik Raden Narasoma/Prabu Salya). Raden Pinten dan Raden Tangsen merupakan bagian dari Pandawa, menempati urutan keempat dan kelima. Urutan selengkapnya sebagai berikut Raden Dwijakangka, Raden Bratasena, Raden Premadi, Raden Pinten, Raden Tangsen. Pandawa dari akar kata Pandu + Hawa, artinya Putra Pandu. Dalam lakon Bale Sigala-gala, usia Pinten dan Tangsen masih kanak-kanak. Mereka telah ditinggal wafat ayah dan ibunya. Selanjutnya mereka dalam asuhan Dewi Kuntitalibrata. Meskipun bukan anak kandungnya, namun Dewi Kunti sangat menyayangi mereka seperti menyayangi anak sendiri. Sepeninggal Prabu Pandu, negara Hastina diperintah oleh Prabu Destarata. Prabu Destarata ini berputra seratus orang yang disebut Kurawa....
Prabu Druyudhana ( Suyudhana ) Raja Hastinapura sedang mengadakan siniwakan agung ( rapat paripurna ) yang juga dihadiri guru besar kerajaan, Resi Druna ( Durna ) dan Senapati Agung dari Awangga Narpati Basukarna ( Adipati Karna ), Patih Sengkuni dan para Kurawa, membicarakan tentang wangsit yang diterima Dewa melalui mimpinya akan turun wahyu Makhutarama di Kutharunggu. Kerajaan yang mendapat wahyu Makhutarama, akan menjadi negara yang adil dan makmur, gemah ripah loh jinawi, rakyatnya tidak akan menderita kekurangan apapun dan memperoleh perlindungan dari Hyang Maha Kuasa, demikianlah petunjuk dari Resi Druna ( Durna ). Sebagai murid dan sekaligus sebagai Raja, Prabu Druyudhana/Suyudhana, setelah mendengar petunjuk dari Guru Besarnya kemudian memerintahkan Senapati Agungnya Narpati Baskarna ( Adipati Karna ) untuk berangkat dan mendapatkan Wahyu Makhutarama di Pertapaan Kutharunggu. Narpati Basukarna ( Adipati Karna ) berangkat ke Pertapaan Kutharunggu disertai Sabregada (sepasuk...