Ritual
Ritual
ritual keraton Daerah Istimewa Yogyakarta Yogyakarta
upacara tarapan

UPACARA TARAPAN  KERATON YOGYAKARTA INDONESIA

Tarapan adalah upacara untuk memeringati haid pertama (menarche) seorang gadis.  Di keraton Yogyakarta upacara ini dilakukan di Bangsal Sekar Kedaton. Gadis yang sedang menarche  memakai baju khas keraton Yogya dengan  rambutnya disanggul. Keluarga  membuat tumpeng, sesaji yang terdiri dari rempah-rempah dan bumbu dapur  serta  bubur merah putih. Sesaji itu dimaksudkan untuk menolak bala. Pada upacara ini tidak ada pria yang boleh ikut, termasuk Sultan.  Upacara Tarapan di Surakarta sedikit beda. Dalam perayaan ini si Gadis mengenakan batik dalam ritual siraman. Kemudian si Gadis berganti baju dengan kain bermotif grompol sebagai lambang permohonan kebahagiaan dan kesejahteraan. Grompol  (menggerombol) artinya agar selalu  dikelilingi oleh teman-temannya. Perayaan diakhiri dengan syukuran bersama. Sedangkan masyarakat Jawa pada umumnya cukup memeringati menarche dengan membuat bubur merah dan putih. Bubur putih dibuat tanpa gula sedangkan bubur merah diberi gula aren. Orangtua (Ibu) kemudian berdoa untuk anak gadisnya.
Sebagai bagian dari melestarikan tradisi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, pasangan Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Wironegoro dan GKR Mangkubumi menggelar upacara Tarapan. Bagaimana prosesi Tarapan itu ?

Tarapan adalah upacara untuk memperingati haid pertama (menarche) seorang gadis. Di Keraton Jogja ritual tersebut telah dilakukan turun-temurun sejak ratusan tahun. Tarapan kali ini untuk menandai menstruasi pertama Raden Ajeng (RA) Artie Ayya Fatimasari,12.

RA Artie adalah putri pertama pasangan KPH Wironegoro dan GKR Mangkubumi, yang juga cucu dari Raja Keraton Jogjakarta Sri Sultan Hamengku Bawono 10 dan GKR Hemas. Prosesi diawali dengan siraman RA Artie yang dilakukan oleh GKR Hemas yang kemudian dilanjutkan oleh GKR Mangkubumi. Dalam beberapa kali siraman, tampak bagaimana pelajar kelas 5 SD tersebut masih malu-malu.

Berkali-kali ia menutupi mukanya saat jepretan kamera mengarah padanya. Gadis bongsor itu juga selalu menggelayut di lengan ibundanya. Hal itu tentu saja mengundang tawa para undangan. ”Maaf ya, anak saya ndak fotogenik ya,” celetuk KPH Wironegoro seusai prosesi siraman kepada para pewarta.

Selanjutnya, setelah berganti dengan kebaya hijau dan bawahan batik cokelat, kakak dari Raden Mas Drasthya Wironegoro itu menjalani ritual pemberian ratus pada rambutnya. Rambutnya yang terurai panjang diberikan ratus dupa agar menjadi harum.

Setelah itu, proses terakhir yakni sungkem kepada kakek dan neneknya. Gadis manis kelahiran Singapura, 3 Oktober 2003 itu kembali malu-malu, kemudian sungkem kepada kakek dan neneknya yaitu Sultan HB 10 dan GKR Hemas serta kakek dari ayahnya Soedjatmoko.

GKR Mangkubumi menjelaskan, prosesi ini sebagai wujud dalam meneruskan budaya leluhur. Upacara ini secara simbolis sebagai wujud syukur atas limpahan dari Tuhan dan meminta restu sesepuh. ”Kita minta doa, semoga diberikan keselamatan dan pengayoman dari eyangnya, leluhur, dan utamanya Tuhan Yang Maha Esa,” ungkapnya.

GKR Mangkubumi menjelaskan, karena putrinya telah menginjak gadis harapannya dia menjadi lebih baik, sopan, dan bisa membantu orang tuanya. ”Memang masih manja, badannya saja bongsor,  apa-apa masih ibunya. Semoga saja selanjutnya bisa menjaga sikap, bisa meneruskan teladan leluhurnya,” harapnya.

Sebagai pemandu rangkaian prosesi Tarapan, RAy Kusswantiyasningrum mengatakan, RA Artie mengenakan pakaian adat Jawa lengkap dengan pinjung, sampai cinde motif bulat-bulat. Hal itu, menurutnya, melambangkan guyub rukun. ”Agar nantinya dia banyak temannya, dikelilingi orang-orang yang baik,” terangnya kepada Radar Jogja.

Di samping itu, masih ada pethat gunungan nyawiji gusti, bros peniti renteng, kamus timang budiran, timang kupu-kupu, sangsangan susun dan gelang kono. ”Garis besarnya bertujuan mendekatkan pada Tuhan Yang Maha Esa. Intinya memohon berkah ridho Allah SWT doa restu pinisepuh supaya masa puber, peralihan ke gadis diberi keselamatan. Puber kan banyak godaan, agar masa itu dijauhkan dari perbuatan yang tidak diinginkan,” ungkapnya.

Dalam ritual tersebut, juga ada sesaji jarum. Hal itu melambangkan daya ingat yang tajam. Agar anak dapat memiliki kemampuan berpikir yang tajam. Dijelaskan, upacara ini hanya dilakukan sekali setelah masa haid pertama.

”Dilakukan seminggu setelah haid pertama. Di luar keraton sudah jarang sekali, hampir punah. Kalau tidak salah, terakhir dilaksanakan upacara Tarapan tiga tahunan lalu oleh keluarga keturunan HB VII,” kenangnya.

 

Puthutan=busana khas Jawa kangge lare (anak-anak)


Sumber : Ibu Triwik Damarjati (Guru SMAN 1 Yogyakarta)

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline