Di dalam proses upacara perkawinan adat suku Buol, ada beberapa tahapan yang harus dilalui sebagai rangkaian adat perkawinan, sebagai berikut: Mongoyokapo ialah langkah pertama dari orangtua sang jejaka mengadakan pendekatan dengan orangtua sang gadis. Bilamana mendapat sambutan yang baik dan bilamana sang gadis belum ada calon tunangan, maka disambung dengan langkah berikutnya. Modolyo Sunangano ialah usaha memperkenalkan kedua remaja yaitu oleh orangtua mereka dibawa berjalan-jalan semacam piknik seperti pergi makan buah-buahan untuk melihat apakah kedua remaja ada saling tertarik satu sama lain. Bilaman jelas mereka saling mencinta, maka barulah diadakan peminangan yang disebut molyako nikah . Molyako Nikah . Di sini acara peminangan terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah penyampaian pinangan dan bila diterima akan disusul dengan tahap kedua yaitu penentuan ( motaanduano ). Penentuan yang dimaks...
Upacara ini dijumpai dalam lingkungan keluarga raja atau bangsawan pada zaman dahulu, khususnya bagi yang menjabat kekuasaan dalam pemerintahan sebagai Magau. Molumu ialah masa menyemayamkan jenazah, di mana mayat disimpan dalam peti kayu yang tertutup rapi. Molumu berarti menyimpan mayat-mayat dalam peti (lumu, peti mayat) yang dibuat dari yang sudah nigala-gala (diberi alat perekat dan penutup setiap lubang dan pertemuan papan peti mayat tersebut dengan alat perekat). Maksudnya agar bau busuk dari mayat dalam peti itu tidak tercium, karena mayat yang dipetikan (nilumu) tidak dibalsem atau dimumikan. Maksud dan tujuan upacara molumu tersebut ialah agar roh si mayat tersebut beristirahat dengan tenang, di tengah-tengah keluarga sebelum ia dikuburkan, di samping menunggu para Tadulako membawa hasil sesembahannya berupa kepala manusia yang dicarinya di luar kerajaan. Mendapatkan kepala manusia dengan jalan mengayau (nangae) adalah salah satu kegiatan dan merupakan salah satu perle...
Salah satu peninggalan sejarah yang cukup menarik di Gorontalo adalah benteng Oranye ( Fort Orange ). Benteng ini terletak di Bukit Arang yang masuk wilayah administratif Lingkungan I, Desa Dambalo, Kecamatan Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Lokasi ini berada sekitar 61 kilometer dari Kota Gorontalo, atau 2 kilometer dari pusat Kota Kwandang, ibukota Kabupaten Gorontalo. Menurut sejarahnya, yang pertama kali datang mendiami pesisir pantai Kwandang, yaitu suku Buol, kemudian suku Gorontalo yang berasal dari Kerajaan Limboto. Masusknya suku Gorontalo dari Limboto ini, didorong oleh kekhawatiran mereka bahwa Tomilito (Kwandang) akan dikuasai oleh Kerajaan Buol. Pada saat itu, perairan pantai Kwandang berkecamuk perang melawan Mangindano, komplotan bajak laut yang berasal dari Philipina (Mindanawo). Pada pertengahan abad 15-16, datang bangsa Barat ke Indonesia, terus menuju ke Timur yaitu bangsa Portugis yang menduduki Ternate...
Masjid Terate Udik adalah nama sebuah masjid yang terletak di Kampung Terate Udik, Desa Masigit, Kecamatan Cilegon, Kota Cilegon, Provinsi Banten. Masjid ini termasuk salah satu tempat ibadah umat Islam yang dikeramatkan oleh masyarakat Cilegon dan sekitarnya. Menurut cerita, bangunan masjid ini tidak bisa diabadikan oleh kamera ataupun sejenisnya karena hasilnya tidak pernah jadi atau tidak jelas (blur) atau bahkan hanya hitam saja. Ilustrasi Masjid Terate Udik, Banten, Indonesia Di Kampung Terate Udik, Provinsi Banten, terdapat sebuah mushola kecil yang dibangun oleh penduduk setempat secara bergotong-royong. Rumah ibadah tersebut didirikan di atas tanah wakaf milik Ki Ahmad yang merupakan sesepuh desa sekaligus ulama yang terkenal kaya. Selain untuk tempat ibadah, mushola tersebut kerap digunakan sebagai tempat bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah-masalah yang me...
Legenda Danau Lau Kawar merupakan sebuah legenda yang berkembang di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Kabupaten yang memiliki wilayah seluas 2.127,25 km2 ini terletak di dataran tinggi Karo, Bukit Barisan, Sumatera Utara. Oleh karena daerahnya terletak di dataran tinggi, sehingga kabupetan ini dijuluki Taneh Karo Simalem. Kabupaten ini memiliki iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 16o sampai 17oC dan tanah yang subur. Maka tidak heran, jika daerah ini sangat kaya dengan keindahan alamnya. Salah satunya adalah keindahan Danau Lau Kawar, yang terletak di Desa Kuta Gugung, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Air yang bening dan tenang, serta bunga-bunga anggrek yang indah, yang mengelilingi danau ini menjadi pesona alam yang mengagumkan. Menurut masyarakat setempat, sebelum terbentuk menjadi sebuah danau yang indah, Danau Lau Kawar adalah sebuah desa yang bernama Desa Kawar. Dahulu, daerah tersebut merupakan kawasan pertanian yang sangat subur. Mata pencaha...
Daik Lingga merupakan Ibu Kota Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau. Kabupetan termuda di Indonesia yang dijuluki ‘Si Bungsu” ini juga disebut sebagai “Bunda Tanah Melayu”. Selain itu, Daik Lingga juga merupakan salah satu kota bersejarah di Indonesia. Dahulu, Daik pernah menjadi pusat kerajaan Riau-Lingga hampir seratus tahun lamanya. Selama periode itu, tercatat sejumlah raja yang pernah memerintah di kerajaan itu. Menurut catatan sejarah, raja-raja yang pernah memerintah di antaranya, • Sultan Ambdurrahman Syah (1812-1832), • Sultan Muhammad Syah (1832-1841), • Sultan Muhammad Muzafar Syah (1841-1867), • Sultan Badrul Alam Syah II (1857-1883), dan • Sultan Abdurrahman Muazzam Syah (1883-1911). Menurut cerita rakyat yang berkembang di kalangan masyarakat Daik Lingga bahwa kerajaan Daik Lingga masyhur pada saa...
Ini adalah ritual pesta syukur masyrakat Dayak Siang karena hasil panen dan rejeki yang diterima selama satu tahun. Ngolunuk berarti mendirikan pohon lunuk (beringin) atau mendirikan “sangkai lunuk” ditengah-tengah rumah betang. Pada pohon ini akan digantungkan pelbagai buah-buahan, kerajinan tangan, kue-kuean sebagai simbol kebahagiaan nenek moyang dan pada akhir pesta semuanya ini akan dibagikan kepada para tamu yang datang. Sangkai lunuk inilah yang akan jadi pusat kegiatan baik itu ritual berupa “Balian Basi Siang” yaitu menyampaikan doa-doa suci dan persembahan kepada Tuhan Yang Kuasa atau disebut Mohotara Lobata, Dilang Sangumang, Suk Silik Ajuh Ompoi co nganduh nia tana danum. Juga sebagai tempat pusat kesenian tetarian berupa tari Horoliung lunuk, manasai, deder, tari turuk tuwo, tari cuhuk onyuh, tati karang alu dan tari manompak. Lunuk buahnya dapat dimakan oleh hampir semua mahluk hidup selain manusia. Bahkan mahluk-mahluk halus dan roh gai...
Urang Banjar memang tidak mengenal sistem rumah panjang atau rumah betang seperti pada kebanyakan suku Dayak. Namun demikian tidak semua Dayak juga mengenal sistem rumah panjang atau rumah betang. Dayak Maanyan dan Dayak Meratus memiliki sistem bentuk rumah adat yang sama dengan rumah adat Banjar. Hal ini mungkin disebabkan kedua suku ini masih adalah satu rumpun nenek moyang. Namun kali ini kita akan fokus pada proses pembangunan rumah adat Banjar. Rumah adat Banjar disebut dengan rumah bubungan tinggi yang memiliki beberapa variasi bentuk, namun utamanya selalu membentuk pola cacak burung atau dalam bahasa dayaknya disebut lampak lampinak – pola seperti salib. Namun kali ini kita hanya akan membahas proses pembuatan rumah adat banjar. Seperti kebudayaan orang pada jaman dahulu, budaya gotong royong dalam membangun rumah adalah juga adat yang dilakukan oleh Urang Banjar baik untuk membuat atap dari daun rumbia, memasang tongkat, tiang sampai memasang lantai...
Monumen Tugu Bambu Runcing terletak di pertigaan jalan Warung Bongkok, Desa Suka Danau, Kecamatan Cibitung. Monumen yang berbentuk bambu runcing ini dibangun pertama kali pada tanggal 5 juli 1962 oleh prakarsa Leguin Veteran RI mengunakan bambu yang diisi dengan kayu. Dengan bantuan warga Warung Bongkok yang secara gotong royong dan suka rela membangun monumen tersebut, kini bisa kita melihat monumen tersebut saat melintas di jalur Cikarang-Cibitung. Berdasarkan informasi dari warga sekitar, tugu ini direnovasi mengunakan besi rel kereta api pada 10 Agustus 1970 karena bahan tersebut mudah rusak dan diresmikan bertepatan dengan hari kemerdekaan RI, 17 Agustus 1970. Monumen yang memiliki tinggi 2,92 meter dengan lebar 2,92 meter ini ternyata dibuat sebagai bentuk penghargaan bagaimana para pejuang melawan tentara Belanda pada tanggal 13 Desember 1945. Daerah sekitar monumen ini dulunya adalah tempat perjuangan yang pada w...