Produk Arsitektur
Produk Arsitektur
Benteng Gorontalo Gorontalo
Benteng Oranye
- 16 Juli 2018
Salah satu peninggalan sejarah yang cukup menarik di Gorontalo adalah benteng Oranye (Fort Orange). Benteng ini terletak di Bukit Arang yang masuk wilayah administratif Lingkungan I, Desa Dambalo, Kecamatan Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Lokasi ini berada sekitar 61 kilometer dari Kota Gorontalo, atau 2 kilometer dari pusat Kota Kwandang, ibukota Kabupaten Gorontalo.
 
Menurut sejarahnya, yang pertama kali datang mendiami pesisir pantai Kwandang, yaitu suku Buol, kemudian suku Gorontalo yang berasal dari Kerajaan Limboto. Masusknya suku Gorontalo dari Limboto ini, didorong oleh kekhawatiran mereka bahwa Tomilito (Kwandang) akan dikuasai oleh Kerajaan Buol. Pada saat itu, perairan pantai Kwandang berkecamuk perang melawan Mangindano, komplotan bajak laut yang berasal dari Philipina (Mindanawo).
 
Pada pertengahan abad 15-16, datang bangsa Barat ke Indonesia, terus menuju ke Timur yaitu bangsa Portugis yang menduduki Ternate, Maluku, lalu Sulawesi khususnya Gorontalo melalui Kwandang.
 
Didorong oleh keinginan untuk menguasai daerah Gorontalo dan mempertahankan dari serangan musuh (bajak laut) dari Philipina terutama di pesisir utara Kwandang maka timbullah usaha untuk membangun benteng pertahanan di pesisir pantai utara Kwandang. Benteng ini dibangun oleh bangsa Portugis pada 1630 Masehi.
 
Cara Portugis membangun benteng ini, menggunakan tenaga rakyat banyak secara gotong-royong. Untuk mengangkat batu, mereka berdiri berjejer dan menggulirkan batu-batu itu dari tangan ke tangan, sampai ke tempat tumpukan batu, tempat pembuatan benteng.
Bahan-bahan yang digunakan untuk membangun benteng ini, yaitu batu karang, batu gunung, pasir dan kapur, serta dengan bahan perekatnya ialah getah pelepah daun rumbia, sebab pada waktu itu belum ada semen. Akan tetapi, benteng ini cukup kuat.
 
Kedatangan bangsa Belanda di Gorontalo sekitar awal abad 17 menyebabkan bangsa Portugis mulai terdesak karena persaingan dagang dan perebutan kekuasaan di salah satu daerah sumber penghasil rempah-rempah, sehingga terpaksa Portugis meninggalkan Gorontalo.
 
Pada abad 18, benteng ini diperbaiki oleh bangsa Belanda, dengan menambah bangunan kecil di atas bukit sebagai tempat memantau dan pusat penembakan, dengan menempatkan sebuah meriam.
 
Penambahan bangunan benteng serta perubahan konstruksi bangunan benteng, mulai memakai semen. Semula, orang Gorontalo menamai benteng ini dengan sebutan benteng (ota) Lalunga. Namun, ketika Snouck Orange memerintah benteng ini maka namanya diganti dengan nama Fort Orange (Benteng Oranye).
 
Secara konstruksi, bangunan benteng ini terdiri atas dinding benteng, bastion I, bastion II, dan bastion III. Dinding benteng yang berbentuk segi empat memiliki ukuran panjang 40 meter, lebar 32,5 meter, dan tinggi sekitar 3 - 4 meter serta ketebalan 50-60 cm. Bastion I yang berada di sebelah barat laut, memiliki panjang 19 meter, dan lebar 3 – 5 meter. Bastion II berada di timur laut, memiliki bentuk bulat telur (elips) dengan diameter 8 meter, tinggi berkisar antara 4 hingga 5 meter, dengan ketebalan dinding antara 60-90 cm. Sedangkan, bastion III kini tinggal bekasnya saja. Diperkirakan bentuknya juga bulat telur dengan diameter 11 meter, sedangkan tingginya sama dengan benteng lainnya. Bastion III ini dulunya sebagai pos pengintai. Untuk menuju ke benteng, pengunjung harus menaiki tangga sebanyak 178 anak tangga.
 
Untuk melestarikan benda-benda peninggalan sejarah ini, Pemerintah berusaha memperbaiki benteng Oranye dari tahun 1983 hingga 1987 terbagi dalam lima tahap, yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan studi kelayayakan pada tahun 1979. Berdasarkan instruksi Inspektorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI maka benteng Oranye telah memiliki pos jaga dan juru pelihara.
 
Kin benteng Oranye menjadi obyek wisata di Bumi Gorontalo yang menjadi tujuan kunjungan bagi wisawatan mancanegara maupun wisatawan nusantara. *** [221113]
 
Kepustakaan:
Farha Daulima, dkk., 2007, Mengenal Situs/Benda Cagar Budaya Di Provinsi Gorontalo, Limboto: Forum Suara Perempuan LSM Mbu’i Bungale
Navita Kristi,dkk., 2012, Fakta Menakjubkan tentang Indonesia: Wisata Sejarah, Budaya dan Alam di 33 Provinsi, Jakarta: Cikal Aksara (Imprint) Agromedia Mustika

 

Sumber: http://kekunaan.blogspot.com/2013/12/benteng-oranye.html

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Jembatan Plunyon Kalikuning
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...

avatar
Bernadetta Alice Caroline