×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Ritual

Provinsi

Kalimantan Selatan

Adat Mendirikan Rumah Pada Suku Banjar

Tanggal 24 Jul 2018 oleh Deni Andrian.

Urang Banjar memang tidak mengenal sistem rumah panjang atau rumah betang seperti pada kebanyakan suku Dayak. Namun demikian tidak semua Dayak juga mengenal sistem rumah panjang atau rumah betang. Dayak Maanyan dan Dayak Meratus memiliki sistem bentuk rumah adat yang sama dengan rumah adat Banjar. Hal ini mungkin disebabkan kedua suku ini masih adalah satu rumpun nenek moyang. Namun kali ini kita akan fokus pada proses pembangunan rumah adat Banjar.

Rumah adat Banjar disebut dengan rumah bubungan tinggi yang memiliki beberapa variasi bentuk, namun utamanya selalu membentuk pola cacak burung atau dalam bahasa dayaknya disebut lampak lampinak – pola seperti salib. Namun kali ini kita hanya akan membahas proses pembuatan rumah adat banjar.

Seperti kebudayaan orang pada jaman dahulu, budaya gotong royong dalam membangun rumah adalah juga adat yang dilakukan oleh Urang Banjar baik untuk membuat atap dari daun rumbia, memasang tongkat, tiang sampai memasang lantai dilakukan secara bergotong royong sesama masyarakat kampung teresebut. Namun ada juga pekerjaan-pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh tukang rumah yang mengerti tata cara dan perhitungan pembangunan rumah tersebut.

Setelah selesai tongkat-tongkat rumah dipasang gala-galanya maka segera dipasang semacam lantai darurat dengan menggunakan bahan papan yang ada. Menjelang maghrib maka akan dilakukan kegiatan “BERSEMBAHYANGAN” bersama warga masyarakat kampung juga diundang seorang TUAN GURU (Alim Ulama) 

Acara persembahyangan dimulai dengan melakukan sholat maghrib diatas rumah yang sudah dibangun lantai darurat tersebut, selesai sembahyang maghrib dilanjutkan dengan membaca surat Yasin, shalawat dan sembahyang tahajud. Kemudian dilanjutkan dengan sembahyang isya lalu diadakan acara selamatan dengan pembacaan doa, selesai prosesi itu semua dilanjutkan dengan makan bersama.

Pada malam harinya rumah tersebut harua ditiduri oleh seseorang dengan nyala lampu sepanjang malam.

Selesai melakukan sembahyang subuh maka akan dilakukan acara “MEMUAT TIHANG” biasanya akan dilakukan oleh Tuan Guru (Kiayi) sambil membacakan shalawat bersama mendirikan tiang rumah biasanya ada 4 atau 5 buah tiang. Biasanya juga tiang itu sudah siap sejak sore dan diletakan didekat tempat yang akan dipasang tersebut.

Pada bagian atas dari tiang tersebut akan diikatkan ketupat atau disebut KATUPAT BANGSUL – Yaitu ketupat dengan bentuk lancip supaya anggota keluarga sering “bangsul” atau sering datang berkunjung, disamping beberapa hiasan yang dibuat dari daun enau atau daun kelapa muda. Setelah tiang didirikan biasanya tiang akan digoyang-goyangkan dan ketupat tadi akan berjatuhan lalu anak-anak akan ramai berebutan ketupat tadi, lalu dilanjutkan dengan pembacaan shalawat.

Disamping ketupat juga disediakan nasi lemak / nasi ketan, telur dan inti (terbuat dari parutan kelapa dan gula merah). Ada filosofi dari sajian-sajian ini yaitu nasi lemak/nasi ketan melambangkan agar anggota keluarga selalu lekat atau disebut bajumpulut, ketupat bangsul agar anggota keluarga selalu bangsul atau berkunjung. Inti supaya rumah kelihatan manis dipandang dan HINTALU atau telor biasanya disukai orang.

Perkakas untuk bangunan terutama tiang dan tongkat yang terdiri dari kayu ulin biasanya diperiksa dengan seksama oleh seorang ahli yang disebut MALIM, kalau-kalau ada yang tidak baik sebab jika tiang/tongkat yang tidak baik dipercaya bisa membawa sial bagi penghuninya seperti kematian, wabah sakit penyakit dll. Begitu juga dengan lokasi tanah akan diperiksa oleh malim tadi apakah lokasinya baik atau tidak. Rumah yang baik menghadap kejalan dan kearah “Matahari Hidup” sebab dipercaya sebagai “Perajakian” atau sering mendapat rezeki.

 

Sumber: https://folksofdayak.wordpress.com/2017/01/12/adat-mendirikan-rumah-pada-budaya-banjar/

DISKUSI


TERBARU


Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

Refleksi Realit...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Refleksi Keraton Yogyakarta Melalui Perspektif Sosiologis

Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adanya manusia menjadi penyebab munculnya kebudayaan. Kebudayaan sangat penting dalam k...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...