Malabuh merupakan tradisi Masyarakat Banjar yang percaya bahwa Datu, Kakek atau turunannya memiliki hubungan dengan makhluk gaib “Buaya Kuning, Buaya Putih atau Naga Laki dan Naga Bini” . Tradisi ini sangat sulit untuk kita temukan di Banjarmasin , saat berkeliling untuk dalam rangkaian menuju Festival Kolaborasi Nyawa Sungai Banjarmasin Masa Depan saya dan kawan kawan bertemu dengan sosok Ibu Mastiah yang sedang menyiapkan bahan atau sesaji untuk tradisi Melabuh dalam rangka persiapan upacara Mandi Mandi Hamil 7 Bulanan dan Malabuh Tahunan untuk Keluarga yang memiliki ikatan dengan makhluk gaib tersebut. Dalam Tradisi Malabuh ini sesaji di peruntukkan untuk makhluk gaib “Buaya Kuning” isi dari sesaji ini adalah Upung (Mayang Kandung dari Pohon Pinang) melambangkan Badan , Bogam (Rangkaian Bunga Melati Kenanga dan Mawar) yg melambangkan Telinga, Pisang Mahuli yang melambangkan gigi, Ketan Kuning dan Telur Ayam Kampung yang melambangkan Perut dan Pusar...
Dinamakan Kopi Uthek karena cara menikmati kopi tersebut berbeda dari biasanya. Secangkir kopi pahit, dinikmati dengan gigitan gula aren yang terpisah. Saat gula aren digigit akan berbunyi "thek", itu yang menjadi dasar penamaan Kopi uthek. Begitu gula sudah di dalam mulut, kopi pun disruput. Perpaduan keduanya akan menghasilkan cita rasa kopi yang unik nan nikmat. Sumber: http://radiovisfm.com/index.php/banyuwangi-hari-ini/19-pemerintahan/542-sego-lemeng-dan-kopi-uthek-gambaran-tradisi-masyarakat-banjar
Kabupaten Balangan termasuk daerah yang banyak memiliki tradisi unik dan menarik, yang mana hingga kini masih terjaga dan dilaksanakan oleh masyarakat. Salah satu tradisi itu adalah Batungkih Kayu secara gotong royong jika ada warga yang akan menggelar aruhan. Ya, konon tradisi ini sudah ada secara turun temurun sejak zaman bahari, bahkan awal mulanya pun tak begitu diketahui kapan. Namun yang jelas hingga saat ini tradisi ini masih bertahan dan dilaksanakan oleh masyarakat. Seorang warga Desa Panggung Kecamatan Paringin Selatan, Adie kepada banjarmasinpost.co.id mengatakan, sebelum ia lahir pun tradisi batungkih kayu bergotong royong ini sudah ada. "Itu disampaikan oleh tetuha dirumah, ujar sidin sebelum ikam lahir sudah ada tradisi ini," ungkapnya. Oleh karena itu, ia pun kagum dan antusias melihat, serta mengikuti tradisi tersebut jika ada warga yang akan menggelar acara aruhan. Sumber: http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/06/23/tradisi-unik-batungkih-kayu-balangan-...
Jika tradisi Pangantin Bausung atau Bausung Pangantin dikenal menjadi ciri khas, dari kebudayaan urang banua saat menjalani prosesi perkawinan (baarak pangantin), ternyata banyak tradisi unik lainnya yang ada saat berlangsung prosesi perkawinan, khususnya di daerah hulu sungai. Salah satunya adalah "Jalan Liuk" yang hingga kini, tradisi turun termurun tersebut masih dilestarikan oleh warga desa Marias Kecamatan Juai saat melangsungkan acara pengantinan. Tradisi "Jalan Liuk" dilaksanakan pada malam hari sesudah siangnya digelar resepsi kedua mempelai. Keunikan tradisi ini, ialah pengantin harus masuk kejalur kotak-kotak yang dibuat dari tali dan mirip taman labirin dari dua buah pintu berseberangan dan harus bisa bertemu ditengah-tengah. Menurut salah satu tokoh masyarakat Desa Marias, H. Syaprani (64 tahun), tradisi Jalan Liuk ini sudah menjadi tradisi turun temurun di masyarakat dan hingga kini masih diletarikan. Tradisi Jalan Liuk, kata Syaprani, dilakukan pada malam...
Buat kamu yang tinggal di Kediri tentu tak asing dengan tradisi tarung bebas, Pencak Dor. Pencak Dor sendiri diinisiasi oleh almarhum Kiai Agus Maksum Jauhari atau yang biasa dipanggil Gus Maksum di Pesantren Lirboyo Kediri. Tujuannya adalah terjalinnya silaturahmi sesama pendekar dan media dakwah pemuda. Namun sebenarnya pendirian arena Pencak Dor dilatarbelakangi oleh kegelisahan Gus Maksum akan maraknya aksi perkelahian antar remaja di Kediri kala itu.Tak jarang dari perkelahian tersebut menimbulkan korban. Oleh karena itulah Gus Maksum ingin membuat arena untuk bertarung satu lawan satu secara fair. Jadi segala perselisihan yang dihadapi bisa terselesaikan dengan adil tanpa menguras rasa persaudaraan. Meski jadi arena tarung bebas namun rupanya tradisi ini sangat digemari oleh masyarakat Kediri. Setiap kali acara ini digelar pasti dipadati oleh ratusan hingga ribuan penonton.Penasaran seperti apa kegiatan tarung bebas atau Pencak Dor ini? Berikut foto-foto seputar Pencak...
Menu Mengenal Tradisi Buka Luwur, Mengganti Mori di Makam Pengembang Islam di Boyolali Jumat, 5 Oktober 2018 16:41 tradisi-buka-luwur-kembali-digelar 20181005 163526.jpg Tradisi Buka Luwur Kembali Digelar - Istimewa TRIBUNJATENG.COM, BOYOLALI - Melewati hari keduapuluh Bulan Muharram atau Suro pada penanggalan Jawa sejumlah juru kunci Makam Syech Maulana Ibrahim Magribi di Desa Candisari; Kecamatan Ampel terlihat sibuk. Mereka sedang mempersiapkan agenda ritual Buka Luwur yang akan digelar pada hari Jumat terakhir di bulan Suro tersebut. Agenda tahunan yang juga disebut warga sebagai sadranan tersebut salah satu prosesinya yakni penggantian kain lurup di beberapa makam di komplek tersebut. "Buka Lurup atau Gantos Mori ini maksudnya untuk nguri uri kebudayaan dari nenek moyang terdahulu. Mengenang perjuangan dan pengembangan agama Islam di Pantaran," ungkap Panitia Pelaksana, Wahyu Windiharno, disela sela ritual pada Jumat (5/10). Terdapat lima yang diganti kainnya. M...
Membunuh Indonesia Membunuh Indonesia Industri Hasil Tembakau Tradisi Tungguk Tembakau 2 years yang laluoleh Membunuh IndonesiaTambahkan komentar637 kali dilihat tungguk-tembakau Membunuh Indonesia Ditulis oleh Membunuh Indonesia Warga Desa Senden, Kecamatan Selo, Boyolali menggelar tradisi Tungguk Tembakau, Agustus yang lalu. Ritual Tungguk Tembakau adalah ungkapan syukur para petani tembakau kepada Tuhan atas hasi panen tembakau tahun ini. Ritual diawali dengan kirab gunungan tembakau, gabungan hasil bumi, dan diiringi sejumlah kesenian tradisional. Kirab dilakukan dari Balai Desa Senden hingga makam petilasan Gunungsari yang berada di puncak bukit kaki gunung Merbabu tersebut. Ribuan warga tampak antusias mengikuti kirab meski harus berjalan kaki menanjak hampir 2 km. Dalam ritual tersebut, para warga mengenakan pakaian adat. Ritual yang mereka laksanakan bisa diartikan sebagai doa agar jerih payah petani selama enam bulan mulai dari mengolah lahan hingga panen tembakau bisa...
Di masyarakat Lereng Merbabu, tepatnya di Desa Selo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, dikenal tradisi Petri Tuk Babon. Tradisi Petri Tuk Babon merupakan tradis syukuran warga lereng gunung Merbabu atas berlimpahnya air untuk kebutuhan hidup dari sumber mata air Babon yang berada di lereng gunung Merbabu. Tradisi Petri Tuk Babon ini bukan hanya diikuti oleh sejumlah warga melainkan juga sejumlah utusan abdi dalem keraton Surakarta. Tuk berasal dari bahasa Jawa yang bermakna sumber mata air. Sedangkan Tuk Babon dapat dimaknai sebagai sumber utama. Tuk Babon ini menjadi sumber penghidupan yang selama ini digunakan oleh warga di empat desa, yaitu Selo, Desa Samiran, Lencoh, Suroteleng, dan sebagian Desa Genting Kecamatan Cepogo. Upacara Tuk Babon dimulai dengan keliling desa yang di lakukan para pemuda desa setempat. Mereka membawa gunungan yang berisi hasil bumi seperti jagung, ketela dan aneka sayuran dan buah. Setelah keliling kampung, gunungan ini diar...
Menjelang Nyepi, umat Hindu melakukan tradisi Mendak Tirta. Tradisi ini berupa mengambil air suci atau air kehidupan yang akan digunakan dalam upacara Tawur Kesanga di Candi Prambanan. Ada tujuh sumber mata air yang digunakan dalam Tawur Kesanga, lo. Salah satunya terletak di Boyolali, Jawa Tengah. Mengutip Tribunnews.com, Selasa (13/3/2018), ritual ini diawali dengan doa dan tetabuhan alat musik tradisional seperti gendang dan gamelan. Ratusan umat Hindu berkumpul di Pura Bana Suci Saraswati di Desa Ngaru-Aru, Pengging, Banyudono, Boyolali untuk bersiap melakukan kirab. Mereka menyiapkan sejumlah sesaji dan gunungan hasil bumi sebagai wujud rasa syukur atas berlimpahnya kesejahteraan dan kedamaian yang mereka terima. Sesaji dan dua gunungan yang disebut Gunungan Lanang dan Gunungan Wadon itu dibawa menuju umbul Ngabean di Desa Pengging yang berjarak lebih kurang dua kilometer. Setelah sampai di Siraman Dalem Pengging, umat Hindu pun menggelar doa bersama sebelum melakukan Me...