Puru Lamananga adalah ritual yang dilakukan oleh penganut agama asli orang Sumba (Marapu) yang sudah mendapat pengakuan dari pemerintah lewat surat dari Kemendikbud Dirjen Kebudayaan nomor : TI 313/f.8/n.1.1/2016.
Pengakuan itu juga tertuang dalam surat penyampaian tanda inventarisasi no 48/f4/pkt/2015 serta SKT dari pemda Sumba Timur dengan nomor BKBP 220/365/B.3/VIII/2015.
Ritual Puru Lamananga merupakan ritual tahunan yang dilakukan menjelang awal musim tanam dimana para penganut Marapu memohon kepada Sang Pencipta agar diturunkan hujan yang cukup untuk dapat bercocok tanam pada musim tanam tahun ini.
Tahapan Ritual
Ritual ini dilakukan dalam 4 tahapan. Tahapan pertama dilakukan pada tanggal 10 Desember 2016 lalu di Mananga atau yang dalam bahasa Indonesia disebut muara, tepatnya di Desa Wanga, Kecamatan Umalulu, Sumba Timur.Ritual pada tahap pertama ini disebut Ritual Wuku Maundala kapeika nggili duaka (Lamuru lukuwalu)
Dalam ritual ini, hewan kurban terdiri dari 1 ekor kambing dan 19 ekor ayam kampung.
Tahapan kedua, ketiga dan keempat dilakukan pada tanggal 12 desember 2016 di Desa Patawang. Tahapan kedua merupakan ritual Laijari hambalolang patawang reti nimbu (mbarapapa).
Pada tahap ini jumlah hewan kurban 19 ayam dan 1 ekor kambing.
Tahapan ketiga ritual Yela Kara Helli Kalumbang Padanjara. Adapun hewan kurban 7 ayam dan 1 kambing.
Pada tahapan akhir ritual dilakukan di Praingu Kapeka di lolang (mbarapapa). Ritual terakhir adalah ritual kunci/penutup dari keseluruhan rangkaian ritual yang ada. Hewan kurban terdiri dari 7 ekor ayam kampung dan 1 ekor babi.
Pesan Marapu
Dari rangkaian ritual yang dilakukan, tetua adat Marapu kemudian bermusyawarah untuk menyimpulkan pesan yang mereka temukan dalam ritual tersebut.
Pertama, pada musim tanam kali ini hujan tidak seperti beberapa tahun yang lalu dimana curah hujannya cukup. Kali ini akan mengalami kemarau panjang.
Kedua, bahwa pesan Marapu kepada turunannya yang masih hidup agar tetap menjaga dan mempertahankan lingkungan /wilayah ulayat dan atau wilayah kelola yang dimiliki. Baik itu Pahomba, Katoda Padandjara Mananga, hutan dan padang pengembalaan yang dimiliki.
Kesemuanya itu harus tetap seperti semula tidak boleh di rusak apalagi di jual.
Ketiga, apa yang menjadi tujuan yang diinginkan akan tercapai atau terkabulkan setelah membaca uratu manu, uratu wei dan uratu kambing.
sumber : https://voxntt.com/2016/12/16/lewat-ritual-puru-lamananga-ini-pesan-marapu-untuk-orang-sumba/4126/
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang