Masyarakat di Tanah Karo mengenal satu tradisi suku Karo yang diadakan di berbagai desa setempat. Tradisi ini dinamakan “Kerja Tahun”, sebuah tradisi pesta meriah sebagai ungkapan syukur / doa terhadap tanaman padi yang menjadi makanan pokok. Manfaat dari Kerja Tahun ini adalah mempertemukan saudara, kerabat, keluarga, yang tinggalnya sudah saling berjauhan. Kerja Tahun juga menyatukan muda-mudi pada segmen “Gendang Guro-guro Aron”, sambil ditonton warga desa. Pesta ini biasa diselenggarakan di jambur (balai desa). Biasanya, pengurus acara juga menghadirkan artis atau perkolong-kolong (penari, penyanyi, sekaligus pelawak untuk menghibur rakyat). Berdasarkan waktunya, Kerja Tahun dapat dibagi tiga, yakni: 1. Merdang Merdem: dilakukan sebelum menanam padi (Biasanya antara Agustus-Oktober). 2. Nimpa Bunga Benih: dilakukan setelah panen padi (Biasanya antara Maret-Juni). 3. Mburo Ate Tedeh: dilakukan saat libur semester anak sekolah, sehingga mereka bis...
Pukul Manyapu Mamala Amalatu Sekitar abad ke- XVI negeri Mamala diperintah dan dipimpin oleh tiga orang tokoh yakni: 1. Latu Liu sebagai pimpinan pemerintahan adat Negeri Mamala 2. Patti Tiang Bessy / Patti Tembessi (Tukang Besar yang memimpin pembangunan mesjid) 3. Imam Tuny (Imam Masjid) Ketiga orang tersebut kemudian bermufakat mendirikan masjid. Semua persiapan mulai diadakan berupa pengumpulan bahan-bahan bangunan khususnya kayu dengan mengerahkan rakyat untuk menebang kayu di lereng-lereng gunung dan perbukitan disekitar Mamala. Selanjutnya kayu diangkut atau dipikul bersama-sama ke lokasi masjid. Salah satu di antara kayu jatuh dari pikulan dan pata]i menjadi dua, kayu yang patah ini panjangnya 20 meter. Waktu itu kebutuhan kayu untuk pembangunan masjid berukuran panjang dan harus dalam keadaan utuh atau tidak boleh sambung. Hal ini yang membuat ketiga pemimpin di atas dan masyarakat negeri Mamala mencari solusi yang t...
Tradisi Coka iba atau topeng setan adalah merupakan tradisi kuno masyarakat Halmahera Tengah yang dilakukan setiap tanggal 12 Robiul Awal, tepatnya saat umat Islam merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tradisi tersebut dilakukan masyarakat Halmahera Tengah sebagai bentuk kegembiraan. Dalam proses ritual coka iba, sehari sebelumnya sejumlah imam mesjid dan bobato alkhairat (jabatan imam dalam strata kesultanan tidore) terlebih dahulu melakukan pembacaan puji-pujian usia sholat magrid dan isya. Sambil membacakan puji-pujian, sejumlah warga yang banyak didominasi pemuda pun terlihat menyiapkan sejumlah perlengkapan coka iba seperti topeng setan dan rotan. Biasanya bentuk topeng ini dirahasiakan masing masing warga, sehingga mereka tidak mudah dikenali. Dulunya topeng yang dipakai selalu menampilkan wajah seram dan menakutkan, namun seiring perkembangan zaman, bentuk topeng pun dirubah sesuai dengan kreasi masing-masing pembuatnya. Perubahan wajah topeng dalam ritual coka i...
Ratusan warga berduyun-duyun membawa hasil bumi ke petilasan Girilangan di Desa Gumelem Wetan, Kecamatan Susukan, Banjarngera, Senin (14/5/2018). Tradisi Nyadran Gedhe yang dilakukan rutin tiap tahun untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Membawa hasil bumi lengkap dengan pakaian adat jawa, warga dari berbagai desa menggelar ritual selamatan. Juru kunci makam Girilangan, Ahmad Sujari, menceritakan bahwa tradisi Nyadran Gedhe dimaksudkan untuk mendoakan arwah leluhur. Biasanya dilakukan hari Senin atau Kamis terakhir di Bulan Ruwah atau Sya'ban. "Ruwah itu artinya ruh dan arwah. Makanya kami sebelum memasuki Bulan Ramadan mendoakan arwah leluhur. Setelah itu baru menyantap hasil bumi sebagai tanda syukur terhadap sang pencipta," terangnya. Berdoa bersama dilanjutkan makan hidangan yang telah disiapkan dari rumah (Foto: Uje Hartono/detikcom) Menurutnya, tradisi nyadran yang berkembang saat ini adalah bentuk pelestarian kegiatan dari jaman kademangan. Termasuk...
Masyarakat Kademangan, Susukan, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah menggelar tradisi Ujungan. Kegiatan ini merupakan tradisi turun temurun saat puncak musim kamarau. Ketua Dewan Kesenian Kecamatan Susukan Yusmanto menjelaskan, tradisi yang lantas disebut sebagai festival ini adalah rangkaian ritual yang dimulai sejak Rabu (26/9/2018) kemarin. Ritual dimulai dengan pengambilan air barokah di sumber pemandian air panas Pingit Gumelem Wetan oleh bedhogol atau sesepuh desa. "Acaranya sebenarnya sampai besok. Puncaknya besok, Ujungan, besok hari Jumat. Tanggal 26 sampai 28 September rangkaian kegiatan acara Festival Ujungan itu sejak kemarin," kata Yusmanto, Kamis (27/9/2018). "Pengambilan air dari Banyu anget, itu sebuah ritual tradisional. Merti bumi, merti banyu. Jadi ini, sebuah penghormatan, penghargaan, terhadap bumi yang telah mengeluarkan air. Dan air sendiri adalah sumber kehidupan," tambahnya. Sementara hari ini warga Desa Kemranggon melaksanakan tradisi Takiran se...
Batapung tawar adalah salah satu tradisi masyarakat Banjar, Kalimantan Selatan, yang sampai saat ini tetap dilestarikan. Apa itu batapung tawar? Batapung tawar bersal dari kata “tapung” (bahasa Indonesia: tepung) dan “tawar”. Kata “tapung” diambil dari bahan yang digunakan dalam tradisi batapung tawar, yakni tepung beras yang dicampur dengan air, sedangkan “tawar” diambil dari nama daun setawar. “Tawar” dalam bahasa Banjar bisa juga diartikan sebagai proses pengobatan. Contohnya dalam bahasa Banjar, “Sudah ditawari apa sakit gigitnya?” Maksudnya, “Sudah diobati apa sakit giginya?” Ternyata istilah “tepung tawar” ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), lho. Alat dan bahan batapung tawar adalah air yang dicampur dengan minyak likat baboreh. Minyak ini punya wangi yang khas. Alat lainnya adalah potongan daun pisang, daun kelapa, atau daun pandan, yang gunanya untuk memercikkan air ke...
Kayu hutan lainnya seperti kayu maranti, karuing, sintuk lanan, bangkirai, galan, galih (kayu ulin yang sudah mati), bambu dan paring, daun nipah dan daun rumbia serta purun. Untuk melakukan pekerjaan meramu yang sifatnya berat seperti meramu kayu ulin dan jenis kayu lainnya, biasanya dilakukan oleh kelompok atau keluarga, sedang meramu yang sifatnya ringan dan tempatnya tidak jauh kadang-kadang dilakukan oleh perorangan seperti meramu daun nipah atau rumbia. Biasanya terdapat jenis pembagian pekerjaan di antara kelompok masyarakat yang melakukan pekerjaan ini, seperti misalnya dalam masyarakat penebang kayu ulin, yang tua dan yang kuat, mereka mendapat tugas menebang, sedangkan anak-anaknnya membuat sirap (bahan untuk atap). Dalam masyarakat peramu galan, yang tua menebang dan mengangkat, sedangkan anak-istri dan yang muda memotong dan membelah untuk dijadikan kayu api. Dalam melaksanakan pekerjaan meramu di daerah Kalimantan Selatan tidaklah dikenal adanya upacara yang berhu...
Orang Dayak dan orang Banjar memiliki kebiasaan dan tradisi yang terbilang cukup unik dalam menidurkan anak mereka, jika biasanya kita mengenal dan mengetahui bahwa seorang anak bayi ditidurkan dalam tempat khusus tempat bayi atau dalam ayunan, tradisi menidurkan anak pada orang dayak dan orang banjar ini juga anak tidur dalam ayunan, hanya saja yang berbeda dan membuatnya unik adalah posisi tidur sang anak dalam ayunan itu. Banjar dan Dayak adalah dua suku asli dari kalimantan, jika kita yang pernah merasakan punya bayi terutama buat para ibu, terbayangkan betapa repotnya terutama ketika anak baru berusia hitungan bulan, sehingga terkadangpun sudah tertidur saat sang Ibu memasak didapur anak tadi terbangun dan menangis, barabgkali merasa tidak nyenyak tidurnya. Namun hal itu bukanlah suatu hal yang menyulitkan bagi suku asli kalimantan ini. Tradisi itu dinamakan " Bapukung " Apakah itu Bapukung ? mari kita simak pembahasannya berikut ini. Bapukung secara bahasa berasal dari...