×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Ritual Adat

Provinsi

Nusa Tenggara Timur

Asal Daerah

Kabupaten Flores Timur

Kalender Masyarakat Lewotala

Tanggal 26 Dec 2018 oleh Aze .

omunitas masyarakat adat di desa Lewotala, Kecamatan Lewolema, Kabupaten Flores Timur mempunyai bentuk unik pemberian nama-nama bulan.

Tak seperti dalam kalender masehi yang didasarkan pada pengitaran bulan mengelilingi bumi, penyebutan nama-nama bulan ini mempunyai relasi erat dengan aspek sosiokultural masyarakat di desa Lewotala.

Adapun keunikan penyebutan dan penggolongan nama-nama bulan ini tersimpan konsep pengetahuan masyarakat lokal di desa Lewotala khususnya konsep pengetahuan  dalam dunia pertanian. Berikut nama-nama bulan dalam komunitas masyarakat adat di desa Lewotala.

Bulan pertama adalah ‘Wulan Nikat’ atau bulan menanam. Bulan menanam ini ditandai dengan penghantaran benih padi dari lumbung padi desa yang disebut ‘Keba’ menuju ke ladang atau kebun adat ‘Ma Ora’.

Proses penghantaran benih padi ini dimulai dengan upacara atau ritual adat yang diiringi dengan nyanyian yang mengisahkan Asal-usul Dewi Padi ‘Raran Tonu Wujo’.

Dalam bulan ini banyak sekali larangan atau pantangan bagi warga desa Lewotala. Pantangan itu antara lain; tidak boleh membuat keributan (acara pesta, bunyi-bunyian, perkelahian, dll), tidak boleh melaut, dan dilarang membunuh hewan-hewan tertentu seperti Anjing.

 

Bagi warga yang melanggar larangan ini maka perlu dilakukan seremonial adat sebagai sarana pemulihan. Pantangan dan larangan ini berlaku dalam waktu yang panjang hingga memasuki masa panen.

Bulan yang kedua adalah Wulan Ga Taken. Secara harafiah berarti ‘Bulan Tidak Makan’. Sesuai penyebutannya, bulan ini masyarakat Lewotala dahulu mengalami masa krisis pangan, makan seadanya dengan umbi-umbian dan pangan lokal.

Masa krisis ini dipengaruhi oleh angin kencang atau badai yang menerjang daerah Lewotala. Bulan ini masuk dalam bulan Februari dalam sistem kalender masehi. Pada bulan ini masyarakat petani dilarang untuk menanam. Diyakini kebun yang menanam pada bulan ini akan mengalami gagal panen.

Bulan yang ketiga adalah Wulan Matun secara harafiah berarti ‘Bulan Rumput’. Setelah melewati masa hujan dan badai yang tak kunjung henti bulan ini adalah bulan yang digunakan untuk membersihkan rumput di kebun ataupun ladang.

Bulan ini ditutupi dengan upacara Pau Pusaka atau Pau Kaka Bapa di rumah besar kepala suku. Upacara ini, anak-anak dan orang tua wajib berkumpul di rumah besar sukunya masing-masing.

Upacara ini merupakan ucapan syukur telah melewati badai dan memohon berkat berlimpah untuk hasil panen dari‘Rera Wulan Tanah Ekan’dan leluhur untuk berkat terhadap hidup dan panen.

Kemiri dalam upacara Pau Pusaka ini pada esok harinya dioleskan pada daun padi di setiap kebun warga. Bulan ini dalam kalender masehi sekitar bulan Februari hingga Maret kalender masehi.

Bulan keempat adalah Wulan Nalan secara harafiah berarti ‘Bulan Dosa’. Sesuai namanya pada bulan ini warga dilarang membawa pulang hasil kebun atau ladang ‘Labu dan Jagung Mudah’ ke rumah.

Jika ada warga yang melanggar pantangan ini maka dia harus melakukan ritual pemulihan sebagai silih terhadap kesalahan yang telah dilakukannya dengan memotong seekor kambing dan babi di kebun miliknya. Sekitar bulan April.

Bulan ke lima adalah Wulan Muren. Secara harafiah berarti ‘Bulan Benar’. Pada bulan ini warga sudah diperbolehkan membawa pulang hasil kebun atau ladang secara terbuka.

Warga diwajibkan membuat pondok di kebun masing-masing untuk persiapan menampung hasil panen. Bulan ini ditandai dengan upacara adat di kebun adat. Upacara ini dinamai dengan upacara Kerja. Setelah upacara ini warga diperbolehkan membawa hasilpanen ke rumah masing-masing.

Bulan ke enam yakni Wulan Kolin Wain yang berarti ‘Bulan Panen’. Pada bulan ini warga dapat mulai memanen padi padi di ladangnya masing-masing. Masyarakat desa Lewotala melakukan ritual besar-besaran di kebun adat sebagai bentuk syukur atas hasil panen. Upacara ini disebut upacara Haman Man.

Upacara Haman Man ini sebagai tanda berhentinya bulan Kolin Wain atau bulan panen. Bulan ini kira-kira bulan Mei dalam perhitungan kalender masehi. Orang yang lahir pada bulan ini diyakini hidupnya akan baik.

Bulan ke tujuh disebut Wulan Tanah Maran, secara harifiah berarti ‘Bulan Tanah Kering’. Pada bulan-bulan ini permukaan tanah pecah-pecah karena kekeringan. Bertanda memasuki musim kemarau. Bulan Tanah Maran ini berlangsung selama 2 bulan kalender masehi, kira-kira dari bulan Juni hingga Juli.

Bulan ke delapan adalah Wulan Lera Kakan secara harafiah berarti ‘Bulan Kakak Matahari’. Sesuai namanya, bulan ini adalah puncak dari musim kemarau yang mana matahari terasa sangat panas. Hal ini berlangsung cukup lama, kira-kira memakan waktu 2 hingga 3 bulan kalender masehi. Kira-kira dari bulan Agustus.

Wulan Hiwan.Secara harafiah berarti ‘Bulan Sembilan’ adalah bulan persiapan dan membuka ladang atau kebun baru. Pada bulan ini warga mulai mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk membuka lahan atau ladang baru dan peralatan berburuh.

Wulan Pitonatau ‘Bulan Tujuh’. Bulan ini adalah kelanjutan dari bulan sebelumnya. Setelah alat dan bahan disiapkan, persiapan lahan dimulai dengan memotong pohon dan membersihkan rumput di lahan garapan baru yang disebut ‘Geto Eta’.

Wulan Lema. Secara harafiah berarti ‘Bulan Lima’.Pada bulan ini warga membakar kayu dan rumput di ladang baru. Kegiatan membakar kayu dan rumput di ladang ini disebut ‘Seru Eta’.

Wulan Telon. Secara harafiah berarti ‘Bulan Tiga’. Bulan ini digunakan untuk membersihkan rumput dan puntung-puntung kayu dan membuat terasering di ladang. Tahap terakhir persiapan lahan untuk menanam.

Dari uraian tentang penyebutan nama-nama bulan ini terbaca bahwa bentuk penamaan bulan oleh masyarakat tradisional desa Lewotala mengikuti siklus dunia pertanian.

Hal ini dapat terbaca dari nama-nama bulan antara lain; Wulan Nikat ‘Bulan Menanam’ adalah waktu yang digunakan oleh warga untuk menanam, Wulan Matun ‘Bulan Rumput’ adalah waktu yang digunakan warga untuk membersihkan rumput liar yang menghambat pertumbuhan padi dan jagung di ladang. Wulan Kolin Wain‘BulanPanen’ adalah waktu yang digunakan petani untuk memanen padi. Sedangkan Wulan Hiwan‘Bulan Sembilan’, Wulan Pito‘Bulan Tujuh’, Wulan Lema‘Bulan Lima’, dan Wulan Telo‘Bulan Tiga’ mengambarkan tahap-tahap dan waktu yang dilalui oleh para petani mulai dari masa persiapan peralatan hingga masa panen.

Wulan Tanah Maran dan Wulan Lera Kakan menggambarkan situasi yang dirasakan oleh masyarakat setempat akibat dari musim kemarau.

Pantangan mengenai hal yang tabuh dan yang boleh dilakukan pada Wulan Nalan dan Wulan Muren merupakan salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat desa Bantala dalam rangka menjaga keselamatan hidup dan keharmonisan  sesama sebagai suatu paguyuban.

sumber : https://voxntt.com/2018/08/19/wow-masyarakat-lewotala-di-ntt-ternyata-punya-kalender-sendiri/32655/

DISKUSI


TERBARU


Mpa'a Oro Gata

Oleh Aji_permana | 29 Dec 2024.
Tradisi

Mpa'a Oro Gata adalah salah satu permainan tradisional dari Bima, Nusa Tenggara Barat, yang diwariskan dari generasi ke generasi. Secara harfiah, ist...

Mpaa Kabanca (T...

Oleh Aji_permana | 28 Dec 2024.
Tradisi

Mpaa Kabanca adalah tradisi unik di Bima yang melibatkan atraksi di atas kuda. Dalam tradisi ini, peserta saling mengejek dan memperlihatkan kemampua...

Mpaa Buja Kanda...

Oleh Aji_permana | 28 Dec 2024.
Tradisi

Mpaa Buja Kandanda memiliki kesamaan dengan Mpaa Soka yang juga merupakan salah satu seni tarian dalam tradisi Bima, yaitu sama-sama menggunakan tomb...

Mpaa Soka (Sala...

Oleh Aji_permana | 28 Dec 2024.
Tradisi

Mpaa Soka adalah tarian tradisional yang bertujuan untuk menyambut tamu penting sebagai bentuk penghormatan, sambil sesekali memperlihat ketangkasan...

Mpaa Manca (Tar...

Oleh Aji_permana | 28 Dec 2024.
Tradisi

Mpaa Manca merupakan salah satu tarian tradisional yang memadukan gerakan dinamis dan seni bela diri berpedang. Sehingga tarian ini dikenal juga seba...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...